Dia pun segera menoleh ke arah sang pelempar. "Kau benar-benar gila ternyata," ucapnya jengkel.
"Aku hanya memintamu ke dapur dan membuatkan anak kita susu! Bukan pergi berperang!" balas Meggan dengan tak kalah jengkel.
"Oh, ya? Baru saja kau melempar granat mematikan itu padaku!" sungut Charlie tidak terima. Dia lirik popok bekas yang sekarang isinya berhamburan di lantai. Pria itu mengernyitkan wajah seketika. "Menjijikkan! Kau urus saja sendiri!"
"Atau nanti kupanggilkan orang-orang untuk membantumu selama kau menjaga Louis di rumah! Tapi aku harus mengurus pekerjaanku dulu!"
Meggan menggigit bibir bawahnya sedikit. Tangannya terlihat gemetaran ketika mengganti popok serta pakaian anak pertamanya. Siapa bilang mengganti popok dan baju anak adalah hal yang mudah? Bagi Meggan, ini sangat mendebarkan.
&nbs
Hari-hari berlalu dengan cepat, tak terasa, hampir tiba saatnya Louis menjadi seorang anak laki-laki yang mulai mengalami pubertas di usianya yang hampir menginjak 10 tahun. Bisa dikatakan, bahwa dia kini sudah mulai remaja. "Kau akan ke dokter kandungan lagi sore nanti?" tanya Charlie sambil memotong daging steak di piringnya. Louis kecil diam dan memakan daging yang telah dipotong kecil-kecil oleh ibunya. Meggan yang telah selesai memotong daging sapi asap milik anaknya pun beralih ke piringnya sendiri. Sambil menyuapkan sepotong daging ke mulutnya, Meggan menatap sang suami. "Ya, aku harus memeriksa rahimku berkali-kali. Kau tahu kan aku sangat ingin memiliki anak perempuan?" ucapnya dingin. "Kau tak perlu memaksakan diri ingin mempunyai anak lagi. Dokter kan sudah bilang kalau kau itu—" "Suamiku, diamlah! Aku tak ingin kau ikut meremehkanku karena aku tak bisa lagi memberimu keturunan!" sun
Meggan berkata tanpa sedikit pun menatap sang anak. Dia sibuk menatap bola mata anak perempuan di pangkuannya. Menimangnya tanpa henti, bersama suaminya yang juga turut bermain bersama Julia. Louis hanya diam saja, dan menganggukkan kepalanya sedikit. Dia tak bisa melawan ataupun membantah. Toh, jika dia melawan dia hanya akan mendapat amarah dari kedua orang tuanya saja. Dia cukup bersyukur, setidaknya orang tuanya tidak lagi bertengkar seperti ketika dia masih kecil dulu.Dengan terburu-buru, anak laki-laki itu pun beranjak menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Louis melirik sekilas pada sebuah kamar yang di depannya terdapat sebuah papan nama yang tergantung dengan hiasan yang indah. Itu adalah kamar kesukaannya, kamar lamanya yang kini harus menjadi kamar yang ditempati oleh anggota baru di rumah itu. Kamarnya beralih tangan untuk ditempati oleh adik kecilnya, Julia. Apakah Louis merasa sedih dengan keadaan
Dua tahun telah berlalu. Roda waktu bergulir dengan cepat hingga tak terasa oleh semua orang. Ada banyak perubahan yang terjadi di luar sana. Entah dari gedung yang tinggi menjulang, sampai tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh orang-orang. Semua berubah menjadi asing. Sejauh mata memandang, yang ada hanya kemajuan zaman. Semua tempat tak lagi terlihat sama seperti sebelumnya. Lapangan hijau dan luas yang sering dijadikan tempat bermain oleh anak-anak selepas pulang sekolah, kini telah berganti menjadi gedung pencakar langit dengan 34 lantai. Tinggi menjulang dan menghapus semua kenangan yang ada. Padahal lapangan itu memiliki banyak sekali kegunaan, selain dijadikan lapangan bermain sepak bola. Ada banyak warga yang sering berolahraga di sekitar, mengajak anjing peliharaan mereka untuk mengelilingi lapangan, sampai menjadikan tempat umum itu sebagai area piknik. Namun, kini, setelah dua tahun lamanya, s
"Hei, kau." Louis yang sedang melewati mesin permen otomatis melirikkan matanya sedikit ke arah seorang remaja laki-laki dengan model rambut Two Block-nya yang merusak mata. Remaja yang sedang berjongkok bersama dua temannya yang lain itu menatap Louis dengan tatapan tajam. "Kau punya rokok, tidak?" tanyanya dengan nada kasar. "Rokok kami habis. Beri kami tiga batang." Louis menatap sesaat, lalu kemudian menghela napas panjang. Hanya karena itu, orang-orang berwajah berandalan ini memanggilnya? Memalukan sekali. Apa mereka tak bisa membeli sendiri dan malah meminta kepada orang lain yang hanya lewat? Bagi Louis, berhenti tiba-tiba karena dicegat oleh alasan tak masuk akal seperti sekarang ini membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Louis sengaja berbalik dan menghadap ketiga remaja itu, dan seketika senyum miring yang jarang ia perlihatkan pun tampak saat itu juga. "Bukankah kalian ini
