》gadis 16 milyar《
Kedua mata Ali menatap Sisi dari kejauhan. Sebenarnya ia ingin menghampiri gadis kecil itu tapi Ali ragu, takut jika gadis itu menolak bertemu dengannya. Lagipula, tempat juga menjadi alasan utama Ali mengamati Sisi dari kejauhan.
"Ayo, Non Sisi. Masuk!" seru Luna saat taxi pesanannya menepi dan berhenti tepat di depan mereka.
Sisi menurut dan masuk lebih dulu sementara Luna menyusul. "Jalan, Pak!" ucap Luna setelah duduk di sebelah Sisi.
Taxi biru itu melaju perlahan begitu juga mobil hitam di belakangnya.
"Siapa dia, Rey?" tanya Adam saat melihat Ali tampak fokus mengikuti taxi di depannya. "Apakah dia Delixia Xiena?"
Ali menggeleng pelan. "Bukan!" jawab Ali singkat.
Kening Adam seketika mengkerut. "Lalu?"
"Entahlah!" Ali mengangkat kedua pundaknya. "Saat pertama kali melihatnya, aku langsung menyukainya. Entahlah, mungkin karena wajahnya yang sangat cantik dan menggemaskan!" terang Ali. Tapi ada satu hal yang tidak kau ketahui, Adam. Aku merasa dekat sekali dengan anak itu.
"Ayolah, Rey. Dia bukan Delixia Xiena tapi kau begitu ingin mendekatinya. Kau kenapa, Rey?"
Ali tak menjawab. Baginya tak perlu Adam mengetahui alasan lain kenapa ia begitu ingin dekat dengan gadis kecil itu. Dan ada satu ide cemerlang Ali yang akan dipakainya untuk bisa dekat dengan gadis itu.
》gadis 16 milyar《
Keduanya langsung masuk ke dalam rumah dan sama sekali tak mengetahui keberadaan Ali yang sejak tadi mengintainya.
"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanya Adam saat melihat keterdiaman Ali.
Ali tidak akan menghampiri gadis itu sekarang. Otaknya sedang bekerja mencari cara menarik perhatian targetnya. Tak sampai 5 menit, Ali memutar setir kemudinya dan meninggalkan rumah sederhana itu.
Belum sempat Adam membuka mulutnya, Ali sudah memberikan konfirmasi. "Aku tidak mau bertindak gegabah!"
Dan Adam langsung mengerti. Tapi satu hal yang tidak Adam mengerti. Kenapa Ali begitu terobsesi dengan gadis berambut panjang itu.
》gadis 16 milyar《
"Intinya obat jangan sampai telat dan lupa ya, Mbak. Kalau perlu bikin alarm buat pengingat!"
"Baik, Bu. Saya tidak akan lupa, Bu!"
"Oke. Saya percaya sama kamu. Oh iya, Mbak. Saya di Jawa 3 hari. Jaga Sisi ya. Kabari kalau ada apa-apa. Kabari kalau ada orang mencurigakan!"
"Baik, Bu!"
"Sekarang Sisi dimana, Mbak?"
Luna menolehkan kepalanya dan melihat Sisi sedang bermain boneka di teras rumah. "Sedang main boneka di teras, Bu!"
"Oke. Saya mau lanjut kerja lagi. Sudah, ya!"
"Baik, Bu!" Luna meletakkan ponsel pipih silver itu ke atas meja dan melihat keadaan Sisi sebentar. Setelah yakin Sisi baik-baik saja, Luna melangkah ke dapur untuk menyiapkan susu untuk Sisi.
Ali menyunggingkan senyum tipisnya. Ia lalu menoleh pada seseorang yang duduk di jok sebelahnya. "Lihat gadis kecil itu!" titah Ali.
Laki-laki berbadan kekar itu menatap seorang gadis yang ditunjuk oleh Ali. "Siapa dia, Bos?"
Ali menggeleng sekali. "Kau tak perlu tau. Yang harus kau lakukan adalah berpura-pura menculiknya. Tapi ingat, jangan sedikitpun kau lukai dia!"
