Home / Romansa / Psychopath Love / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Psychopath Love: Chapter 31 - Chapter 40

83 Chapters

31. KEDEKATAN

Meskipun harus mengalami cidera kepala dan selama satu minggu lebih harus mendekam di Rumah Sakit, tapi Johan bisa tersenyum puas saat kasus di tutup dan hanya di anggap kecelakaan. Meskipun ada sedikit kejanggalan ketika penyelidikan, tapi dalam hal ini Johan patut berterima kasih pada Keluarga Besarnya. Tentu saja, karen Keluarga Prawira merupakan salah satu Keluarga terpandang di Kota itu dan hal mudah untuk membuat Kepolisian menghentikan penyelidikan dalam waktu cepat. Keluarga Anya memang tak menuntut apa-apa. Tapi di malam Anya di kebumikan, salah satu Perwakilan Keluarga Prawira datang dengan membawa sekoper penuh uang tanda duka cita. "Papa mu memang nggak pulang, tapi dia perhatian dengan membereskan semua." Sonia yang duduk di kursi di pinggir ranjang tempat Johan berbaring sambil mengupas jeruk berkata. Johan terkekeh mendengar nya. "Apa aku perlu menjelaskan kenapa dia mau mengeluarkan u
Read more

32. ANDREAS

Rendy menghela nafas sambil memandangi Andreas dan Lira dari kejauhan. Beberapa hari ini hubungan orang yang ia panggil Tuan muda bersama pacar barunya itu semakin dekat. Bahkan kini gadis itu sudah di ajak ke rumah. Seperti saat ini. Ragu-ragu Rendy berjalan mendekati pasangan yang tengah tertawa bahagia di pinggir kolam renang. "Hei, Ren !" sapa Andreas saat melihat Rendy berjalan ke arahnya. Lira yang hendak menyuapkan satu sendok nasi beserta lauk kepada Andreas terkejut dan mengurungkan niatnya. Tapi dengan cepat Andreas memegangi pergelangan tangan gadis itu dan mengarahkan ke mulutnya. Wajah Lira memerah saat Andreas melahap nasi dari sendok yang ia pegang dalam jarak yang dekat. "Ikut makan sini." ajak Andreas sambil mengunyah makananya. "Saya sudah makan." jawab Rendy sambil duduk di antara mereka. "Kak Rendy ada janji dengan Kak
Read more

33. ANDREAS II

Lira gemetaran melihat Andreas yang menindih Lelaki itu dan memukulinya berkali-kali sampai seluruh wajah Lelaki itu lebam dan berdarah. "Mau mati hah, berani menyentuh milikku !?" bentak Andreas sambil melayangkan pukulanya yang kesekian kali ke wajah Lelaki itu. Entah Lelaki itu mabuk atau bagaiman, sudah di hajar sampai berdarah-darah masih juga tertawa.  Tamu yang lain berkumpul, tapi hanya melihat tanpa berusaha melerai. Malah yang Lira simpulkan, mereka seperti menimati adegan perkelahian itu. "Udah, lah, Bro." Bryan yang bersandar pada meja bar berkata santai sambil meneguk vodka dari gelas kecil dan memainkan setelah isinya habis ia minum. "Salah gue di mana, Bro ?" Lelaki yang tergeletak dengan darah mengalir dari hidung itu terkekeh. "Elu kan memang model nya sekali pakai." ia tertawa. "Tapi bukan berarti elu bebas pegang punya gue." Andreas be
Read more

34. AMARAH

Kakak ?" Lira terkejut dan mundur selangkah melihat Johan yang berjalan ke arahnya. "Dari mana, Lir ?" tanyanya. Johan terlihat baik-baik saja untuk ukuran orang yang baru keluar dari Rumah Sakit dan mengalami kecelakaan hebat. Mungkin karena memang sebenarnya lukanya tak fatal dan hanya menyisahkan sedikit goresan memajang bekas operasi pada kepala bagian depannya yang kini tertutup rambut. "A, aku.." Lira gugup. Dia bukan orang yang pandai berbohong. "Aku pulang sejak pagi dan ingin memberimu kejutan. Tapi kau baru pulang larut seperti ini." Ekspresi Johan entak kenapa membuat Lira merinding. "Apa wajah Kakak memang seperti ini ?" Lira bertanya dalam hati. Johan berhenti tepat di depannya. Lelaki yang malam ini memakai kaos warna putih dengan celana pendek selutut itu membungkukkan sedikit badannya untuk mencium aroma samar yang ia kenal. Lira mundur dan merapatkan tubuhnya. "A
Read more

35. IBLIS

Lira menjerit dan memukul Johan sekuatnya. Dia pertahankan mati-matian bajunya yang telah tercabik dan memperlihatkan sebagian tubuh indahnya. "Kakaak !" Lira menjerit saat Johan menyatukan kedua tangan Lira ke atas dengan satu tangan. Sedangkan tangannya yang lain meremas dan mencium di mana Andreas meninggalkan tanda.  Otaknya seperti berputar. Pandangan Lira serasa gelap menatap langit-langit kamarnya yang terasa remang padahal lampu menyala terang. Dia tak percaya." Kakak..ini bukan Kakak, ini bukan Kakak.." pikirannya terus menolak. "Hai, Lir."  Sapaan pertama Johan saat mereka pertama bertemu terbayang. Johan mencium dan menyesap semua bagian atas dari tubuh Lira. "Lembut sekali, Lir." matanya berkilat menatap di antara dua gundukan daging yang di penuhi tanda merah darinya. Di beberapa bagian bahkan terdapat bekas gigitan. 
Read more

