Home / Romansa / Psychopath Love / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Psychopath Love: Chapter 41 - Chapter 50

83 Chapters

41. TERSEMBUNYI

Pasangan suami istri itu terkejut mendengar penuturan Johan. "A'apa ?" Liana yang pertama berucap. Sedang suaminya masih membelalakkan mata menatap ke arah anak lelakinya. "Lira sedang dekat dengan seorang." Johan mengulang kalimatnya. "Mungkin mereka berpacaran,atau..entahlah yang jelas mereka dekat." Johan berkata ragu. "Siapa? Sejak kapan?" tanya Liana tak sabar. Johan menelan ludah. Ia seperti ragu untuk mengungkapkan. Dilirik Ayahnya yang masih menatap tajam ke arahnya. "Papa pasti tahu anak lelaki keluarga Marthadinata." ucap Johan perlahan. Aji kaget mendengarnya. Ia dan istrinya saling pandang, sebelum kembali melihat ke arah Johan. "Lira dekat dengannya." lanjut Johan sambil menautkan jari-jemari tangannya gelisah. "Yang mana ?" Aji akhirnya bersuara. "Yang aku tahu Adnan Marthadinata punya dua orang putra. Tapi yang sering ikut
Read more

42. TERSEMBUNYI II

Mereka terus masuk ke lorong dengan penerangan remang-remang. Semakin ke dalam, mulai terdengar keramaian dari suara orang-orang yang bersorai dan berteriak. Semakin terang dan luas area yang mereka jajaki. Terlihatlah sebuah tempat mirip area tinju lengkap dengan ring ditengah dan deretan kursi penonton yang mengelilingi. Di atas ring tampak dua orang pria bertopeng dengan beberapa bagian tubuhnya yang terluka saling menendang dan memukul. "Aku kira kau akan melewatkan kesempatan ini." seorang pria gempal berjas hitam dengan topeng menyeramkan menutupi separuh wajahnya menghadang langkah mereka. "Mana mungkin aku melewatkan uang yang pasti jadi milikku." Johan berkata ringan. Pria itu tertawa terbahak. "Aku bertaruh banyak untukmu, Joker. Jangan kecewakan aku." ia menyalakan cerutunya. "Aku pastikan kau akan semakin kaya dengan bisnis ini  Mr Jack." Joh
Read more

43. JOKER

Hampir tidak ada peraturan dalam pertandingan brutal tersebut selain di larang memukul wajah dan area vital. Lainnya bebas. Bahkan jika salah satu petarung meninggalpun, akan ada pihak yang membereskan tanpa si lawan harus susah-susah bertanggung jawab atas kematianya. Miris? Ya, semua kembali ke uang yang berkuasa. Dalam semalam seorang gelandangan yang pandai ilmu bela diri dan ikut terjun ke dalam turnamen dan memenagkannya, niscaya esoknya dia akan menjadi kaya raya. Jadi jangan heran jika seorang Johan yang walaupun terlahir dari keluarga mampu, namun minim uang jajan, bisa membelikan Sonia satu unit Apartemen lengkap dengan isinya pasca pembunuhan yang mereka lakukan pada Ayah tiri Sonia. BUAAAKK!! Sebuah pukulan di dada langsung di layangkan Dog begitu tanda pertandingan di mulai berbunyi. Johan oleng, namun tidak sampai membuatnya ambruk. Ia hanya terdorong sampai batas ring dan langsung berp
Read more

44.PARTNER

Johan memainkan gepokan uang berwarna merah yang memenuhi tas ransel berwarna hitam di pangkuannya. Sesekali ia tertawa senang mengingat moment penghabisan Dog yang mati kutu di bawah kakinya. Puas menimang dan iseng mengelap keringat yang mengalir di dahi dengan lembar uang seratus ribuan itu, Johan menutup resleting tas ransel penuh uang tersebut dan melempar ke jog belakang. "Aku bahagia sekali malam ini." ia menyandarkan diri pada jog mobil sambil tersenyum lebar ke arah Sonia yang masih sibuk dengan jarum suntik dan obat. "Aku tingkatkan dosisnya, karena lukamu cukup parah." Sonia berkata dengan wajah serius. Ia tak menanggapi Johan yang membelai-belai rambut panjangnya dan mencium dengan gaya di buat-buat untuk melucu. Tapi bagi Sonia yang telah melihat luka yang ada hampir di semua bagian perut,dada dan punggung Johan, tak ada rasa gembira sedikitpun. Kecuali cemas dan kha
Read more

45. PAPA DAN MAMA

"LIRAAA..!" Liana bangkit dari tidur dan berteriak. Tangannya meraih kegelapan kamar tidur mewahnya yang kesemua lampu telah di matikan. "Liana ?" Aji yang tidur di sebelah kaget dan ikut terbangun. "Kau mimpi buruk?"tanyanya sambil merangkul dan menenangkan istrinya yang berkeringat dingin dengan pandangan syok. "Lira.." ia menangis. "Aku bermimpi Lira  berada di tempat yang sangat gelap." ia memandang Suaminya dengan air mata berderai. "Dia menangis dan menjerit-jerit memanggilku." ucap Liana mencoba kuat meskipun rongga dadanya sesak oleh kekalutan. "Tapi saat aku berusaha menolong, Lira semakin menjauh dan makin masuk ke dalam lorong gelap yang dalam. Lira..dia terlihat sangat menderita." Liana terisak, hatinya rapuh membayangkan seandainya itu bukan hanya sebuah mimpi. Tapi pertanda buruk akan keselamatan putrinya. Aji segera memeluknya. "Tenanglah, itu hanya mimpi buruk karena kau terlalu memikirkan Lira."&nbs
Read more