Laki-laki itu mengangguk paham. "Trus?"
"Aku akan datang untuk menyelamatkannya!"
Laki-laki itu kembali mengangguk. "Oke. Paham!"
"Ini bayaran untukmu. Sisanya setelah berhasil nanti!" Ali memberikan sebuah amplop coklat pada laki-laki itu.
"Oke. Kerja sama yang menggiurkan!" seru laki-laki itu setelah mencium amplop pemberian Ali. Laki-laki itu lalu keluar dan melangkah tergesa mendekati Sisi. Saat laki-laki itu sudah berhasil menggendong tubuh mungil Sisi, Ali langsung keluar dari dalam mobil dan berlari menghampiri Sisi.
"Letakkan dia atau kubuat kau menyesal seumur hidup!" ancam Ali. Matanya sekilas menatap wajah Sisi yang sudah dipenuhi airmata.
"Cih. Seberapa besar nyalimu!" balas laki-laki itu sambil membuang ludah.
Ali mulai melancarkan aktingnya begitu juga penculik bayarannya. Perkelahian tak terelakkan tapi semuanya hanya akting belaka.
Luna yang mendengar suara tangis Sisi langsung berlari dan melihat Sisi ada dalam gendongan laki-laki asing. "NON SISI!!!" teriak Luna panik.
Teriakan Luna membuat perhatian penculik itu teralihkan dan kesempatan itu digunakan Ali untuk merebut Sisi dari gendongan penculik bayaran itu.
"Enyah kau sebelum aku bertindak lebih!" ancam Ali lagi.
Tanpa babibu lagi, laki-laki itu pergi berlari dan tak lupa meninggalkan sumpah serapah untuk Ali. Ali mengalihkan perhatiannya pada gadis kecil dalam gendongannya.
"Hei. Kau aman sekarang!" ucap Ali pelan tapi kelopak mata Sisi malah perlahan menutup.
"NON SISI!!" teriak Luna lagi. "Non Sisi. Non Sisi tidak apa-apa? Non Sisi. Bangun, Non!"
Kening Ali mengernyit dan menatap wajah gadis kecil yang ada dalam gendongannya. Ada apa dengan gadis kecilnya?
"Pak. Tolong antarkan Non Sisi ke Rumah Sakit!"
"Rumah Sakit?" cicit Ali.
"Iya, Pak. Non Sisi punya penyakit jantung, Pak!"
Sungguh Ali tak percaya dengan apa yang terjadi pada gadis kecil itu. Penyakit jantung?
Andai saja ia tidak mempunyai ide gila untuk berpura-pura menculik Sisi, mungkin ia tak akan membahayakan nyawa gadis kecil itu.Sungguh. Ali sangat merasa bersalah. Ia berjanji akan melakukan apapun asalkan gadis kecil itu bisa selamat.
》gadis 16 milyar《
Sementara Ali hanya duduk diam di kursi ruang tunggu, Sisi masih ditangani oleh Dokter di ruang ICU.
"Iya, Bu. Untung tadi orang yang menolong Sisi dari penculik itu!"
"Siapa dia? Apa dia masih ada disana?"
"Masih, Bu. Orang itu juga yang membawa Sisi ke Rumah sakit, Bu!"
"Kasih hpnya sama orang itu ya, Mbak. Aku mau ngomong!"
"Baik, Bu!" Luna mengalihkan perhatiannya dan menatap Ali yang tampak termenung. Lana lalu melangkah pelan menghampiri Ali. "Permisi, Pak!"
Kepala Ali mendongak dengan pandangan mata sayu. "Apa dia baik-baik saja?" tanya Ali.
Lana menggeleng pelan. "Maaf, Pak. Ibu mau ngomong sama Bapak!" Luna menyodorkan hpnya kearah Ali.
Ali terdiam sebentar sebelum menerima benda pipih itu. "Baiklah!" ucapnya sambil berdiri dan agak menjauh dari Luna.
