"Kebetulan kamu bawa temen, Fi. Mama udah masak banyak, gimana kalo makan bareng?" tawar wanita itu. Ibu Rafi barusaja menduduki sofa, menghadap pada kami yang duduk agak berjauhan. Dia menatap aku dan Rafi satu per satu. Manik kelam miliknya terlihat berbinar cerah. Aku dan Rafi saling berpandangan sembari mengumbar senyum, canggung. Rafi menunggu jawabanku, sepertinya dia memintaku memberi jawaban akan pertanyaan ibunya. Aku meremas celana, ragu menjawabnya. Aku menepis anggapan menolak permintaan ini. Tidak baik menolaknya, tapi apa tidak merepotkan mereka? "Ah ... gimana ya, Tan. Saya takut merepotkan," ujarku pelan. Wanita itu menggeleng lalu berucap, "Enggak boleh nolak, ya. Tamu itu istimewa, Tante enggak merasa direpotkan sama kamu. Malahan seneng!" jawabnya antusias. Dia bangkit dari sofa menuju dapur. "Mau bantu Tante siapin makan malam?" Langkahnya terhenti sejenak. Wanita itu menoleh
Baca selengkapnya