Home / Romansa / CAN'T STOP (INDONESIA) / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of CAN'T STOP (INDONESIA): Chapter 81 - Chapter 90

97 Chapters

80. Keadaan Setelah Ditinggalkan

    Isak tangis Javier bukannya berhenti, malah semakin menjadi. Dengan susah payah, anak kecil itu menyahuti perkataan sang kakak, "Ta-tapi, Kak ... Papa kita sekarang sudah meningg—HUWAAA! PAPA! Huhuuu, jangan tinggalkan Javi, Pa!"    Semuanya terjadi begitu cepat. Kehilangan sang papa membuat mereka berdua seperti kehilangan kata-kata. Mereka seolah tak punya lagi penopang di kehidupan yang terasa berat ini. Kita memang tidak pernah tahu dengan skenario tuhan itu akan seperti apa nantinya, tetapi Jacob tak ingin terus-terusan seperti ini.    Dia pun merasakan hal yang sama seperti yang Javier rasakan ini. Dadanya terasa sesak, dan juga sakit bersamaan dengan air mata yang tak berhenti mengalir turun dari kedua matanya yang sembap.    Di tengah kesedihan dua anak kecil itu, masih ada saja sanak saudara yang datang dari jauh sekadar hanya untuk mengasihani dan berbicara hal yang kurang baik di depan foto mendiang
Read more

81. Hidup Bersama Sang Kakak

    Perubahan Jacob sekarang ini sedikit banyak membuat Javier merasa sedih. Pasalnya, perubahannya itulah yang membuat sang kakak menjadi jarang berada di rumah. Ditambah lagi, kakaknya itu memiliki seorang kekasih yang sangat suka mengusik sang kakak. Dan Javier, tidak terlalu menyukai gadis itu, meski dia tahu Sylvia adalah seorang gadis yang baik.    Hanya saja, baik saja tidak cukup untuk membuat Javier merestui hubungan keduanya. Entah apa yang membuat Jacob menaruh hati kepada gadis itu, Javier sama sekali tidak bisa mengerti apa-apa. Jelas-jelas, Emily Stone jauh lebih baik daripada Sylvia. Kenapa Jacob tak memilih Emily saja?    Pagi Minggu yang cerah itu, kakaknya sudah pergi kencan dengan Sylvia. Meninggalkan sang adik yang bangun kesiangan. Sebenarnya, Javier bisa saja menelepon sang kakak dan mendesak remaja itu untuk pulang ke rumah dan menemaninya. Namun, urung dia lakukan.    Selain mengganggu, hal itu j
Read more

82. Kenangan Manis dan Buruk

    Nara terlalu fokus dengan ponsel di tangan kirinya, hingga tak menyadari, ada seseorang yang sedang berjalan mengendap-ngendap di belakangnya, sambil membawa sebilah kayu berukuran sedang dan cukup panjang.    Dan, orang itu sudah berdiri tepat di belakang pria 20 tahun yang sama sekali tak menyadari bahwa ajal akan menjemputnya malam itu juga.    Jacob menatap pria yang berdiri membelakanginya itu dengan mata setajam elang yang siap menerkam mangsanya. Hatinya penuh dengan kebencian yang begitu besar dan dalam kepada mereka yang bertanggung jawab atas penderitaannya selama ini.Selama ini, dia sudah berjuang keras untuk mengalahkan orang yang telah menghancurkan kehidupan keluarga kecilnya. Sekarang, dia sudah mempunyai kesempatan itu, untuk membalaskan dendam keluarganya yang telah hancur.    Jacob memegang kuat balok kayu di tangannya dengan erat. Dia tak merasa gentar sama sekali, walau dirinya masih mera
Read more