Mereka berempat ketahuan pemilik rumah yang kemudian melaporkan mereka ke pihak berwajib. Louis dan kawan-kawan ditangkap dan digiring ke kantor polisi. Meski bukan yang pertama kalinya, sebab mereka sering sekali ketahuan oleh para petugas itu dan diberi surat peringatan sekadarnya saja. Kali ini, para petugas kepolisian itu benar-benar menghubungi orang tua mereka di rumah. "Hei, kau yang berjaket merah," panggil petugas seraya menunjuk Louis. "Sebutkan nomor telepon orang tuamu, cepat!" Louis yang bersandar di kursi seraya melipat kedua tangan di dada segera membuang muka, terkekeh sebentar, lalu kembali menatap petugas yang baru saja berbicara kepadanya itu dengan tatapan sinis. "Pak, walau aku beritahu Anda sekalipun, mereka tidak akan mungkin ke sini dan membantuku," jawabnya dingin. "Tak perlu buang-buang waktu dengan menghubungi mereka." Louis kembali menikmati suasana kantor polisi dengan te
Setelah pertemuan pertama mereka, Louis mencari tahu keberadaan wanita itu di mana-mana hingga kemudian dia berhasil menemukan kafe tempat wanita itu bekerja. Sejak wanita itu menegurnya dengan cara yang manis, Louis pun berhenti merokok. Dia menjadi sering datang ke kafe, hanya untuk melihat Maria. Walau tak berkenalan secara resmi, tetapi wanita itu tahu dengan namanya dan dirinya pun tahu nama dari wanita itu. Louis bahkan sering menceritakan kisah hidupnya kepada Maria dan wanita itu selalu mendengar setiap ceritanya dengan baik. Remaja itu merasa nyaman dengan sang wanita. Sifatnya yang ramah dan juga keibuan, membuat Louis merasa nyaman berada di dekatnya. Dan entah sejak kapan, Louis meninggalkan semua kenakalan yang dia perbuat. Suatu hari, Louis mendapat masalah di sekolah. Anak yang dulu pernah dia ganggu, melaporkan perbuatan Louis kepada kepala sekolah, dan menyebabkan orang tuanya harus
Walau telah mengungkapkan perasaannya, nyatanya Louis tak punya keinginan untuk menjauh barang sedikit pun dari Maria. Apa salahnya jika wanita itu sudah menikah dan mempunyai anak? Benar kata wanita itu, dia hanya cukup menjadi seorang teman, kakak atau ibu untuk memenuhi rasa ingin tahu dari seorang remaja kasmaran seperti Louis. Dia tak akan lagi mempermasalahkannya. Hanya cukup dengan melihat Maria saja, maka Louis akan bahagia. Namun, remaja yang patah hati akan tetap terlihat jika dirinya berada di rumah. Pertama kalinya, Louis menulis kata-kata penuh makna yang menunjukkan perasaannya. Dia torehkan seluruh isi hatinya melalui beberapa lembar kertas putih, dan terkadang tidak sengaja dibaca oleh Meggan yang membersihkan kamarnya. Akan tetapi wanita itu tak tahu jika anak pertamanya sedang jatuh cinta. Lebih-lebih lagi, cinta terlarang kepada seorang wanita yang sudah mempunyai suami dan anak.&
Di perjalanan menuju kafe, Louis mulai merasakan efek yang kurang nyaman pada tubuh bagian bawahnya, tetapi dia abaikan itu semua dan memilih untuk melajukan mobil merahnya dengan cepat.Mustahil dia mabuk, sebab dia itu terkenal sanggup menghabiskan beberapa buah botol bir seorang diri. Tiga buah gelas saja tidak mungkin bisa membuatnya kehilangan kesadaran. Apalagi, ini hanya minum sedikit saja.Sayangnya, dia tak tahu jika ada campuran lain di dalam gelas terakhir yang dia minum. Ini semua adalah perbuatan mereka, orang-orang berpikiran picik yang tak akan segan-segan menghancurkan hidup orang lain demi tujuannya semata.Louis benci sekali dengan orang-orang seperti itu. Akan tetapi, entah mengapa dia lebih membenci dirinya sendiri yang berani mengambil taruhan itu tanpa tahu akibat apa yang akan dia terima.Obat yang masuk ke dalam perutnya itu adalah obat yang akan mengantarkan hidup Maria, keluarganya, serta masa depannya hancur dan menimbulkan sebuah luka