"Halo. Mm ... Pak saya sangat berterima kasih atas bantuannya. Mungkin kalau tidak ada Anda, anak saya akan celaka!" cerocos Lili dari seberang sana.
Ali hanya terdiam mendengarkan suara wanita yang sedikit familiar di telinganya. Ali akui, suara yang di dengarnya kali ini sangat mirip dengan wanita yang selama ini ia cari.
"Iya. Sama-sama!" jawab Ali singkat.
Tak jauh beda dengan Ali, ekspresi Lili juga sedikit terkejut saat mendengar suara Ali. Degup jantung Lili entah kenapa mendadak berubah cepat.
"Sa--saya benar-benar berterima kasih, Pak!" ulang Lili.
"Sudahlah. Tidak usah terlalu berlebihan. Lagipula, bukankah sesama manusia harus saling tolong menolong?"
"I--iya, Pak!" Lili mendadak kikuk. "Saya sangat beruntung andai bisa bertemu dengan Anda!"
"Mungkin bisa diatur nanti!"
Tanpa mengatakan apapun, Lili memutus panggilannya. Ia meraba dadanya yang terasa berdebar. Entah perasaan apa ini, Lili tidak tau.
"Kenapa aku jadi keinget sama Om Ali?"
》gadis 16 milyar《
Surabaya, 28 November 2018
AyaStoria》gadis 16 milyar《Mendengar Sisi sedang di rawat di Rumah Sakit membuat Lili mau tak mau meninggalkan Surabaya hari itu juga. Semua pekerjaan ia tinggalkan dan ia limpahkan pada orang kepercayaannya.Langkah Lili terlihat begitu lebar saat menyusuri koridor Rumah Sakit yang tidak begitu ramai. Keinginannya saat ini hanya satu, melihat Sisi baik-baik saja dan melihat senyum gadis itu.Dada Lili seketika berdebar kencang saat menatap Lana, pengasuh Sisi sedang berjalan di depannya. Pandangan matanya tampak menunduk dan menatap sesuatu yang berada di genggamannya."Mbak Luna!" panggil Lili sedikit kencang. Wanita itu menoleh dengan mulut sedikit terbuka karena syok kehadiran Lili yang tiba-tiba."Ibu?" sahut Luna lirih. "Ibu kapan datang? Kok tidak ngabarin saya, Bu?""Sisi gimana?" Lili tak mengindahkan pertanyaan Luna, ia tampak
》gadis 16 milyar《Lili sudah berusaha menuruti kemauan Sisi tapi nyatanya ia sama sekali tidak mempunyai informasi apapun tentang laki-laki bernama Rey itu. Bukan hanya sekedar menuruti keinginan Sisi tapi sebenarnya ia juga ingin bertemu dengan laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa Sisi."Kami akan berusaha kembali!"Itulah janji dari orang-orang kepercayaannya. Harusnya mereka dengan mudah bisa menemukan laki-laki itu. Bahkan pihak Rumah Sakitpun seolah ikut membantu menyembunyikan sosok Rey. Nama penanggung jawab saat Sisi di rawat beberapa hari yang lalu benar-benar tidak Lili dapatkan. Pihak Rumah Sakit berdalih jika tidak bisa memberitahukan data apapun karena permintaan Rey sendiri.Sebaliknya, Adam menemukan satu titik terang atas keberadaan Lili. Adam berhasil menemukan lokasi Nick di tahan."Jadi benar apa yang aku lihat beberapa m
》gadis 16 milyar《Lili tampak bingung saat beberapa bodyguard tiba-tiba menghampirinya dan mengawalnya. Padahal ia sama sekali tidak meminta untuk di jaga."Ada apa ini?" tanya Lili pada salah satu bodyguard yang berjalan di depannya."Saya mendengar kabar buruk, Nyonya!" jawab pimpinan bodyguard yang berjalan tepat di depan Lili, Abdul."Kabar buruk? Kenapa tidak disampaikan di kantor aja? Di sini diliatin banyak orang, kan?""Ini masalah keselamatan Nyonya Lili. Calon suami Nyonya Lili saat ini sedang mencari keberadaan Anda!""Calon suami
》gadis 16 milyar《Entah apa lagi yang Ali rencanakan kali ini, sungguh Lili tak tau. Laki-laki itu sudah 2x mengirim pesan padanya dalam sehari. Pagi tadi pesan ucapan selamat pagi dan siang ini ia mendapat pesan yang berisikan pengingat untuk tidak lupa makan siang.Sedikit menyesal kenapa ia membiarkan Ali menyimpan nomer ke dalam ponselnya. Tapi Lili sama sekali tidak ada niatan untuk membalas pesan itu. Ia meletakkan benda pipih itu tepat di sebelah laptop birunya.Hanya beberapa detik saja setelah benda itu tergeletak, sebuah deringan terdengar. Lili mengalihkan pandangannya menatap ke arah layar ponselnya.Om Ali calling...Lili berpikir sejenak sebelum menjawab panggilan itu. Kira-kira ada keperluan apa membuat Ali menelponnya."Halo." sapa Lili setelah benda pipih itu nenempel di telinganya."
