Home / CEO / GADIS PILIHAN CEO / BAB 14 MEREPOTKAN

Share

BAB 14 MEREPOTKAN

Author: Elraa Hafa06
last update Last Updated: 2020-11-12 07:35:13

"Ayo." Singkat ucapan yang keluar dari bibirnya. Pak Malik duduk di sebelahku agar lebih mudah membantuku berdiri.

Tangan kekar miliknya berada di bawah ketiak-ku, membantu berdiri enggan sekuat tenaga.

"Badan aja yang kecil, tapi berat," sindirnya tepat di telingaku. Berat katanya? Padahal sebulan yang lalu timbangan berat badanku hanya sampai 55 Kg. Berat darimana-nya coba?

Aku mencebik.

"Sean bantu bawa tas aja ya. Dah, Sean tunggu di bawah!" Bocah itu berlari cepat keluar kamar. 

Lah, jadi kami ditinggal berdua? 

Tak sempat kutahan kepergian Sean. Dia melesat cepat keluar kamar.

Ingin rasanya berjalan sendiri. Tapi kondisi fisikku tidak akan kuat menahan berat tubuh sendirian, apalagi harus menuruni tangga. Yang ada bisa-bisa nanti celaka. Aku pasrah saja dibantu oleh makhluk es ini.

Entah kenapa setiap kali berduaan bersamanya seperti ini terasa canggung dan garing. Laki-laki macam apa sih dia ini, tidak

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 15 KUNJUNGAN TEMAN

    "Nada!" "Iya, Ma? " "Temen kamu datang, ayo keluar dulu. Katanya udah sehat." Perintah Mama dari luar kamar. Tanpa perlu banyak tanya lagi, aku beringsut dari kasur dan buru-buru memakai jaket untuk menutup baju dalam yang ketat. Pintu terbuka, sosok Mama sudah tidak ada. Mungkin sudah turun untuk membuat minuman untuk mereka. Aku mengintip dari atas melihat ke arah ruang tamu. Dua punggung yang membelakangi itu sangat familiar. Arumi dan Daniel mereka datang. Aku berhati-hati menuruni anak tangga, mengeratkan pegangan pada peyangga, agar tak jatuh. Kedatanganku disambut senang oleh keduanya. Mereka langsung berdiri sesaat setelah melihatku. Arumi menuntunku duduk di sofa ruang tamu. Matanya menerawang pada wajahku, menyentuh daguku lalu memiringkannya ke kanan lalu ke kiri, setelahnya dia berucap gelisah, "Enggak ada yang lecet kan?" Pertanyaan konyol darinya membuatku merasa kesal. Dia kira aku diapakan sa

    Last Updated : 2020-11-12
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 16

    Jam sudah menunjuk angka 5 petang. Warna mendung dominan menghias di cakrawala. Sepertinya akan hujan deras. Angin berembus kencang di luar sana, buktinya pohon di depan kantor bergoyang kuat. Aku mengamati dari dalam ruangan, lewat jendela. Tanganku berhenti merapikan berkas penting di atas meja saat panggilan dari Arumi terdengar. "Kenapa, Rum?" tanyaku padanya yang berjalan mendekat dengan berlari kecil ke meja kerjaku. Dia baru selesai beres-beres dan sepertinya akan langsung pulang. "Gue buru-buru, Nad! Duluan ya, dah! Semuanya gue duluan ya," ujarnya pada kami. Rafi dan Daniel kulihat mengangguk tanpa menoleh. Mungkin masih sibuk dengan pekerjaan. Gadis itu mempercepat larinya. Memutar hendel pintu lalu membukanya. Punggung itu sudah jauh, kulihat pintu ruangan dibiarkan tetap terbuka. Daniel melesat seperti angin. Dia dadah-dadah padaku entah untuk apa. Aku mencibir dalam hati. Pasti mencari kesempatan untuk me

    Last Updated : 2020-12-08
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 17

