》gadis 16 milyar《
Semua aktifitas Ali tak luput dari pengamatan Adam yang tampak sibuk dengan laptopnya.
"Kau kenapa, Rey?" tanya Adam sambil mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Ali tak langsung menjawab tapi jemarinya menari diatas keyboard laptop dengan sangat lincah.
Lili Rezvan Azkadina.
Tapi mesin pencari di layar laptopnya tak menampakkan hasil apapun. Ali kembali mencoba menulis lagi.
Asprilia Rezvan.
Tapi lagi-lagi tak menemukan hasil. Ali mengerang frustasi sambil mengusap wajahnya dengan gusar. "Kenapa tak ada disini?" keluhnya.
"Apa yang kau cari, Rey?" tanya Adam lagi. Kali ini ia meletakkan laptopnya dan beranjak menghampiri Ali.
"Beberapa menit yang lalu aku baru saja bertemu dengan Lili!" terang Ali.
"Lili?" cicit Adam dengan kening mengernyit. "Dia ada di sini?"
Ali menghela nafas panjang. "Aku bertemu dengannya di jalan. Tapi aku tidak sempat mengejarnya!"
"Apa kau yakin?" tegas Adam.
Ali mengangguk sekali. "Sangat yakin. Bahkan ia sempat memakiku! Andai aku bisa mengendalikan rasa terkejutku, mungkin saat ini aku bisa menyeretnya kesini!"
Ali mengatupkan kedua rahangnya. Terlihat jelas sekali jika ia menyimpan dendam pada Lili. Wanita itu telah mencoba membunuhnya. Padahal, ia sempat menaruh hati pada wanita mungil itu begitu mengetahui Lili mengandung.
Ali jadi teringat akan satu hal. Bagaimana keadaan anaknya sekarang? Apakah ia sudah tumbuh dewasa?
Jika ia bisa menemukan Lili, bisa dipastikan ia juga bisa bertemu dengan buah hatinya.
》gadis 16 milyar《
Lalu bagaimana dengan Sisi? Tidak mungkin ia akan meninggalkan Sisi di rumah Bali sendirian. Dan kota Surabaya juga terlalu berisiko untuk tempat tinggal Sisi.
"Al," panggil Lili kepada Albert yang saat ini tengah memegang setir kemudi. Laki-laki itu menoleh sedikit ke belakang. "Dua kali dalam seminggu aku bakalan ke Surabaya buat kroscek semuanya. Untuk saat ini aku nggak bisa tinggal di sini. Kamu mengerti alasannya kan?"
Albert mengangguk paham. "Iya, Nyonya. Saya mengerti. Keselamatan Nyonya Lili dan Nona Sisi adalah prioritas kami!"
Lili menghela nafas lega. "Tapi kamu nggak perlu kuatir. Aku tetep mantau semuanya dari sana!"
"Baik, Nyonya!"
Sore ini Lili langsung kembali ke Bali. Dalam pangkuannya ada Sisi yang tengah tertidur. Rasa iba menggelayuti hatinya. Sisi pasti sangat lelah hari ini, gadis kecil itu tampak terlelap. Untuk selanjutnya ia berencana tidak membawa Sisi, keadaan gadis kecil itu tidak memungkinkan jika harus mengikuti kesibukannya apalagi kota Surabaya tidak terlalu aman untuk Sisi tinggali.

》gadis 16 milyar《
Wanita yang terlihat seumuran dengan Lili itu tampak menganggukkan kepalanya beberapa kali. Lili harus bergerak cepat untuk menyelamatkan Perusahaannya dan ia memilih asisten untuk membantu merawat Sisi selama ia tidak ada di Bali.
"Oh iya, Mbak. Satu pesen saya. Dikotak obat paling atas itu buat Sisi. Minumkan sebelum tidur ya, Mbak!"
"Baik, Bu!"
Lili kali ini sedikit lega. Setidaknya ia tidak meninggalkan Sisi sendirian di pulau asing ini. Hari ini ia ada jadwal ke Surabaya, seminggu setelah memecat beberapa karyawannya, Lili kembali ke Surabaya untuk mengecek Perusahaannya.
》gadis 16 milyar《
"Sudahlah, Rey. Kau tidak bisa terus-terusan seperti ini. Kau juga harus memikirkan pekerjaan kita yang terbengkalai beberapa hari ini!"