Terkadang, dalam sebuah mimpi itu ada sebuah hal yang sangat indah yang tidak dapat ditemukan begitu saja di dunia nyata. Dalam lelapnya di sebuah sel sempit yang harus dibaginya bersama para tahanan penjara yang lain, Louis melihat sosok bidadari cantik yang selama ini selalu dirindukan olehnya. "Maria," panggil Louis penuh haru. Air matanya menetes ketika wanita itu tersenyum penuh kelembutan padanya. Senyum yang selalu bisa menentramkan dan menenangkan kondisi hatinya. Sosok bergaun putih itu melambai ke arah Louis yang langsung berlari menghambur kepada sang wanita. "Maria! Maria!" teriak Louis penuh semangat. Kerinduan di hatinya ini sangatlah menyesakkan dada. Dia rindu wanita ini. Sangat. "Louis," panggil Maria seraya mengangkat tangannya perlahan. Maria lalu mengelus rahang sang pria yang mendadak berubah menjadi seorang remaja berusia 17 tahun. Rupanya persis seperti dirinya 10
Sepekan setelah berkunjung ke rumah keluarga Peterson, Jacob bertandang sendirian ke penjara kota, untuk menjenguk adiknya maupun teman-temannya yang lain. Tanpa sepengetahuan kekasihnya, Jacob pergi menemui Javier. Meski dia memasang ekspresi seolah baik-baik saja di hadapan Julia, sebenarnya pria itu tengah berjuang melawan kepedihan di hatinya mengenai surat usang itu. Jacob menceritakan semua yang terjadi kepada Javier, tentang ibu mereka yang semasa hidupnya hanya berpura-pura gila demi menjaga tumbuh kembang mereka. Dia juga memperlihatkan surat yang selama ini disimpan dengan baik oleh orang yang seharusnya mereka benci, tetapi mendadak ada keraguan di hati keduanya, setelah mengetahui kebenaran yang tersimpan rapat. Javier menangis sesenggukan di balik kaca yang memisahkannya dengan pengunjung, ketika membaca surat yang dituliskan oleh ibunya yang telah tiada. Selama ini, dia hi
Jauh sebelum hari pernikahan Julia dan Jacob berlangsung, tepatnya masa-masa sebelum mereka berdua mendapatkan kerja di sebuah perusahaan, Julia pergi ke rumah orang tua angkatnya yang telah menjaga dan merawatnya dengan baik selama ini. Tentu dia tak pergi sendirian ke rumah keluarga Peterson, karena ada Jacob yang dengan setianya pergi mendampingi kekasihnya itu datang berkunjung ke sana. Setelah hari di mana Julia ditemukan oleh pihak kepolisian dan mendengar kenyataan bahwa dia bukanlah anak kandung dari keluarga yang selama ini mengasuhnya, membuat Julia syok berat. Julia sepenuhnya percaya dengan keluarga yang selama belasan tahun lamanya merawat dirinya dari kecil hingga tumbuh dewasa, mendadak kecewa karena tak pernah sekalipun mereka mengatakan kebenaran tentang keberadaannya di keluarga itu. Tentang dia yang bukan merupakan anak kandung dari keluarga Peterson yang selama hampir 19 tahun ini, nama
Pernikahan Julia dan Jacob yang dilangsungkan di sebuah gereja Katolik tak jauh dari tempat tinggal mereka berjalan lancar dan juga khidmat, sama seperti harapan kedua orang yang saling mencinta itu akan hari bahagia yang sudah keduanya tunggu-tunggu sejak lama. Awalnya Julia merasa sangat gugup saat dituntun oleh sang papa—Roger—menuju altar pernikahan untuk menemui kekasih hatinya, Jacob, yang saat itu mengenakan jas hitam yang terbuat dari sutra pilihan. Jika saja tak ada campur tangan dari kedua orang tuanya, mungkin saja pernikahan Julia tidak akan semeriah dan juga semewah ini. Memang, sebelumnya mereka berdua sudah mengatakan akan membiayai sendiri pernikahan mereka, tanpa menerima bantuan sedikit pun dari Roger dan Rissa. Namun, setelah menghitung biaya yang akan dikeluarkan saat lamaran dan pernikahan nanti, mereka pun syok karena tabungan mereka ternyata masih sangat tidak cukup untuk
Ada banyak orang pernah berkata, carilah seorang pemimpin, bukan seorang bos. Mengapa? Karena pemimpin itu akan peduli dengan orang yang bekerja dengannya. Mereka bekerja di tempat yang sama, dengan derajat yang berbeda, tetapi diperlakukan sama rata. Diperlakukan dengan baik. Sedangkan bos, hanya akan memberi perintah tanpa peduli kepada anak buahnya. Namun, tak semua pemimpin atau bos bersikap demikian. Ini hanya sebagian kecil saja, sikap-sikap yang bisa ditemukan di masyarakat sekitar. Tak ada seorang pun yang tak ingin memiliki satu atau dua orang atasan yang sangat baik di tempat kerja. Dua di antara pekerja yang merasa demikian adalah Jacob dan Julia. Sepasang kekasih yang berencana menikah di tahun 2020 pada bulan Agustus itu pun merasa beruntung, karena keduanya sama-sama bekerja di Brunner Corporation. Salah satu perusahaan yang cukup bagus untuk melatih kemampuan kerja mereka.  