    "Kebetulan kamu bawa temen, Fi. Mama udah masak banyak, gimana kalo makan bareng?" tawar wanita itu. Ibu Rafi barusaja menduduki sofa, menghadap pada kami yang duduk agak berjauhan. Dia menatap aku dan Rafi satu per satu. Manik kelam miliknya terlihat berbinar cerah. Aku dan Rafi saling berpandangan sembari mengumbar senyum, canggung. Rafi menunggu jawabanku, sepertinya dia memintaku memberi jawaban akan pertanyaan ibunya. Aku meremas celana, ragu menjawabnya. Aku menepis anggapan menolak permintaan ini. Tidak baik menolaknya, tapi apa tidak merepotkan mereka? "Ah ... gimana ya, Tan. Saya takut merepotkan," ujarku pelan. Wanita itu menggeleng lalu berucap, "Enggak boleh nolak, ya. Tamu itu istimewa, Tante enggak merasa direpotkan sama kamu. Malahan seneng!" jawabnya antusias. Dia bangkit dari sofa menuju dapur. "Mau bantu Tante siapin makan malam?" Langkahnya terhenti sejenak. Wanita itu menoleh

    Last Updated : 2020-12-08
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 18

    POV RAFIAku selalu mengamatinya. Dari jauh saja, sebab tak pernah kuasa mendekat untuk sekedar berbincang ringan. Bukan, aku bukan pengecut yang tak berani menyapa, mengatakan bahwa sebenarnya hati ini terpaku pada sosoknya. Semua yang ada pada dirinya, membuatku tak bisa berpaling. Senyum ramah, kebaikan dan sikap barbar-nya mungkin? Yah, sulit mengalihkan hati ini. Bukan tanpa sebab aku mengaguminya. Sosok pemberani tanpa rasa takut di matanya, aku masih mengingat jelas pertama kali kami bertemu.***Tanganku gemetar meraih kacamata yang tergeletak jauh dari tempatku tersungkur. Lebam pada seluruh tubuh membuatku agak sulit untuk berdiri. Rasa sakit mendera saat aku mulai menggerakkan badan. Dua orang laki-laki yang umurnya di atasku itu tertawa, mereka berhasil membuatku babak belur dalam waktu singkat, mereka juga merampas tasku. Seragam abu-abu itu menandakan bahwa mereka duduk di bangku SMA. Darah segar mengalir dari

    Last Updated : 2020-12-09
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 19

    POV RAFI"Raf, nanti malam mau ke Bar bareng gak? Kebetulan lagi diskon harga di sana. Dan lo bisa diskon lebih gede lagi karena pelanggan baru?" ucap Erga, dia adalah salah satu teman yang sering berinteraksi denganku di kantor. Ramah dan dan terlihat nakal. Sering kali dia mengajakku untuk ikut dengannya ke Bar. Setiap itu pula selalu kutolak dengan alasan masih banyak pekerjaaan yang belum kuselesaikan. Padahal nyatanya tidak, aku hanya menghindar karena tidak suka keramaian, apalagi Bar itu bukannya tempat yang menyajikan minuman beralkohol seperti beer, wine, liquer, serta lengkap dengan diskotik? Aku sama sekali tidak tertarik. "Rugi ....!" Tak kupedulikan lagi ucapannya. Melenggang pergi setelah selesai melaksanakan ritual membuang air kecil dan mencuci tangan. Memutar hendel pintu, lalu melihat sekitaran. Tadi setelah mengantar berkas pada Pak Amri, aku mampir ke toilet untuk menyelesaikan hajat.

    Last Updated : 2020-12-19
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 20

    POV NADABagian cerita mana yang ingin kamu perbaiki?Kalau bisa bagian paling menyakitkan ingin kulupakan selamanya.Tapi, kenangan menyakitkan itu berharga. Sebab tak bisa kulupakan semua cerita penuh kasih sayang tentang orang tercinta. . Hujan lebat mengguyur bumi. Aroma petrikor merambat indra penciuman. Entah kenapa rasanya banyak hal melintas di pikiran. Aku menggerutu kesal karena sampai sekarang belum bisa tertidur nyenyak. Wajah menyeramkan miliknya kembali membayangi isi kepala. Aku mendekap bingkai foto, merebahkan kepala di atas bantal. Lintas ingatan kembali terbayang, pandanganku menerawang langit-langit kamar. "Nada, Papa minta maaf sampai sekarang belum jadi yang terbaik buat kalian." Suara Papa kala itu bergetar. Penyakit komplikasi membuatnya harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit, selang-selang yang menempel di tubuhnya itu sungguh membuat hatiku teriris. Pedih rasanya melihat Papa seperti ini. Ak