46. PALSU

Liana menyalakan saklar lampu, membuat ruang tidur anaknya tersebut terang benderang. Hatinya teremas ngilu melihat kamar Lira yang tertata rapi dan masih tampak sama seperti saat terakhir ia ingat. Ia berjalan perlahan menelusuri barang-barang Lira yang berjajar di dalammya. Sampai ia berhenti pada potret ukuran 4R yang berada di atas meja belajar.  Potret diri Lira dan Johan yang tengah tertawa. Liana tersenyum mengingat moment ketika Lira lulus SMP dan di hari yang sama pesawat yang mereka naiki delay. Jadilah perwakilan keluarga hanya Johan, karena dua kakaknya yang lainpun sangat sibuk dan baru mengucapkan selamat pada malam harinya ketika mereka merayakan dengan makan malam. "Sejak dulu Johan memang yang paling sayang pada Lira."Liana berguman lalu di letakkan kembali figura photo tersebut pada tempatnya. Suasana begitu tenang dengan hanya terdengar suara detak jam wek
Read more

47. TUDUHAN

Bagaimana pun kita akan ke rumah keluarga Prawira untuk menjelaskan." Adnan memutuskan. "Nggak!" Andreas menolak keras. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi sambil menyandarkan kepalanya pada tangan. Ayahnya masih diam memandang. Sedang Rendy berpikir keras mencari jalan tengah supaya Tuan mudanya itu mau menurunkan sedikit egonya dalam keadaan seperti ini. "Aku kan sudah bilang nggak tahu di mana Lira. Buat apa aku ke sana?" wajah Andreas makin masam. "Lebih baik turuti saja." Rendy berkata pelan, hampir seperti bisikan. "Ogah." ucap Andreas dengan kening berkerut karena Rendy tak membelanya. "Nanti malam kita ke rumah keluarga Prawira." Adnan bangkit dari duduknya."Aku sudah memutuskan, aku harap nanti malam kalian bersiap untuk ke sana." Andreas mengangga memandang Ayahnya yang mengabaikan perkataannya dan langsung berjalan menunju pin
Read more

48.PERTEMUAN

Sampai di hari berikutnya masih tak ada kabar apa pun meskipun daya upaya telah di lakukan. Dari mengintrogasi orang-orang yang bersangkutan sampai akhirnya melibatkan pihak berwajib. Tak ada jejak apa pun tentang keberadaan Lira.   "Saya dan Lira memang berpacaran." ucap Andreas pada suami istri Prawira. Di malam ketiga setelah Ayahnya memberikan mandat, akhirnya ia datang bersama keluarga. Tentu saja keluarga yang di maksud hanya Rendy dan Ayahnya, karena Ibu Andreas telah meninggal saat mereka masih berusia delapan tahun.   "Tapi saya benar-benar tidak tahu dia di mana." lanjut Andreas dengan wajah sungguh-sungguh. Dalam hal tertentu Andreas memang konyol dan semau-maunya. Tapi dia tahu sopan santun dan tata krama, apa lagi ini dengan rekan bisnis Ayahnya. Tentu dia tidak akan bertindak sembarangan, jika tidak mau kena murka Adnan yang duduk di sebelahnya dengan raut wajah kakunya.   Liana terlihat putus asa mendengar
Read more

49.LIRA

Tok! Tok! Tok! Emmy si Pelayan mengetuk pintu kamar Johan tengah malan. Di tangannya ia membawa nampan berisi makanan dan minuman. Sesekali ia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan was-was. Pintu terbuka perlahan. Emmy lekas menyerahkan nampan berisi makanan tadi kepada Johan yang berdiri di ambang pintu tanpa membuka sepenuhnya. Emmy menunduk dan tanpa mengucap apapun, Johan langsung menutup pintu kamarnya. Begitu pintu tertutup, Pelayan Emmy menghela nafas lega. Di pegangi dadanya yang berdebar tak karuan tiap kali ia melakukan pekerjaan yang di perintahkan Tuan mudanya tersebut. Tak mau berlama-lama, dalam keremangan rumah yang lampu-lampu utamanya telah di matikan, Emmy segera pergi dari s
Read more

50. SI PELAYAN

Johan yang sedang meminum susu hangat melihat dari balik gelas kaca saat Pelayan Emmy yang membawa nampan berisi cangkir teh dengan beberapa potong roti lewat di depan. Mereka saling lirik sesaat sebelum Emmy berjalan menuju halaman belakang. "Silahkan, Tuan, Nyonya." sambil menunduk Pelayan wanita dengan rambut tergelung sederhana itu menyuguhkan bawaannya ke atas meja kecil samping taman. Dua majikannya tak menanggapi. Atau mungkin tak tahu jika dia ada. Meski begitu, Emmy tetap menunduk dan undur diri dengan sopan. Ia sempat melihat sang Nyonya tengah menitikan air mata di pipinya yang terlihat semakin cekung dari hari ke hari. Yah, sudah sebulan Lira hilang dan sampai sekarang belum ada kabar apa pun. Meski pencarian terus di lakukan. Membuat pasangan suami istri Prawira memutuskan tak lagi mengurusi bisnisn
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status