Semua Bab CAN'T STOP (INDONESIA): Bab 61 - Bab 70

97 Bab

60. Penyesalan Datang Terlambat

"Begitulah akhir kisahku dengannya, berakhir seperti itu." Jacob telah berhasil menyelesaikan satu kisah hidupnya yang kelam. Tentang betapa berengseknya dia dahulu. Karena sudah menghilangkan dua nyawa sekaligus, sebab tak ingin bertanggung jawab untuk gadis malang yang pernah ia cintai.Air matanya turut mengalir, kembali merasakan kesedihan yang sama seperti hari itu. Di hari di mana keduanya berpisah untuk selamanya, Jacob terus saja merenungi perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa Sylvia bersama janin dalam kandungannya. Darah dagingnya sendiri.Dan kini, ia pun bersedih dalam pelukan Julia yang ikut menangis bersama-sama dengannya."Aku tak tahu ... akhir hidup sepupuku yang menghilang ... selama ini ternyata ada padamu," bisik Julia dengan pilu. Matanya telah sembap karena sepanjang kisah, ia menangis tanpa henti. Bisa ia rasakan, besarnya cinta Sylvia kepada Jacob.Namun, lelaki ini malah membunuhnya.Haruskah Julia bersyukur sebab dia
Baca selengkapnya

61. Balasan Dari Perbuatannya

Suatu hari, di awal bulan Januari yang terasa dingin hingga menusuk kulit, meski salju telah banyak mencair, Jacob mengajak kekasihnya—Emily—berkunjung ke rumah sakit jiwa, hanya untuk menjenguk ibunya yang sedang dirawat di sana.Mulanya, dia sempat ragu membawa gadis itu membesuk ibunya, dia takut Emily akan memandang hina ibunya yang menderita gangguan jiwa. Namun, dia tahu Emily bukanlah gadis seperti itu."Selamat pagi, Jacob," sapa salah seorang perawat kepada mereka ketika keduanya hendak menuju ruangan di mana Maria dirawat selama ini. Hanya seulas senyum tipis yang terukir di wajah Jacob. Para perawat di gedung itu hampir semuanya hafal dengan sosok Jacob, seorang kakak yang hidup berdua dengan adik laki-lakinya sedangkan sang ibu dirawat karena kondisi mental yang tidak stabil.Emily berjalan tak jauh dari kekasihnya. Langkahnya pendek-pendek dan tak secepat sang kekasih. Dia tampak kesulitan mengimbangi langkah Jacob yang berjalan dengan k
Baca selengkapnya

62., Berpisah Dengan Emily

Pertikaian antara Emily dan Jacob semakin memanas. Sehari sebelum perpisahan mereka, Jacob marah besar kepada sang gadis."Kau berhubungan lagi dengan pria itu?!" bentak Jacob di hadapan Emily. Saat itu, Emily berkunjung ke rumahnya, tetapi ketika mengetahui gadis itu bertukar pesan dengan orang yang sudah menghancurkan hidupnya, ia naik pitam. "Sudah berulang kali kukatakan padami, berhentilah dekat dengan orang jahat itu!"Emily tak mau kalah. Ia merasa apa yang dilakukannya sudah benar. "Aku hanya berteman dengannya, dan Kak Louis dan keluarganya itu sangat baik, Jacob. Berhentilah menyebutnya jahat!" ucap Emily dengan nada tinggi. "Kau tak bisa memandang seseorang dari masa lalunya."Jacob mendengkus kasar, matanya memanas. Masa lalu, huh?"Masa lalu ya? Kau tak tahu apa yang dilakukan olehnya, bukan? Dia sudah menghancurkan kehidupanku!" seru Jacob sambil mencengkeram bantal. "Aku dan Javier! Karena perbuatannya, kami berdua menjadi yatim piatu!"
Baca selengkapnya

