Home / Romansa / CAN'T STOP (INDONESIA) / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of CAN'T STOP (INDONESIA): Chapter 71 - Chapter 80

97 Chapters

70. Akhir Dari Segalanya

    Dua tahun telah berlalu. Roda waktu bergulir dengan cepat hingga tak terasa oleh semua orang. Ada banyak perubahan yang terjadi di luar sana. Entah dari gedung yang tinggi menjulang, sampai tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh orang-orang.    Semua berubah menjadi asing. Sejauh mata memandang, yang ada hanya kemajuan zaman. Semua tempat tak lagi terlihat sama seperti sebelumnya. Lapangan hijau dan luas yang sering dijadikan tempat bermain oleh anak-anak selepas pulang sekolah, kini telah berganti menjadi gedung pencakar langit dengan 34 lantai.    Tinggi menjulang dan menghapus semua kenangan yang ada. Padahal lapangan itu memiliki banyak sekali kegunaan, selain dijadikan lapangan bermain sepak bola. Ada banyak warga yang sering berolahraga di sekitar, mengajak anjing peliharaan mereka untuk mengelilingi lapangan, sampai menjadikan tempat umum itu sebagai area piknik.    Namun, kini, setelah dua tahun lamanya, s
Read more

71. Awal Yang Baru

    "Hei, kau." Louis yang sedang melewati mesin permen otomatis melirikkan matanya sedikit ke arah seorang remaja laki-laki dengan model rambut Two Block-nya yang merusak mata. Remaja yang sedang berjongkok bersama dua temannya yang lain itu menatap Louis dengan tatapan tajam.    "Kau punya rokok, tidak?" tanyanya dengan nada kasar. "Rokok kami habis. Beri kami tiga batang."    Louis menatap sesaat, lalu kemudian menghela napas panjang. Hanya karena itu, orang-orang berwajah berandalan ini memanggilnya? Memalukan sekali. Apa mereka tak bisa membeli sendiri dan malah meminta kepada orang lain yang hanya lewat?    Bagi Louis, berhenti tiba-tiba karena dicegat oleh alasan tak masuk akal seperti sekarang ini membuatnya terlihat seperti orang bodoh.    Louis sengaja berbalik dan menghadap ketiga remaja itu, dan seketika senyum miring yang jarang ia perlihatkan pun tampak saat itu juga. "Bukankah kalian ini
Read more

72. Luka Yang Tak Diketahui

Mereka berempat ketahuan pemilik rumah yang kemudian melaporkan mereka ke pihak berwajib. Louis dan kawan-kawan ditangkap dan digiring ke kantor polisi.    Meski bukan yang pertama kalinya, sebab mereka sering sekali ketahuan oleh para petugas itu dan diberi surat peringatan sekadarnya saja. Kali ini, para petugas kepolisian itu benar-benar menghubungi orang tua mereka di rumah.    "Hei, kau yang berjaket merah," panggil petugas seraya menunjuk Louis. "Sebutkan nomor telepon orang tuamu, cepat!"    Louis yang bersandar di kursi seraya melipat kedua tangan di dada segera membuang muka, terkekeh sebentar, lalu kembali menatap petugas yang baru saja berbicara kepadanya itu dengan tatapan sinis. "Pak, walau aku beritahu Anda sekalipun, mereka tidak akan mungkin ke sini dan membantuku," jawabnya dingin. "Tak perlu buang-buang waktu dengan menghubungi mereka."    Louis kembali menikmati suasana kantor polisi dengan te
Read more

73. Sebuah Luka Yang Akan Terus Membekas

Setelah pertemuan pertama mereka, Louis mencari tahu keberadaan wanita itu di mana-mana hingga kemudian dia berhasil menemukan kafe tempat wanita itu bekerja. Sejak wanita itu menegurnya dengan cara yang manis, Louis pun berhenti merokok.    Dia menjadi sering datang ke kafe, hanya untuk melihat Maria. Walau tak berkenalan secara resmi, tetapi wanita itu tahu dengan namanya dan dirinya pun tahu nama dari wanita itu.    Louis bahkan sering menceritakan kisah hidupnya kepada Maria dan wanita itu selalu mendengar setiap ceritanya dengan baik. Remaja itu merasa nyaman dengan sang wanita. Sifatnya yang ramah dan juga keibuan, membuat Louis merasa nyaman berada di dekatnya.    Dan entah sejak kapan, Louis meninggalkan semua kenakalan yang dia perbuat.    Suatu hari, Louis mendapat masalah di sekolah. Anak yang dulu pernah dia ganggu, melaporkan perbuatan Louis kepada kepala sekolah, dan menyebabkan orang tuanya harus
Read more

74. Penyesalan Yang Datang Terlambat

    Walau telah mengungkapkan perasaannya, nyatanya Louis tak punya keinginan untuk menjauh barang sedikit pun dari Maria. Apa salahnya jika wanita itu sudah menikah dan mempunyai anak? Benar kata wanita itu, dia hanya cukup menjadi seorang teman, kakak atau ibu untuk memenuhi rasa ingin tahu dari seorang remaja kasmaran seperti Louis.    Dia tak akan lagi mempermasalahkannya. Hanya cukup dengan melihat Maria saja, maka Louis akan bahagia. Namun, remaja yang patah hati akan tetap terlihat jika dirinya berada di rumah.    Pertama kalinya, Louis menulis kata-kata penuh makna yang menunjukkan perasaannya. Dia torehkan seluruh isi hatinya melalui beberapa lembar kertas putih, dan terkadang tidak sengaja dibaca oleh Meggan yang membersihkan kamarnya. Akan tetapi wanita itu tak tahu jika anak pertamanya sedang jatuh cinta.    Lebih-lebih lagi, cinta terlarang kepada seorang wanita yang sudah mempunyai suami dan anak.&
Read more