36. IBLIS II

Obat bius ?" kening Sonia berkerut. "Untuk apa ?" tanyanya. "Kau ingin memberikan atau tidak ?" Johan duduk bersandar pada meja sambil melipat kedua tangannya ke dada. Ini sudah masuk hari ke lima sejak Johan keluar dari Rumah sakit dan kini telah aktif Kuliah lagi. Seperti saat ini, mereka tengah di dalam ruang kelas Fakultas Kedokteran tempat Sonia mengambil jurusan. "Apa kau membutuhkannya untuk Papa mu ?" selidik Sonia. Johan terkekeh. Sonia makin curiga. Sejak keluar dari Rumah Sakit mood Johan sangat baik. Bahkan ia bisa tersenyum dan ramah kepada semua orang yang berpapasan dengannya. "Baiklah kau tidak mau membantu." Johan menyampirkan tas ranselny ke pundak sebelah kanan dan berdiri tegak, bersiap untuk pergi. "Tunggu." cegah Sonia sambil meraih lengan Johan. Lelaki yang siang ini memakai kaos merah dan celan
Read more

37. TAKUT

Setengah jam kemudian Johan telah sampai di Rumah. Biasanya di halaman depan sudah menunggu Sopir yang bertugas membawa mobil nya ke garasi. Atau akan tampak beberapa Satpam dan  Tukang kebun yang biasa merapikan taman. Tapi kali ini tak tampak siapa pun. Johan membuka pintu dan melangkah ringan. Sunyi tanpa ada seorang pun yang membuka kan pintu dan menyambutnya. "Tuan Muda." seorang Pelayan wanita yang tempo hari memergoki Johan membunuh buruk kesayangan Ayahnya berjalan mendekat. Johan menoleh ke arahnya. "Tadi pagi ada teman Nona Lira yang ke sini." ia menunduk. Bibir Johan menipis. Ia tahu itu Andreas. " Lalu kau bilang apa ?" tanyanya. "Sesuai perintah Tuan Muda, saya mengatakan Nona Lira sedang berlibur." jawab si Pelayan wanita. "Gadia pintar." Johan terkekeh. Kedua pipi Pelayan wanita itu memerah. Tapi d
Read more

38. TAK BISA TANPA AKU

Entah sudah berapa kali Johan memaksa Lira untuk memuaskan hasratnya. Selama hampir satu minggu Lira terkurung di dalam kamarnya sendiri yang berubah bak neraka dunia. "Lir, kenapa kau enak sekali ?" suara Johan yang berada di atas dan tengah berbisik di telingannya membuat Lira gemetar dengan air mata yang meleleh deras. Lira sangat syok. Begitu syok sampai ia tidak bisa berbicara dan bertingkah seperti anak kecil yang ketakutan tiap waktu. Lira juga menjadi takut melihat sosoknya sendiri di cermin. Ia akan menjerit-jerit seperi orang gila saat tak sengaja melihat pantulan wajahnya di kaca. Bahkan untuk makan pun Lira tak sanggup, kecuali di bawah ancaman Johan dan lelaki itu pula yang menyuapinya sedikit demi sedikit. Hidup normal Lira serasa hilang dalam sekejam. Dan di gantikan mimpi buruk yang tak pernah terbayangkan. Lira berbaring telentang dengan mata
Read more

39. MALAIKATKU

Lira berteriak histeris saat Johan menjulurkan tangan untuk meraihnya. Dia kembali menangis dan berusaha untuk melepaskan diri.   Johan tersenyum lebar tanpa mau melepas pegangan tangannya pada pergelangan lengan Lira. "Ada apa Lira sayang ?" tanyanya ringan.   Lira makin keras berteriak. Di pukulinya berkali-kali dada dan pundak Johan agar lelaki itu menjauh darinya. Tapi itu hanya serasa seperti kibasan ringan yang membuat Johan tertawa geli.   "Ayo makan." wajah tampan dan suara ramah Johan masih terpampang di hadapan raut wajah Lira yang basah oleh air mata dan raut ketakutan. "Aku akan menyuapi mu, ya ?" Johan tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi dan tak bercela.   Lira mengeleng berkali-kali dengan suaranya yang mirip cicitan tikus karena begitu memelas dalam upaya melepaskan dirinya yang tak mungkin berhasil.   Senyum Johan makin sumringah. Ia mel
Read more

40.KEDATANGAN

Hujan rintik-rintik mengiringi kepulangan suami istri Prawira yang baru saja memarkirkan mobilnya di depan rumah. Supir pribadi mereka bergegas turun membukakan pintu untuk Sang Majikan. "Selamat datang Tuan, Nyonya." Dua orang Pelayan wanita sudah menunggu untuk membawakan barang-barang mereka. Aji yang baru turun dari mobil mengerenyit. "Aku tidak pernah melihat kalian." ia berkata. "Ada apa ?" tanya Liana yang terhalang Suaminya karena berhenti mendadak. Kedua Pelayan itu masih menunduk, pura-pura sibuk membantu si Supir yang mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobil. "Wajah mereka..aku jarang memperhatikan Pelayan. Tapi, aku kurang familiar dengan mereka." Aji mencermati. Istrinya ikut memperhatikan. "Kami memang baru..." salah satu dari Pelayan itu menunduk dan akhirnya angkat bicara. "Pap
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status