Home / Romansa / Psychopath Love / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Psychopath Love: Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

61.BATAS KEWARASAN ll

"Kau..kau menyukai Kak Johan..?" ragu Lira bertanya. Sonia tersenyum lebar. Seharusnya Lira tak perlu bertanya. Karena tanpa itu pun,semestinya dia tahu.Dari dulu,Kakak nya memang punya banyak penggemar wanita.Tapi dari sekian banyak,hanya Sonia sajalah yang tetap ada di samping Johan.Bahkan ketika dulu Kakaknya tersebut bersanding dengan Anya,wanita itu tetap tak berpaling. "Bukan menyukai." Sonia menatapnya. Wajahnya terlihat sendu. "Tapi mencintai.Seolah aku ingin melebur di dalamnya kalau bisa." ia tertawa. Lira tertegun. Tawa Sonia terhenti saat memandang Lira yang menatap aneh padanya. "Sayang Jo malah terobsesi padamu." ia berkata. Lira terdiam. Ia merasa ada yang aneh dari Sonia. Entah lah apa itu.Mereka sudah saling kenal
Read more

62.HAMPA

Club itu bertambah malam semakin ramai oleh pengunjung. Suara musik yang berdentum dan keriuhan memenuhi tempat yang di dominasi warna merah dengan sorotan lampu disko tersebut.   Di tempat paling sudut,segerombolan muda-mudi bersorak menyemangati dua orang lelaki yang sedang berlomba menghabiskan satu botol vodka dalam sekali tengak.   Rendy duduk di antara orang-orang yang heboh dengan kedua orang yang mati-matian menghabiskan vodka langsung dari botolnya tersebut.   Rendy mendesis sambil memijit keningnya melihat Andreas menjadi salah satu dari orang konyol yang berlomba tersebut.   Wajah Tuan mudanya sudah memerah.Sampai otot-otot lehernya bertonjolan,tapi dia terus mengelontorkan air yang rasanya tidak lebih buruk dari soda dengan rasa pahit dan panas di tenggorokan tersebut.  
Read more

63.SEPERTI DIA

"Surprise,Ren." Johan berjalan pelan ke arah mereka. "Kau membicarakan ku?" ia tersenyum sambil merangkul pundak Rendy yang terdiam seolah tengah terpergok mencuri. "Bukan seperti itu Kak,saya.." "Baru beberapa bulan nggak ketemu,kenapa penampilanmu jadi kayak Bapak-bapak gini?" kalimat Rendy terpotong oleh celetukan konyol yang keluar dari mulut Andreas. "Astaga..orang ini.." Rendy mengerang dalam hati.Hanya mampu dalam hati,karena begitu hormatnya pada lelaki seumurannya itu. "Aku sudah bekerja dan kini membawahi langsung salah satu Perusahan milik keluarga ku,jadi sudah sepantasnya aku berpenampilan seperti ini." Johan tersenyum ramah,seperti tidak tersinggung dengan kata-kata Andreas. Keramaian Club masih terdengar jelas dari tempat mereka berada. An
Read more

64.ARAH

Johan keluar dari Club ekslusif itu dengan amarah yang ia pendam.Wajahnya kaku,dan ia melangkah cepat dengan pandangan lurus menuju lahan parkir yang terletak di samping gedung.   "Aku memang bajingan.Tapi setidaknya aku tak pernah berbohong,dan bersikap munafik seperti mu!"   Kata-kata Andreas beberapa saat lalu membuat emosinya hampir tak tertahan.   "Bagaimana lelaki bodoh itu bisa tahu..?" ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.   BUUGH!   Seorang pemuda yang tengah mabuk berat berjalan sempoyongan dan tak sengaja menubruk pundak Johan.   "Heh,b4ngs4t,punya mata enggak lu?" ia mengumpat dan menyemburkan aroma alkohol yang pekat.   Johan hanya menatap.
Read more

65.DUA SISI

Rendy dan Andreas memang seperti dua sisi mata uang.Berbeda,namun tak bisa di pisahkan.Beberapa orang bahkan menganggap jika mereka berdua pasangan sejenis karena kadang terlalu over dalam hal kedekatan. Walaupun di aku saudara,dari cara dan sikap Rendy memanggil Andreas,pastilah kita sudah bisa menebak jika hubungan mereka tidaklah sesederhana itu. Benar,mereka bersaudara.Tapi tidak kandung. Rendy anak angkat di Keluarga Martadinata yang terhormat.Di adopsi untuk menemani Andreas yang anak tunggal dalam keluarga tersebut. Entah Rendy yang tahu diri atau merasa minder,ia selalu sungkan untuk memanggil Papa kepada Adnan,dan tak enak memanggil Andreas tanpa embel Tuan Muda. "Tuan muda jauh lebih cerdas dari saya jika sudah serius dengan tujuannya." akhirnya Rendy berkata. "
Read more