75. Cinta Yang Tak Sampai

Di perjalanan menuju kafe, Louis mulai merasakan efek yang kurang nyaman pada tubuh bagian bawahnya, tetapi dia abaikan itu semua dan memilih untuk melajukan mobil merahnya dengan cepat.Mustahil dia mabuk, sebab dia itu terkenal sanggup menghabiskan beberapa buah botol bir seorang diri. Tiga buah gelas saja tidak mungkin bisa membuatnya kehilangan kesadaran. Apalagi, ini hanya minum sedikit saja.Sayangnya, dia tak tahu jika ada campuran lain di dalam gelas terakhir yang dia minum. Ini semua adalah perbuatan mereka, orang-orang berpikiran picik yang tak akan segan-segan menghancurkan hidup orang lain demi tujuannya semata.Louis benci sekali dengan orang-orang seperti itu. Akan tetapi, entah mengapa dia lebih membenci dirinya sendiri yang berani mengambil taruhan itu tanpa tahu akibat apa yang akan dia terima.Obat yang masuk ke dalam perutnya itu adalah obat yang akan mengantarkan hidup Maria, keluarganya, serta masa depannya hancur dan menimbulkan sebuah luka
Read more

76. Di Luar Kendali

Maria dengan cepat menggeleng. Ini sudah terlalu salah, pikirnya.    "Tidak, Louis," ucapnya tegas. Sebelum cinta di antara keduanya semakin membesar, sebelum tuhan mencatat dosanya karena telah melabuhkan perasaan kepada lelaki lain selain suaminya, dia harus segera menghentikan perasaan pemuda ini dan juga perasaannya sendiri.Maria kemudian membalikkan badan, menghadap Louis dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Tidak semua orang bisa kau buat nyaman, Louis. Begitu pula aku, karena karakter setiap orang itu berbeda-beda.""Ya, Maria. Tapi kau berbeda. Kau tidak sama dengan mereka yang pernah kutemui ....""Louis, aku tahu," tegas Maria sambil menaikkan nada bicaranya. Wanita itu kembali membalikkan badan, membelakangi pemuda yang terus saja memandanginya tanpa jemu. "Sama halnya denganku, kau bisa saja terus bersamaku, tetapi jika kau terus memaksaku berbuat seperti ini, maka aku tidak akan bisa lagi merasa nyaman denganmu."Maria m
Read more

77. Air Mata Kesedihan

    Semuanya terjadi begitu cepat dan tak bisa diprediksi oleh Maria sebelumnya. Louis yang berada di bawah kendali minuman keras membuat kesadarannya seolah mengambang entah kemana. Pemuda yang biasanya tenang, kini berubah menjadi liar dan tak terkendali.    Seperti hewan yang hanya mengikuti hawa nafsunya semata. Bertindak agresif dan cepat. Maria tak sanggup jika melawan pemuda itu, meski dia sudah berusaha keras. Louis memang kehilangan kesadarannya. Dia tak bisa berhenti begitu saja meski sebenarnya di dalam hati dia tak ingin menodai wanita yang ia kasihi.    Akan tetapi, dari semua kejadian dan penggalan ingatan yang samar-samar itu, yang jelas Louis sendiri pun tahu jika yang saat ini tengah ia paksa berhubungan badan adalah Maria, sang pemilik kafe langganannya.    Wanita yang selama ini dengan setia mendengarkan setiap keluh kesah dan cerita hidupnya. Wanita yang beberapa waktu lalu menolak perasaannya. Wanit
Read more

78. Menyerahkan Diri

    "Kumohon ... hentikannn ... hiks!"    Erangan, desahan dan jerit tangis seorang Maria pun memenuhi ruangan yang dekat dengan meja dapur tempat biasanya wanita itu menyiapkan pesanan para tamu kafenya. Wanita itu meringkuk dengan tubuh yang dipenuhi keringat dan air mata yang membasahi seluruh wajahnya.    Louis terus saja memaksakan nafsu bejatnya terhadap tubuh lemas Maria. Hingga tak menyadari dua pasang mata dua orang anak kecil yang tengah menatap aksi gilanya dengan tubuh mematung. Syok di tempat, sebab tak tahu apa yang harus mereka lakukan ketika melihatnya.    Louis sangat mengaguminya, dia terlalu mencintai Maria hingga membuatnya lupa diri. Hingga lupa dengan status yang dia miliki dengan Maria.Lupa dengan batas yang memisahkan dia dengan sang pujaan hati.Cinta pertama yang telah menorehkan luka. Memberikan kenangan manis serta kenangan pahit di saat bersamaan. Cinta yang bertepuk sebelah t
Read more

79. Kabar Buruk

    Tak beberapa lama setelahnya, keluarga Leckner pun kembali ke kediaman mereka yang terletak jauh dari kota. Ketika mereka menyalakan televisi, hal pertama yang mereka lihat adalah berita pemerkosaan yang terjadi di sebuah kafe.    Hubert mengernyit. Lalu mulutnya terbuka, mengeluarkan pertanyaan. "La-Massiere? Sayang, bukankah itu kafemu?" tanyanya sambil menoleh ke arah sang istri.    Dan seketika, hening. Pria itu tak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada anak-anak dan juga istrinya.    Akan tetapi, melihat ekspresi ketakutan yang tampak dari wajah Maria yang memucat, saat itu juga, Hubert pun menyadari apa yang telah terjadi kepada wanita yang ia cintai.    Dengan deru napas yang cepat, Hubert pun mendekat dan menghampiri sang istri. Menatap wanita itu tidak percaya. "Ma-Maria, katakan berita itu tidak benar! Mustahil kau diperlakukan seperti itu! Selama ini, tak pernah ada yang menganggumu di
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status