》gadis 16 мιℓуαя《Ali memukul setir kemudinya sambil terus mengumpat. Ia sengaja mengantar Lili pulang. Tujuannya tak lain adalah ingin mengetahui dimana wanita itu tinggal. Tapi apa yang Lili pilih sungguh sangat membuat Ali kesal. Wanita berambut sebahu itu sepertinya sengaja membawa dirinya ke tempat ini. Sebuah toko baju yang Ali pastikan itu adalah toko milik Lili. 'Bagaimana mungkin jam segini Lili masih sibuk bekerja? ' batin Ali. Ali mendesah frustasi saat melihat Lili tampak sibuk dengan aktifitasnya. Sepertinya kehadirannya tak diharapkan oleh Lili.Sementara itu Lili tampak tersenyum puas melihat ekspresi kesal dari wajah Ali. Apalagi melihat
》gadis 16 мιℓуαя《"Sisi?" lirih Lili. Matanya menatap Sisi dan Ali bergantian. Ia terus menggumam tidak jelas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Salah satunya adalah bagaimana bisa Sisi begitu akrab dengan Ali?Sejak kapan mereka bertemu?Kini pandangan mata Lili terfokus ke wajah Sisi yang terlihat sedikit aneh. Sepertinya sesuatu telah terjadi pada gadis kecilnya."Apa kau baik-baik saja?" tanya Ali saat menyadari bidadari kecil itu tampak lesu dan pucat.Sisi hanya mengg
》gadis 16 мιℓуαя《"Aku akan mengatur ulang jadwal kencan kita." ucap Ali setelah Lili turun dari mobilnya. Tapi wanita itu sama sekali tidak memberinya respon.Tak masalah. Ali sudah terbiasa akan hal itu. Ia memutuskan untuk segera pergi dan kembali ke Rumah Sakit. Entah kenapa ada rasa aneh menyelinap dalam relung hatinya.Sesak dan sakit saat melihat Sisi terbaring lemah tak berdaya di ranjang Rumah Sakit.Kepergian Ali membuat Lili termenung. Ia teringat akan ucapan Ali yang akan mengambil alih Sisi. Andai Ali tau kalau Sisi adalah anak yang selama ini ia cari, apakah niat itu masih akan berlaku?
》gadis 16 мιℓуαя《"Cukup!" Ali menarik smartphone dari telinga kiri Manda. Wanita itu tampak ketakutan dan menangis memohon kepada Ali untuk dilepaskan."Please, Om. Aku beneran nggak tau apa-apa soal Lili. Setelah kejadian itu, dia nggak ada kabar sama sekali. Kita lost contact dan---""Jangan harap aku percaya bualanmu!" potong Ali.Manda sudah kehabisan kata-kata. Tak tau lagi harus menjelaskan seperti apa. Ali sama sekali tidak mempercayainya dan satu-satunya yang bisa menjelaskan hanyalah Lili.Hanya Lili harapan Manda.