Ya. Adam ada benarnya. Seminggu ini Ali mengabaikan beberapa job yang menghampirinya. Mobil Ali merambat pelan menyusuri jalanan. Pagi menjelang siang di Pulau Bali dan lagi-lagi macet melanda.
"Kenapa selalu macet begini?" keluh Ali sambil memukul pelan setir kemudinya.
"Tenanglah, Rey. Di depan sana ada sekolahan. Mungkin saja sudah jamnya pulang!" sahut Adam yang terlihat tenang dan begitu menikmati kemacetan siang ini.
Senyum Adam tersungging saat menatap seorang gadis kecil yang tampak memanyunkan bibir tipisnya. Disebelah gadis cantik itu berdiri seorang wanita berumur yang sedang memegang payung.
"Lucu sekali!" gumam Adam lirih.
Kepala Ali seketika menoleh. "Jangan menertawaiku, Adam. Ini tidak lucu!" sergah Ali dengan nada penuh emosi.
Adam ikut menoleh dan tertawa kecil. "Bukan kau yang kumaksud, Rey!" Adam kembali menatap gadis berambut tebal panjang itu. "Lihatlah disana!" Adam menunjuk dengan dagunya.
Ali lalu mengikuti arah pandang Adam dan melihat seorang gadis kecil lucu yang tampak menunggu di pinggir jalan.

"I found you!" ucapnya lirih diiringi senyum yang mengembang.
》gadis 16 milyar《
Surabaya, 17 November 2018
AyaStoria》gadis 16 milyar《"Finally. I found you!"Kedua mata Ali menatap Sisi dari kejauhan. Sebenarnya ia ingin menghampiri gadis kecil itu tapi Ali ragu, takut jika gadis itu menolak bertemu dengannya. Lagipula, tempat juga menjadi alasan utama Ali mengamati Sisi dari kejauhan."Ayo, Non Sisi. Masuk!" seru Luna saat taxi pesanannya menepi dan berhenti tepat di depan mereka.Sisi menurut dan masuk lebih dulu sementara Luna menyusul. "Jalan, Pak!" ucap Luna setelah duduk di sebelah Sisi.Taxi biru itu melaju perlahan begitu juga mobil hitam di belakangnya."Siapa dia, Rey?" tanya Adam saat melihat Ali tampak fokus mengikuti taxi di depannya. "Apakah dia Delixia Xiena?"Ali menggeleng pelan. "Bukan!" jawab Ali singkat.Kening Adam seketika mengkerut. "Lalu?""Entahlah!" Ali menga
》gadis 16 milyar《Mendengar Sisi sedang di rawat di Rumah Sakit membuat Lili mau tak mau meninggalkan Surabaya hari itu juga. Semua pekerjaan ia tinggalkan dan ia limpahkan pada orang kepercayaannya.Langkah Lili terlihat begitu lebar saat menyusuri koridor Rumah Sakit yang tidak begitu ramai. Keinginannya saat ini hanya satu, melihat Sisi baik-baik saja dan melihat senyum gadis itu.Dada Lili seketika berdebar kencang saat menatap Lana, pengasuh Sisi sedang berjalan di depannya. Pandangan matanya tampak menunduk dan menatap sesuatu yang berada di genggamannya."Mbak Luna!" panggil Lili sedikit kencang. Wanita itu menoleh dengan mulut sedikit terbuka karena syok kehadiran Lili yang tiba-tiba."Ibu?" sahut Luna lirih. "Ibu kapan datang? Kok tidak ngabarin saya, Bu?""Sisi gimana?" Lili tak mengindahkan pertanyaan Luna, ia tampak
》gadis 16 milyar《Lili sudah berusaha menuruti kemauan Sisi tapi nyatanya ia sama sekali tidak mempunyai informasi apapun tentang laki-laki bernama Rey itu. Bukan hanya sekedar menuruti keinginan Sisi tapi sebenarnya ia juga ingin bertemu dengan laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa Sisi."Kami akan berusaha kembali!"Itulah janji dari orang-orang kepercayaannya. Harusnya mereka dengan mudah bisa menemukan laki-laki itu. Bahkan pihak Rumah Sakitpun seolah ikut membantu menyembunyikan sosok Rey. Nama penanggung jawab saat Sisi di rawat beberapa hari yang lalu benar-benar tidak Lili dapatkan. Pihak Rumah Sakit berdalih jika tidak bisa memberitahukan data apapun karena permintaan Rey sendiri.Sebaliknya, Adam menemukan satu titik terang atas keberadaan Lili. Adam berhasil menemukan lokasi Nick di tahan."Jadi benar apa yang aku lihat beberapa m