66.WANITA

Nafas Sonia tercekat saat melihat Liana berjalan pelan memasuki ruang tengah yang temaram.   "Sonia?" tak kalah terkejut.Wanita berusia empat puluh lima tahunan yang baru saja datang itu kaget melihat Sonia berada di rumahnya subuh seperti ini.   "Kenapa tidak ada orang?" Aji yang mengekor di belakang istrinya bertanya dengan pandangan berkeliling.   "Sonia?" sama seperti istrinya ia kaget.   Sonia menelan ludah.Tak beranjak dari tempatnya karena kejadian ini begitu tiba-tiba.   Liana berjalan mendekatinya."Kenapa pagi-pagi..."   "Tidak perlu di tanya." potong Aji sambil merangkul istrinya dan mengajak pergi. "Kini kau tahu bagaimana kelakuan Johan di belakang kita." Aji memandang sinis pada Sonia yang rikuh. &nbs
Read more

67.WANITA II

Sonia mendorong Lira begitu saja masuk ke ruang bawah tanah tempat Johan dulu menghilangkan 'bukti' dengan membakar habis semua. "Kau kejam Sonia!" hardik Lira.Mukanya babak belur dengan ujung bibir sobek dan banyak bekas cakaran. "Kau yang tak tahu diri!" Sonia mengumpat.Nafasnya masih tersengal, karena tadi ia menyeret Lira dari halaman menuju ke paviliun tak terpakai dengan ruang bawah tanah tempat pembakaran jaman dulu ini. "Kau bilang ingin membantuku.Tapi apa yang kini kau lakukan?" Air mata Lira mengalir.Rasanya wajahnya perih dengan seluruh tubuh yang terasa sakit. Ia terduduk di tanah kotor penuh sisa bakaran yang membuat baju warna merah mudanya makin kumal. "Memang salah siapa?!" wajah Sonia memerah dengan otot-otot lehernya yang bertonjolan.Rupanya ia sudah tak sanggup menahan rasa cemburu.
Read more

68.KEINGINANKU

Hanya luka gatal yang saya garuk,Tante." Sonia tersenyum semanis mungkin.   Mulut Liana membulat.   "Kuku jari saya panjang." ia memperlihatkan jari-jari tangannya.   "Ah..sebaiknya jangan di garuk keras-keras,anak perempuan tidak baik kalau ada luka di tubuhnya." Liana menasehati.   "Iya,terimakasih nasehatnya,akan saya ingat." Sonia menunduk kan kepala beberapa kali sebagai tanda hormat. Diam-diam ia teringat akan Lira,yang tidak lain adalah anak dari Liana sendiri,yang ia sakiti sampai wajahnya membiru dengan ujung bibir yang robek.   "Sama-sama Sonia." Liana tersenyum. Pandangannya beralih pada Johan. "Jo," ia memanggil.   Johan mengangkat wajah,menoleh ke arah Ibu tirinya tersebut.   "S
Read more

69.PEMBUNUH

Liana gemetaran sampai tak mampu berkata apa pun. Pecahan gelas berisi jus yang sedianya akan ia berikan pada Johan supaya tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Ayahnya berhamburan di bawah kakinya. Johan cepat merapikan diri,ia mengkerutkan kedua alisnya manatap Sonia yang pura-pura kaget. Tapi Johan tahu,Sonia menjebaknya. "Mama.." Johan berusaha menenangkan. Tapi Liana menyuruhnya mundur. Dia memang bukan Ibu kandungnya.Tapi ia yang merawat dan membesarkannya tanpa pernah pilih kasih.Air mata Liana tak terbendung,dadanya serasa di pukul martil saat melihat kelakuan anaknya. "Nikahi dia,Jo,atau Ayahmu akan tahu." Liana mengancam. Gerakan Johan terhenti.Ia menatap baik-baik Ibu tirinya yang terlihat sangat syok. "Ya Tuhan..kenap
Read more

70.KESEMPATAN

"I,iya,tadi saya terlalu banyak menuang karbol." Sonia berbohong. Sesekali ia menunduk gelisah,saat pria separuh abad itu makin dekat ke arahnya. "Sebenarnya,ada hubungan apa kalian berdua?" tanya Aji setelah mengamati Sonia beberapa saat. Mata Sonia bergerak-gerak,bingung mencari jawaban yang tepat. Tanpa sadar,ia mengenggam gagang alat pel itu kuat-kuat. "Dulu aku sering melihatmu bersama Jo,ketika kalian masih kuliah." "I,itu..karena saya memang sering meminta bantuhan Johan belajar." Sonia mencoba memandang lawan bicaranya. "Sesuai dengan yang tadi saya ceritakan..saya harus dapat beasiswa, supaya bisa terus kuliah,karena..saya sudah tak punya orang tua." Aji menatap tak yakin.Hal itu membuat Sonia kembali tertunduk.
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status