63. Menyerahkan Diri

"Dan beberapa tahun setelah berpisah dengan Emily, aku pun bertemu denganmu," ucap Jacob mengakhiri kisahnya. Matanya tampak basah, setidaknya dia merenungi kesalahan yang dia lakukan di masa lalu. Betapa banyaknya dosa yang dia lakukan, banyaknya hal yang tak bisa dimaafkan."Dulu, aku pernah menceritakan perjalanan hubunganku dan Emily ini di akun Youtubeku—Badbuddy.""Be-benarkah?" Julia terlihat tidak percaya. "Tapi aku tak pernah melihatnya.""Waktu itu aku memang benar menceritakannya, tapi itu saat aku sedang melakukan siaran langsung dan begitu selesai bercerita, aku dengan cepat menghapus videonya."Jacob menerawang, mengingat kenangannya pada waktu itu. "Dan salah satu penontonku saat itu pernah menuliskan komentar yang benar-benar menyadarkanku, dia menyuruhku untuk segera membenahi diri.""Dia menuliskan sebuah kalimat yang menggugah hati, aku berterima kasih sekali lagi dengannya. Dia tak tahu siapa aku dan cerita yang kukisahkan
Baca selengkapnya

64. Rasa Setia Kawan

"Kalian ini siapa?" tanya sang jaksa dengan acuh. Nada suaranya terdengar tidak bersahabat, terutama saat sesi tanya jawabnya harus dihentikan karena kedatangan orang-orang tak dikenal.Pria itu kemudian merapikan kacamata yang bertengger di hidungnya. "Jika kalian ingin membebaskan pemuda ini, saya katakan pada kalian bahwa kalian hanya akan melakukan tindakan yang sia-sia. Saya harap kalian pergi sekarang juga. Tak ada gunanya berteman dengan penjahat sepertinya," ucap jaksa itu sambil kembali merapikan kacamata di wajahnya.Mark menepuk dadanya dengan keras. "Kata siapa kami ini tak ada hubungannya dengan anak itu?! Toh, kami juga komplotannya?!" teriaknya lantang. "Aku dan Daniel di sampingku inilah yang membantu Javier melakukan setiap kejahatannya! Kami bertiga adalah penjahat!""Ayo, tuntut kami sekarang juga!""MARK!" Javier berdiri dari kursi. "Hentikan omong kosongmu dan kalian pulanglah!" Javier tak ingin kedua sahabatnya yang tak berdosa ini i
Baca selengkapnya

65. Masa Lalu Louis

Jacob tetap ditahan meskipun Julia telah memohon kepada pihak keluarganya. Baik keluarga Peterson dan keluarganya yang sebenarnya. Dia meminta kepada mereka semua untuk membebaskan kekasihnya, dia mengatakan kepada semua orang bahwa Jacob tidaklah bersalah.Namun, keputusan keluarganya sudah bulat. Jacob dan mereka semua yang terlibat akan dipenjara sesuai kejahatan mereka masing-masing.Sambil menunggu pria itu menerima keputusan dari pengadilan, Julia memulihkan kondisinya yang kembali turun. Ada banyak hal yang terjadi di masa-masa itu. Julia telah kembali ke keluarganya yang sebenarnya, dan tinggal bersama mereka.Juga sebuah berita tentang Louis Peterson, pria yang telah menyuruh Javier Leckner menculik dan menyiksanya, meski sebenarnya pemuda 17 tahun itu lebih sering bertindak di belakangnya layar dan tak ingin kedua tangannya kotor oleh kejahatan.Salah satu hal yang terjadi di kehidupan baru Julia yang sepi adalah kehadiran Emily yang sering seka
Baca selengkapnya