》gadis 16 milyar《Lili tampak bingung saat beberapa bodyguard tiba-tiba menghampirinya dan mengawalnya. Padahal ia sama sekali tidak meminta untuk di jaga."Ada apa ini?" tanya Lili pada salah satu bodyguard yang berjalan di depannya."Saya mendengar kabar buruk, Nyonya!" jawab pimpinan bodyguard yang berjalan tepat di depan Lili, Abdul."Kabar buruk? Kenapa tidak disampaikan di kantor aja? Di sini diliatin banyak orang, kan?""Ini masalah keselamatan Nyonya Lili. Calon suami Nyonya Lili saat ini sedang mencari keberadaan Anda!""Calon suami
》gadis 16 milyar《Entah apa lagi yang Ali rencanakan kali ini, sungguh Lili tak tau. Laki-laki itu sudah 2x mengirim pesan padanya dalam sehari. Pagi tadi pesan ucapan selamat pagi dan siang ini ia mendapat pesan yang berisikan pengingat untuk tidak lupa makan siang.Sedikit menyesal kenapa ia membiarkan Ali menyimpan nomer ke dalam ponselnya. Tapi Lili sama sekali tidak ada niatan untuk membalas pesan itu. Ia meletakkan benda pipih itu tepat di sebelah laptop birunya.Hanya beberapa detik saja setelah benda itu tergeletak, sebuah deringan terdengar. Lili mengalihkan pandangannya menatap ke arah layar ponselnya.Om Ali calling...Lili berpikir sejenak sebelum menjawab panggilan itu. Kira-kira ada keperluan apa membuat Ali menelponnya."Halo." sapa Lili setelah benda pipih itu nenempel di telinganya."
》gadis 16 мιℓуαя《Ali memukul setir kemudinya sambil terus mengumpat. Ia sengaja mengantar Lili pulang. Tujuannya tak lain adalah ingin mengetahui dimana wanita itu tinggal. Tapi apa yang Lili pilih sungguh sangat membuat Ali kesal. Wanita berambut sebahu itu sepertinya sengaja membawa dirinya ke tempat ini. Sebuah toko baju yang Ali pastikan itu adalah toko milik Lili. 'Bagaimana mungkin jam segini Lili masih sibuk bekerja? ' batin Ali. Ali mendesah frustasi saat melihat Lili tampak sibuk dengan aktifitasnya. Sepertinya kehadirannya tak diharapkan oleh Lili.Sementara itu Lili tampak tersenyum puas melihat ekspresi kesal dari wajah Ali. Apalagi melihat
》gadis 16 мιℓуαя《"Sisi?" lirih Lili. Matanya menatap Sisi dan Ali bergantian. Ia terus menggumam tidak jelas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Salah satunya adalah bagaimana bisa Sisi begitu akrab dengan Ali?Sejak kapan mereka bertemu?Kini pandangan mata Lili terfokus ke wajah Sisi yang terlihat sedikit aneh. Sepertinya sesuatu telah terjadi pada gadis kecilnya."Apa kau baik-baik saja?" tanya Ali saat menyadari bidadari kecil itu tampak lesu dan pucat.Sisi hanya mengg
》gadis 16 мιℓуαя《"Aku akan mengatur ulang jadwal kencan kita." ucap Ali setelah Lili turun dari mobilnya. Tapi wanita itu sama sekali tidak memberinya respon.Tak masalah. Ali sudah terbiasa akan hal itu. Ia memutuskan untuk segera pergi dan kembali ke Rumah Sakit. Entah kenapa ada rasa aneh menyelinap dalam relung hatinya.Sesak dan sakit saat melihat Sisi terbaring lemah tak berdaya di ranjang Rumah Sakit.Kepergian Ali membuat Lili termenung. Ia teringat akan ucapan Ali yang akan mengambil alih Sisi. Andai Ali tau kalau Sisi adalah anak yang selama ini ia cari, apakah niat itu masih akan berlaku?