    Last Updated : 2020-12-19
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 21

    Aku memaki dalam hati. Melihat lembaran tugas yang harus diselesaikan begitu banyak. Yakin sekali, jika tidak akan selesai jika kukerjakan di kantor. Aku paling anti lembur sampai tengah malam, selain takut dengan makhluk astral penghuni di sini, juga tidak ingin Mama dan Alif khawatir di rumah menunggu pulang. Jam sudah menunjuk pukul enam sore. Kami semua masih terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, suasana ruangan sepi tanpa ada obrolan. Aku berdehem. "Napa Nad?" Daniel bertanya sembari menguap, dia menaikkan tangannya, merilekskan badan sepertinya. "Capek," keluhku padanya. Dia tergelak setelah mendengar pengakuan-ku. Orang mengeluh malah diketawain, kurang waras memang si Daniel itu. Aku mencebik. Menaikkan sebelah bibir menatapnya sinis. Lain kali saat mengeluh lagi tidak akan kuberitahu padanya. Kualihkan pandangan sekilas setelah menyeka sudut mata, menekan pangkal hidung dengan tangan

    Last Updated : 2020-12-19
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 22

    "Kamu tau?" Pak Malik menjeda, dia menatapku serius. Lalu tak lama berbalik, dia berjalan mendahuluiku. "Ganggu orang itu adalah salah satu kerjaan yang menyenangkan!" serunya. Manik itu menatap tajam lalu tak lama menyipit karena tertawa. Sungguh, bisakah kulempar saja kepalanya dengan tas berat ini supaya dia sadar kalau dia itu menyebalkan? Perlakuannya sungguh membuatku muak. "Bapak pikir itu lucu?" Aku menggigit bibir bawah. Mengejarnya, berusaha mensejajarkan langkah kami. Mengamati wajahnya dari samping. Alisnya kelihatan naik turun, mulutnya komat-kamit. Entah apa yang dia bicarakan, sedang aku fokus mengamatinya. Setelah keluar dari pagar pembatas. Di luar aku menemukan mobil sedan hitam mengkilap itu lagi ... mobil yang sangat mirip saat aku berada di rumah Rafi. Hahaha. Mana mungkin Pak Malik mengikutiku sampai ke rumah Rafi. Kurang kerjaan mungkin dia. Tapi ... bisa jadi juga. Aku

    Last Updated : 2020-12-22

Latest chapter

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 51

    Setelah melewati berjam-jam perjalanan. Kini Malik tiba di depan halaman rumah sakit. Sebelumnya Kyla telah ia titipkan pada Rama. Awalnya gadis itu meminta ingin ikut, tapi Malik menolak karena tak ingin membuat Kyla kembali kambuh sakitnya. Sebab gadis itu baru saja sembuh. Langkah kakinya lebar-lebar saat memasuki pintu otomatis. Dalam kekalutan, hanya ada satu nama yang terus digaungkan di hatinya. Nama yang terus melekat kuat, hingga meski datang padanya adalah hal yang sungguh sulit, akan tetap dilewati Malik. Semuanya hanya demi satu nama ....... Nada. Tangannya menekan tombol lift. Diketuknya beberapa kali sepatu pada lantai keramik. Dipijatnya pangkal hidung demi meredakan pusing yang mendera. Malik mendongakkan wajah, nomor yang tertera di atas sana masih terlalu jauh untuk tiba ke lantai satu. Sialan. Tak ada waktu. Umpat Malik. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju tangga darurat. Lantai 4