Julia melirik kekasihnya, begitu pula yang dilakukan oleh Jacob. Keduanya saling tatap dalam diam. Keduanya sama sekali tak menyangka jika mereka akan makan siang bersama dua orang atasan mereka di kantor. Tak ada ekspektasi sebelumnya bahwa dua orang paling berpengaruh di tempat kerja mereka itu akan duduk tepat di hadapan mereka. Awalnya, kecanggungan ini bermula saat Jake dan Melvin tiba di kafetaria dekat kantor untuk makan siang bersama. Namun, setelah mengamati selama beberapa detik, mereka sadar kalau tempat itu sudah penuh dengan orang-orang yang juga sedang mencari makanan untuk mengganjal perut mereka. Mulanya Melvin hendak beranjak pergi ke tempat lain, tetapi Jake dengan cepat menarik jasnya dan membawa pria itu ke meja di mana ada dua orang yang pernah bertemu dengan mereka beberapa hari yang lalu. Dan inilah yang terjadi. Kecanggungan yang dirasakan oleh dua orang pekerja yang harus duduk deng
Tak ada usaha tanpa ada hasil yang diinginkan. Tak ada kerja keras tanpa ada tujuan yang besar di baliknya. Pun begitu dengan setiap kerja keras Jacob dan usaha Julia untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Restu memang telah mereka kantongi bersama. Dan mereka telah merencanakan akan seperti apa pesta pernikahan mereka. Namun, perjalanan keduanya masih sangat jauh. Meskipun Julia telah lulus dari sekolah dan Jacob tak lagi bekerja membuat konten Youtube, mereka berdua tetap dipusingkan dengan satu hal. Pasangan kekasih itu sibuk memikirkan konsep pernikahan, sampai tak menyadari dengan satu pondasi yang penting, yaitu berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk menyiapkan pesta. Walau Julia berasal dari keluarga kaya raya, tetapi hal itu tak membuatnya merasa harus memakai uang kedua orang tuanya untuk pernikahan yang akan dilakukannya bersama kekasihnya, Jacob.
Setiap orang memiliki masa terberat dalam hidupnya. Entah itu merupakan suatu hal yang dulu sangat digemari, tetapi kini apa yang sebelumnya disukai malah menjatuhkannya perlahan. Atau masalah hidup yang lainnya, seperti perekonomian yang menurun atau percintaan yang membuat hati seseorang menjadi patah. Ada banyak sekali hal yang menyebabkan mata ini menumpahkan cairan beningnya. Kesepian, ketakutan, rasa sakit, kebencian ... luka yang tak bisa terobati meski telah datang orang baru. Semua perasaan yang mungkin pernah dirasakan oleh orang-orang, adalah suatu perasaan yang tak bisa disalahkan. Seperti halnya cinta. Kita tak bisa menaruh hati kita kepada seseorang yang memang tak menarik perhatian kita sebelumnya. Sekeras apa pun, dia berusaha, jika hati kita telah menolaknya, tentu tak akan ada rasa bersambut untuknya. Namun, kita semua justru melambuhkan asa kepada seseorang yang tidak mungkin bisa menyamb
Jacob sempat mencuri pandang tatkala melihat interaksi yang terjadi antara adiknya dan juga kekasihnya, Julia. Suatu keadaan di mana sebelum-sebelumnya, dia tak pernah melihat keduanya berinteraksi dengan benar. Dan ini adalah yang pertama kalinya. Jacob pun kembali mengalihkan perhatiannya kepada hal lain, tetapi meskipun begitu, seulas senyum lebar terlukis jelas di wajah tampannya. Pria itu merasa sangat bahagia, ketika melihat adiknya Javier, yang dulu tak menyukai hubungan yang terjalin antara dirinya dan Julia, kini sudah mulai menunjukkan lampu hijau terhadap hubungannya dengan sang gadis bersurai cokelat itu. Bohong jika Jacob tak merasa bangga terhadap kemajuan yang ditunjukkan oleh adiknya, Javier. Dia tentu merasa bangga terhadap apa yang adiknya lakukan. Berdasarkan inisiatifnya sendiri, Javier pun mencoba menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan Julia. Gadis yang dulu pernah mereka culik dan mereka sekap d