Home / Fiksi Sejarah / Black Finger (Indonesia) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Black Finger (Indonesia): Chapter 1 - Chapter 10

48 Chapters

Chapter 1: Misteri Kematian Max McAvoy

Mayat laki-laki belasan tahun ditemukan di gudang belakang ruang seni lukis. Tubuhnya hitam mengering. Bekas cekikan melingkar di leher disertai beberapa titik luka. Hanya saja, ukuran jari yang mencekik korban sepertinya tidak biasa. Pembuluh darah korban juga kosong dari aliran darah. Namanya Max, anak kelas 2 Slavidion. Dia dikabarkan hilang sejak tiga hari lalu dan ditemukan sudah tak bernyawa lagi. “Jika kamu tanya apa dia punya musuh atau tidak, aku tidak bisa menyebutkan daftar panjang yang menaruh dendam pada Max McAvoy,” Isabel me
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 2: Mata yang Bercahaya

Ada pintu besar selebar tiga meter menghadang mereka. Pertemuan ini telah berakhir dan saatnya Istana Houston ditutup kembali. Isabel mempercepat langkahnya saat ia sadar sudah semakin sedikit orang di dalam Houston Hill. Dia tidak ingin terkurung lagi seperti sebelumnya, di tempat dimana hanya kesunyian yang menguasai. Seakan hidup di tempat yang hampa tanpa tanda kehidupan selain detak jantungmu sendiri yang terdengar, padahal kamu sadar di balik pintu utama Houston Hill masih ada puluhan bangunan lain yang diisi oleh napas manusia. Isabel menyebutnya dimensi berbeda dimana batas hidup dan ketiadaan ada di sana. Isabel tak ingin mengalaminya lagi, ketakutan yang menggerogoti mimpinya tetang dunia yang indah dan harapan tinggal satu-satunya, yakni ingin keluar dari sana. Hi
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 3: Bangunan Tua Misterius

Sebentar lagi matahari tenggelam. Garis jingga harusnya semakin tebal saat itu, tapi Rin dan Isabel dinaungi tanaman-tanaman yang tidak mereka kenal. Semacam tanaman rambat, kemudian batang berduri dan daun-daun agak kemerahan. Bergumpal membentuk sebuah lorong. Tempat itu agaknya gelap sepanjang hari. Ada yang tidak mengizinkan cahaya matahari menembus benteng tanaman yang mungkin saja akan melukai mereka.
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 4: Patung dan Naskah Alandior

Di sudut lain, Isabel memutar sudut kakinya hingga tiga ratus enam puluh derajad. Menyoroti sekelilingnya dengan senter berdiameter lima inchi. Ia ingat Rin pernah bilang Istana Houston Hill dibangun oleh seorang raja sebagai hadiah untuk puteri yang sangat dikaguminya. Puteri yang sangat menyukai malam dan seringkali menghujani dirinya sendiri dengan sinar bulan. Jendela kaca besar yang dibingkai dengan ukiran jati memenuhi ruangan itu. Memungkinkan cahaya bulan masuk leluasa. Isabel sebenarnya tak perlu menyalakan senternya saat berada dalam ruangan itu.
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 5: Pengagum Queen of Rose

Keesokan harinya,            Awan gelap bergerak cepat saat matahari harusnya mulai terlihat. Kabut pekat yang mengurangi jarak pandang menyelimuti Slavidion. Isabel, dia meraba-raba apa yang ada di balik kabut itu, selangkah demi selangkah menembusnya. Sisa-sisa badai tadi malam rupanya masih ada, tetes air yang menusuk keheningan menjadi pemandu Isabel. Butiran yang datang dari ujung ranting pohon maple, yang jatuh di atas kolam Houston. Diran berdiri di de
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 6: Queen of Rose yang Menghitam

Rin duduk di anak tangga terbawah di lantai satu asrama. Dia baru saja ke kamar Isabel, mengetuk pintu beberapa kali dan Isabel tetap tidak mau membukakan pintu kamarnya. “Tinggalkan aku sendiri!” katanya. Dan kemudian hanya terdengar suara muntah-muntah dari gadis muda yang mengurung dirinya di kamar saat itu. Rin kira Isabel bukanlah orang yang bisa mengungkapkan isi hatinya begitu saja, dan yang mengganggu  Isabel akhir-akhir ini telah membuatnya stress. Hanya saja, Rin tak pernah menyangka bahwa akan ada saat dimana mereka akan berada di tiga tempat berbeda, masing-masing sedang melamunkan sesuatu dan sejenak membuat Rin sedih. Saat tidak ada Isabel, setidaknya ada Sandra dan saat tidak ada Sandra, setidaknya Isabe
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 7: Kutukan Setengah Iblis

Di kamarnya, Isabel menekuk lutut seraya bersandar di sisi tempat tidur meghadap pintu balkon kamarnya yang terbuka. Dia mulai berpikir tentang yang terjadi dan kali ini ia harus percaya.
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 8: Serigala Penjaga

Beberapa bulan kemudian, Slavidion sepertinya berhasil keluar dari keterpurukan. Ketenangan kembali tanpa media dan polisi yang berkeliaran di halaman itu. Bukti-bukti tak cukup untuk mengatakan kematian Max, Diana dan France adalah kasus pembunuhan. Polisi hanya berkesimpulan yang terjadi pada ketiga orang itu sejenis penyakit baru dari sebab yang tidak diketahui. Karena korban hanya tiga orang, juga tidak ada indikasi penularan, polisi tidak bisa memasukkannya dalam kasus wabah berbahaya yang memungkinkan proses belajar mengajar dihentikan dan seluruh penghuninya dievakuasi. Slavidion tetap berjalan seperti biasa.
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 9: Sang Penolong

Hampir pukul tiga siang ketika teriakan anak-anak menggema dari kejauhan. Ketakutan anak baru yang ada dalam bayangan Isabel, seperti roti keju lembut yang masuk ke mulutnya diiringi aroma latte yang memanjakan hidungnya, dinikmati saat matahari ada di seperempat langit di sebelah barat. Benar-benar akan membuatnya merasa tak ada beban, walau dilakukan di atas penderitaan orang lain. Itu adalah bentuk kepuasan bagi seorang senior. Arti sebuah status yang tinggi dan kekuasaan. Dan tidak sebatas itu saja, banyak yang bilang rasa sakit yang junior rasakan menjadi kenangan yang tak pernah mereka lupakan kelak. Seperti yang dirasakan Isabel sekarang, perjuangan menyenangkan di hari itu, sedikit keinginan untuk balas dendam pada saat ini, tapi lebih menghargai kebersamaan. Saat ke
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more

Chapter 10: Seorang Denova

Keesokan paginya, Isabel duduk di bangku taman. Diran belum terlihat di permulaan terang saat itu. Isabel menikmati embun pagi yang mendinginkan paru-parunya, dengan sejauh telinganya membuka, hanya terdengar sayup hembusan angin. Isabel bisa membayangkan apa yang terjadi pada Max dan dua temannya di Slavidion. Tapi, ia pikir hal itu belum pernah terjadi sebelumnya di Slavidion. Catatan sejarah yang bilang begitu. Apakah itu tentang sepuluh tahun lalu, seratus, atau tiga ratus tahun lalu. Tidak ada catatan ten
last updateLast Updated : 2020-10-26
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status