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 50

    Hari ini setelah berbicara dengan dokter tentang kepulangan mereka ke Indonesia, Malik sudah menyiapkan segalanya agar bisa segera pulang ke tanah air. Ia meminta asistennya-Rama--untuk menyiapkan keperluan ini dan itu. Termasuk membayar seluruh biaya rumah sakit Kyla.Setelah drama yang cukup lama dan menguras emosi dengan Tante Anin dan Sarah yang berkeras menahannya untuk tetap tinggal di rumah sakit lebih lama, akhirnya dengan persetujuan dari Irish sendiri Malik bisa pulang tanpa harus lebih lama meladeni dua wanita menyebalkan itu. Sepertinya sekarang, Irish itu jauh lebih baik dibandingkan mereka berdua. Pikir Malik.Bandara.Kyla sudah bersiap dengan kursi rodanya. Gaun selutut yang dikenakan gadis itu terlihat feminin dengan warna peach dan putih corak bunga anggrek. Pita pink di rambut Kyla, menambah kesan imut pada gadis itu.Malik mendorong kursi roda Kyla. Melangkah pelan sambil sesekali mengecek jam tangan. Pukul 8 pagi. Itu berarti dua jam

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 49

    Malik duduk di sebelah ranjang Kyla. Mengumbar senyum saat gadis itu membuka mata, tangan mungil itu mengucek mata sembari duduk. "Abang?" "Hm?" Malik tak mengalihkan pandangannya dari buku milik Kyla. Tangannya sibuk meneruskan membaca hampir di bagian pertengahan. Setelah dilihat-lihat lagi. Kini Kyla malah terlihat malu. Pipinya semerah kepiting rebus. Ditarik kasar buku itu dari tangan Malik, lalu mendekap kuat-kuat seolah akan diambil lagi oleh lelaki itu. "Jangan dilihat, Bang!" "Loh ... kenapa?" "Semua rahasia Kyla ada di sini. Jadi, jangan dipegang dan baca titik!" "Kan, abang cuma mau lihat, Kyla." Malik mencoba membujuk. Mengulurkan tangan pada gadis itu. Sedangkan Kyla tetap tidak mau memberikan buku itu, lalu memasukkan buku tadi ke bawah bantalnya. Dengan wajah cemberut, sekilas dipandangnya ke arah Malik lalu tidur berbalik memunggungi lelaki itu.

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 48

    Malam hari "Tunggu saja, aku akan membuatmu kembali secepatnya ...." Tin. Suara klakson mobil membuat sosok dengan penutup kepala hoodie dengan masker hitam itu menggeser tempatnya dengan hati-hati lalu menunduk, bersembunyi di balik tembok agar tak terlihat. Untungnya ia sudah masuk ke dalam pagar secara diam-diam sejak tadi. Matanya masih sibuk memperhatikan bayangan seorang gadis dari balik gorden. Sudah cukup lama ia mengawasinya. Mendengar suara pagar yang terbuka, secepat kilat langkahnya berlari ke tempat rerumputan lebat. Dengan napas memburu dan kaki yang gemetaran. Dipilihnya untuk duduk sembari memerhatikan terlebih dahulu. Aman atau tidak. Dan benar saja, dari arah pagar matanya menangkap sosok seorang wanita dan seorang bocah. Mereka akan masuk ke dalam rumah itu. Matanya membulat tak percaya. Sepertinya ia mengenal mereka. *** Nada mondar-mandir di sisi ranja

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 47

    Malik mengetuk pintu di hadapannya. Ruangan dokter yang menangani Kyla selama di sini. Rencananya, pria itu ingin mengajak Kyla berjalan-jalan di luar, mungkin sekedar lihat-lihat suasana kota ini dan juga membeli hadiah untuk gadis itu. Untuk itu Malik menanyakan pada sang dokter untuk meminta izin pada dokter membawa Kyla berjalan-jalan keluar sebentar. Pintu diketuk tiga kali. Suara dari dalam menyahut, menyuruh Malik masuk. Diputarnya knop pintu, lalu wajah pria bertubuh gemuk dengan kacamata bertengger di hidungnya itu tersenyum ramah. "Pak Malik, senang melihatmu lagi!" Pria itu berujar dalam bahasa inggris, tangannya masih sibuk mengetik di laptop. Sedang senyumnya merekah sehingga membuat keriput di wajahnya terlihat. Malik menutup kembali pintu, berjalan mendekat ke meja kerja pria itu lalu menarik kursi untuk duduk. "Saya juga," balas Malik. Matanya memperhatika