83. Ketabahan Hati

    Ada yang pernah mengatakan, meminta maaf secara langsung itu memerlukan tekad yang sangat besar dan kuat, hingga tak bisa goyang atau runtuh ketika ada badai keraguan. Agaknya, hal itu pulalah yang menganggu pikiran Javier saat ini, tentang cara meminta maaf kepada seseorang yang tidak disukai.    Dia sama sekali tak tahu jika akan ditempatkan di satu sel yang sama dengan sang kakak, Mark, juga sahabat mereka yang satunya lagi, Daniel. Mereka berempat lengkap di satu sel itu. Berkumpul dalam satu tempat seperti kebiasaan mereka sebelum penangkapan ini terjadi.    Dan, sepertinya mereka tak akan bisa lagi kumpul bersama dengan penuh sukacita selayaknya dulu ketika mereka baik-baik saja.    Javier cemas, karena dia belum meminta maaf lagi kepada sang kakak. Rasa-rasanya, dia sudah melakukan yang satu itu, tetapi di sisi yang lain, dia pun mendadak ragu. Apa dia sudah meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada sang kak
Read more

84. Masa Lalu Javier

    Semua terjadi dengan cepat, tak terasa anak-anak kecil tak berdaya saat kejadian pemerkosaan itu, kini telah tumbuh dewasa. Mereka tumbuh menjadi dua orang pemuda yang bisa mencari uang untuk diri mereka sendiri.    Namun, kini mereka tak bisa lagi beraksi. Sebab, keduanya telah berakhir di balik jeruji besi. Mereka berdua harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka yang menculik dan menyekap seorang gadis di kediaman mereka.    Jacob tak bisa menyalahkan adiknya, sebab dia juga bersalah karena telah menyakiti Julia. Walau gadis itu mengiba kepada keluarganya untuk memaafkan setiap perbuatan Jacob, para petugas polisi itu tetap membawanya pergi dengan alasan yang masuk akal.    Lagipula, semuanya telah terjadi. Dan mereka pun harus membayar atas kejahatan yang telah mereka berempat lakukan. Dirinya mungkin akan dipenjara selama beberapa waktu, tetapi entahlah untuk sang adik juga teman-temannya yang lain.&
Read more

85. Air Keras dan Wajah Baru

    Javier langsung mendapat pertolongan intensif dari para dokter di rumah sakit. Jacob pun mendengar berita yang disampaikan bahwa sang adik harus segera dioperasi. Anak itu lalu menghubungi dokter Birendra dan meminta bantuan kepadanya. Sang dokter pun datang dan mengurus semua pembayaran administrasi yang harus ditanggung.    "Terima kasih banyak, Dok." Jacob mengucap syukur dalam hati. Anak 13 tahun itu kemudian menangis di pelukan sang dokter yang ternyata juga merupakan pamannya. Birendra adalah saudara jauh ibu mereka, yang sebenarnya masih berstatus sebagai paman dari kedua anak itu.    Namun, karena tahu masalah yang terjadi kepada mereka. Jacob pun tak menganggap Birendra sebagai pamannya. Sebagai gantinya, dia menyayangi pria itu sebagai pengganti ayahnya.    "Tenanglah, Jacob. Semuanya akan baik-baik saja, jadi, janganlah menangis." Sang dokter mengelus pundak Jacob dengan perlahan, memberi dukungan kepada
Read more

86. Penyesalan Dari Dalam Penjara

    Jacob dan Javier sama-sama tersenyum sedih ketika mengingat masa lalu mereka. Ada banyak sekali penyesalan yang terjadi dalam hidup dua kakak-beradik itu, dan semua kenangan yang melibatkan keduanya, ada yang berkesan dan ada pula yang ingin sekali mereka berdua lupakan.    Namun, di balik kejadian demi kejadian yang dialami oleh kedua orang remaja itu, sebenarnya ada banyak sekali hal yang bisa dipetik dan dijadikan pembelajaran.     Jacob memandang adiknya yang duduk dua meter di depan sana. Berjarak sejauh itu dengan sang adik, membuat Jacob terkekeh pelan. Javier, Mark dan Daniel menoleh serempak ke arahnya.    "Javi, apa pun yang kau lakukan, Kakak akan tetap sayang padamu." Jacob kemudian mengangkat surat yang ditulis oleh adiknya sambil tersenyum kecil. "Jangan terlalu merasa bersalah. Kau tidak salah apa-apa."    Javier mengigit bibir bawahnya sedikit, dan matanya mulai terasa panas. A
Read more