66. Latar Belakang Kisahnya

Sebuah kisah hidup tak akan pernah lengkap tanpa mengetahui kisah yang melatar belakangi semua tindakannya.Ada kalanya, pastilah ada alasan di balik sikap dan sifat seseorang yang mendadak berubah menjadi dirinya yang tak dikenali oleh siapa pun juga. Semua orang pada dasarnya memiliki rahasia, kelemahan, ketakutan di dalam hatinya.Tak ada yang bisa menyangkal dari semua itu, termasuk seorang anak kecil berusia lima tahun yang harus mendapat perlakuan yang tidak semestinya dari orang-orang yang mengaku sangat menyayanginya itu.Dirinya yang polos dan ceria, mendadak berubah menjadi dirinya yang sekarang terlihat oleh semua orang.Apa yang salah? Dunia yang tak pernah adik untuknya? Ataukah ... dia memang pantas menerima semua perlakuan itu?Yang jelas, Louis hanyalah seorang anak kecil yang membutuhkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya.Dan bahkan, demi memperoleh perhatian dari mereka semua, Louis melakukan apa saja untuk menarik si
Baca selengkapnya

67. Masa Lalu Louis

Dia pun segera menoleh ke arah sang pelempar. "Kau benar-benar gila ternyata," ucapnya jengkel.      "Aku hanya memintamu ke dapur dan membuatkan anak kita susu! Bukan pergi berperang!" balas Meggan dengan tak kalah jengkel.      "Oh, ya? Baru saja kau melempar granat mematikan itu padaku!" sungut Charlie tidak terima. Dia lirik popok bekas yang sekarang isinya berhamburan di lantai. Pria itu mengernyitkan wajah seketika. "Menjijikkan! Kau urus saja sendiri!"     "Atau nanti kupanggilkan orang-orang untuk membantumu selama kau menjaga Louis di rumah! Tapi aku harus mengurus pekerjaanku dulu!"     Meggan menggigit bibir bawahnya sedikit. Tangannya terlihat gemetaran ketika mengganti popok serta pakaian anak pertamanya. Siapa bilang mengganti popok dan baju anak adalah hal yang mudah? Bagi Meggan, ini sangat mendebarkan.   &nbs
Baca selengkapnya

68. Masa Remaja Louis

Hari-hari berlalu dengan cepat, tak terasa, hampir tiba saatnya Louis menjadi seorang anak laki-laki yang mulai mengalami pubertas di usianya yang hampir menginjak 10 tahun. Bisa dikatakan, bahwa dia kini sudah mulai remaja.    "Kau akan ke dokter kandungan lagi sore nanti?" tanya Charlie sambil memotong daging steak di piringnya. Louis kecil diam dan memakan daging yang telah dipotong kecil-kecil oleh ibunya.    Meggan yang telah selesai memotong daging sapi asap milik anaknya pun beralih ke piringnya sendiri. Sambil menyuapkan sepotong daging ke mulutnya, Meggan menatap sang suami. "Ya, aku harus memeriksa rahimku berkali-kali. Kau tahu kan aku sangat ingin memiliki anak perempuan?" ucapnya dingin.    "Kau tak perlu memaksakan diri ingin mempunyai anak lagi. Dokter kan sudah bilang kalau kau itu—"    "Suamiku, diamlah! Aku tak ingin kau ikut meremehkanku karena aku tak bisa lagi memberimu keturunan!" sun
Baca selengkapnya

69. Kehadiran Julia

Meggan berkata tanpa sedikit pun menatap sang anak. Dia sibuk menatap bola mata anak perempuan di pangkuannya. Menimangnya tanpa henti, bersama suaminya yang juga turut bermain bersama Julia.    Louis hanya diam saja, dan menganggukkan kepalanya sedikit. Dia tak bisa melawan ataupun membantah. Toh, jika dia melawan dia hanya akan mendapat amarah dari kedua orang tuanya saja. Dia cukup bersyukur, setidaknya orang tuanya tidak lagi bertengkar seperti ketika dia masih kecil dulu.Dengan terburu-buru, anak laki-laki itu pun beranjak menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Louis melirik sekilas pada sebuah kamar yang di depannya terdapat sebuah papan nama yang tergantung dengan hiasan yang indah.    Itu adalah kamar kesukaannya, kamar lamanya yang kini harus menjadi kamar yang ditempati oleh anggota baru di rumah itu. Kamarnya beralih tangan untuk ditempati oleh adik kecilnya, Julia.    Apakah Louis merasa sedih dengan keadaan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status