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 46

    "Irish! Sudah hampir setengah jam kamu di dalam sana. Buka pintunya sekarang! Tak ada jawaban. Masih seperti setengah jam yang lalu, hening sekali seperti tidak ada aktivitas. "Irish, kuhitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya akan kudobrak sekarang juga!" Tetap saja, tak ada jawaban. Sarah menggigit bibir bawah, antara kesal dan khawatir. "Satu ... dua ... tiga ....!" Sarah menghantam tubuhnya pada toilet di hadapannya. Sekali, pintu masih masih terkunci, dua kali tetap saja terkunci. Lalu yang ketiga. Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan Irish yang sedang berdiri di sana. Tertunduk lesu dengan wajah yang muram. Rambut dan pakaiannya terlihat berantakan. Seperti kena embusan angin yang begitu kencang. Habis apa anak ini di dalam kamar mandi lama sekali? Ada yang tidak beres dengannya. Pikir Sarah. Sarah mendorong pintu agar lebih terbuka lebar. Adiknya kelihatan seperti mayat hidup. Wajahnya pucat, dan sa

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 45

    Malik sejak tadi bolak-balik di depan ruangan nomor 302 A. Wajahnya memperlihatkan kekhawatiran yang berlebihan. Sarah duduk di bangku yang tersedia. Sesekali menghela napas kasar karena kesal Malik dari tadi mondar-mandir di depannya. Sebenarnya ingin sekali diberitahunya pada pria itu untuk duduk tenang di bangku saja. Namun, melihat ekspresinya seperti tak ingin diganggu. Sarah memilih bungkam saja. Daripada nanti kena siraman rohani dari Malik. Pintu ruangan terbuka. Seorang dokter berperawakan gemuk dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya mendekati mereka. "She's fine, but need to get rest. She just late eating and causing stomach problems. Maybe because she was too happy that you came earlier and forgot her meal time. Though normally, she always eats on time." "Dia baik-baik saja, hanya butuh istirahat. Dia hanya telat makan dan menyebabkan lambungnya bermasalah. Mungkin karena terlalu senang

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 44

    "Malik!" Teriakan itu spontan membuat si empunya nama menoleh. Kasak-kasuk orang berbicara terdengar samar-samar. Seorang wanita melambaikan tangan pada Malik. Malik bisa merasakan banyak pandangan terarah pada dirinya karena teriakan Sarah tadi cukup membuat perhatian teralihkan pada mereka. "Malik! Kau mau kemana hah? Tunggu sebentar. Aku mau bicara." Suara teriakan seorang wanita, Malik kenal dengan suara ini. Malik menghentikan langkah, membalikkan badan. Ia sudah menduga, wanita itu lagi. "Tak perlu menatap sedatar itu. Aku juga malas berurusan denganmu kalau saja bukan karena adikku. Ingat! Karena adikku!" "Saya tidak peduli." Malik berucap datar, meluruskan pandangan, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Berusaha tak acuh pada wanita pengganggu di sebelahnya. Selama ini apa tidak cukup dia sering mengganggu hari-hari Malik? Sekarang kenapa har

  • GADIS PILIHAN CEO    Bab 43

    "Kak ... aku ingin tanya sesuatu. Apakah selama ini Malik dekat dengan perempuan lain?" Pertanyaan dari Irish begitu saja muncul saat Sarah ingin memasukkan kue ke dalam mulutnya. Sejak tadi, ia sangat tidak nyaman dengan bayang-bayang seorang perempuan yang sedang dekat dengan Malik. Tangan Sarah terhenti, sementara ia menarik kursi agar lebih dekat dengan ranjang gadis itu. Menatap lekat pada sepasang manik hazel milik Irish dan tak lama tersenyum. "Tentu saja tidak ...." Irish tersenyum getir, tahu bahwa sang kakak berbohong. Ia tahu hal itu dilakukan tidak lain untuk membuatnya agar tidak khawatir dan kembali jatuh sakit. Sarah mengelus rambut panjang adiknya. Walaupun wanita itu sangat kasar dan tegas, di depan Irish ia tidak lain adalah seorang kakak yang sangat penyayang dan perhatian. "Jangan khawatirkan lelaki itu. Kakak yakin kalian akan bersama. Kau tahu? Kami sudah menyiapkan pern

DMCA.com Protection Status