87. Restu Dari Sang Adik

    Hubungan baik antara kakak-beradik perlahan mulai terjalin antara Emily dan juga Julia. Meski pada awalnya Julia merasa ragu karena belum siap menerima statusnya sebagai anak dari keluarga Stone, pada akhirnya dia pun menerima kenyataan tentang dia yang sebenarnya merupakan anak kandung dari keluarga kecil itu.    Karena hanya terpaut sekitar satu tahun saja, membuat Julia dan Emily pun menjadi cocok satu sama lain dalam membahas segala sesuatu.    Mulanya, mereka berdua sama-sama canggung. Bahkan untuk memulai suatu obrolan pun, terkadang terasa sulit untuk keduanya. Sampai kemudian, kakak-beradik itu menemukan sebuah kegemaran yang sama, yaitu membaca buku.    Dan secara perlahan, topik pembicaraan mereka pun beralih ke banyak hal yang ada di sekitar. Membuat keduanya perlahan menjadi dekat. Meski Emily hanya berbaring saja di atas tempat tidur, hal itu tidak menyurutkan minat Julia untuk mengajaknya berbicara men
Read more

88. Bebas Dari Penjara

    Jacob sempat mencuri pandang tatkala melihat interaksi yang terjadi antara adiknya dan juga kekasihnya, Julia. Suatu keadaan di mana sebelum-sebelumnya, dia tak pernah melihat keduanya berinteraksi dengan benar. Dan ini adalah yang pertama kalinya.    Jacob pun kembali mengalihkan perhatiannya kepada hal lain, tetapi meskipun begitu, seulas senyum lebar terlukis jelas di wajah tampannya. Pria itu merasa sangat bahagia, ketika melihat adiknya Javier, yang dulu tak menyukai hubungan yang terjalin antara dirinya dan Julia, kini sudah mulai menunjukkan lampu hijau terhadap hubungannya dengan sang gadis bersurai cokelat itu.    Bohong jika Jacob tak merasa bangga terhadap kemajuan yang ditunjukkan oleh adiknya, Javier. Dia tentu merasa bangga terhadap apa yang adiknya lakukan. Berdasarkan inisiatifnya sendiri, Javier pun mencoba menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan Julia. Gadis yang dulu pernah mereka culik dan mereka sekap d
Read more

89. Rintangan Sebelum Menikah

    Setiap orang memiliki masa terberat dalam hidupnya. Entah itu merupakan suatu hal yang dulu sangat digemari, tetapi kini apa yang sebelumnya disukai malah menjatuhkannya perlahan. Atau masalah hidup yang lainnya, seperti perekonomian yang menurun atau percintaan yang membuat hati seseorang menjadi patah.    Ada banyak sekali hal yang menyebabkan mata ini menumpahkan cairan beningnya.    Kesepian, ketakutan, rasa sakit, kebencian ... luka yang tak bisa terobati meski telah datang orang baru. Semua perasaan yang mungkin pernah dirasakan oleh orang-orang, adalah suatu perasaan yang tak bisa disalahkan.    Seperti halnya cinta. Kita tak bisa menaruh hati kita kepada seseorang yang memang tak menarik perhatian kita sebelumnya. Sekeras apa pun, dia berusaha, jika hati kita telah menolaknya, tentu tak akan ada rasa bersambut untuknya. Namun, kita semua justru melambuhkan asa kepada seseorang yang tidak mungkin bisa menyamb
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status