Home / Romansa / 𝙶𝙰𝙳𝙸𝚂 16 𝙼 / 3 - Lili, kaukah itu?

Share

3 - Lili, kaukah itu?

》gadis 16 milyar《

Setelah puas menatap wajah gadis kecil yang tersimpan pada memori kameranya, Ali memutar badannya dan bergegas pergi. Tugasnya hari ini sudah selesai dan ia sudah bisa mengambil keputusan untuk konsep foto besok.

Ali masuk ke dalam mobil hitamnya dan di dalam sana sudah ada Adam yang duduk di balik setir kemudinya. "Sudah, Rey?" tanya Adam saat melihat Ali masuk dan duduk di sebelahnya.

"Sudah. Kita langsung ke hotel!" Ali menarik sabuk pengaman dan memakainya.

"Aku ada info untukmu!" seru Adam membuat kepala Ali menoleh seketika.

"Katakan!"

Adam mengambil sebuah map yang tergeletak di jok belakang dan menyerahkannya pada Ali.

"Apa ini?" Ali membukanya langsung.

"Aku mencoba mencari tau tentang perusahaan keluarga Rezvan yang ada di Bali dan hasilnya----" Adam menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa tak ada sedikitpun jejak Lili yang tertinggal.

"Delisia Xiena?" ucap Ali saat membaca deretan tulisan yang ada di kertas putih itu.

"Ya!" Adam mengiyakan. "Dia adalah pemilik semua perusahaan Rezvan saat ini. Kabarnya, bukan hanya di Bali tapi seluruh Indonesia, dialah pemiliknya. Mungkin Lili menjual kekayaan keluarganya kepada milyarder wanita itu atau mungkin---"

"Cukup. Aku mengerti. Delisia Xiena!" ulang Ali sambil menatap nama yang tercetak tebal itu. "Mungkin lewat nama ini kita bisa mencari tau kenapa Lili melepas semua kekayaannya!"

"Tapi tugas kita tidak semudah itu, Rey!" timpal Ali. "Delisia Xiena. Semua orang belum pernah melihatnya. Bisa jadi sosoknya sekarang sedang disembunyikan dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menemuinya!"

"Dan apakah kau akan menyerah mencarinya?" seru Ali sedikit emosi.

"Aku akan terus berusaha. Hanya saja, pencarian utamaku saat ini adalah keberadaan Lili dan anaknya. Apakah mereka masih hidup atau---"

"Lakukan saja apa yang menurutmu penting!" potong Ali. "Dan ingat, catat nama wanita ini dan masukkan dalam daftar pencarian kita!"

》gadis 16 milyar《

Bukannya Lili tak mau menggunakan uang peninggalan orangtuanya untuk mengeluarkan Nick dari penjara tapi ia benar-benar takut. Rasa trauma di masa lalu membuat Lili menyembunyikan jati dirinya. Apalagi sekarang sudah ada Sisi. Bukan tidak mungkin lagi nyawa Sisi juga ikut terancam.

Kekayaan yang dimiliki keluarganya membuat Lili harus pintar-pintar menjaga diri dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Lili tidak mau saja jika tetangga sekitar mengetahui siapa dia sebenarnya.

Itulah sebabnya Lili memilih jalur aman dengan memulai bisnis kecil-kecilan.

Berdagang online.

Hobi memasaknya ia salurkan untuk mengumpulkan recehan demi masa depan Sisi. Walaupun masa depan Sisi sudah terjamin nantinya, tapi Lili takut saja jika sepeninggal dirinya nanti, Sisi akan mengalami banyak rintangan.

Suara deringan yang berasal dari smartphone pribadinya membuat Lili dengan gerakan cepat mematikan kompornya. Lili memang sengaja memakai dua ponsel. Dan kali ini benda pipih berwarna hitam itu tampak berdering dan menampilkan nama pemanggil.

Albert calling...

"Ya, Al!" sapa Lili setelah menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya.

"Selamat pagi, Nyonya Lili. Maaf kalau saya mengganggu!"

"Tidak. Ada apa?" sahut Lili singkat sambil mengambil duduk di salah satu kursi kayu.

"Ada kabar tidak bagus untuk Nyonya dan Nona Sisi!"

"Tidak bagus? Apa itu?"

"Maafkan saya, Nyonya. Tapi ini harus segera disampaikan. Kantor RezvanGroup yang ada di daerah Surabaya mengalami masalah besar yang harus segera diselesaikan. Ada beberapa kepala divisi yang berbuat curang, Nyonya!"

"Maksudmu apa?"

"Mereka melakukan manipulasi uang!"

Kening Lili seketika mengernyit. "Korupsi?"

"Seperti itulah!"

Lili mendengus kasar. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Albert, orang kepercayaannya yang saat ini memegang kantor cabang di daerah Surabaya. "Kamu udah ngantongin pelakunya?"

"Sudah, Nyonya. Saya tinggal menunggu keputusan dari Nyonya Lili saja!"

Lili berpikir sejenak. Kenapa harus ada masalah seperti ini? Padahal menurutnya gaji untuk beberapa karyawannya sudah lebih dari cukup. "Besok saya udah tiba di Surabaya. Jam 9 pagi kumpulkan yang bersangkutan di ruang meeting!"

"Baik, Nyonya!"

Lili memutus panggilannya dengan helaan nafas panjang. Meletakkan ponselnya di atas meja lalu tangannya bergerak memijit keningnya.

"Bunda! Bunda kenapa?" tanya Sisi tiba-tiba.

Lili mengangkat kepalanya lalu mengembangkan senyumnya. "Eh, anak Bunda udah bangun? Mimpi apa tadi, Sayang?" pertanyaan Lili hanya di jawab gelengan kepala oleh Sisi. "Udah sore, mandi yuk!"

Sisi mengangguk dengan semangat lalu berlari lebih dulu dan langsung masuk ke kamar mandi. Suara tawa dan teriakan Sisi yang terdengar renyah membuat airmata Lili tak sengaja menitik.

Inilah airmata kebahagiaan.

》gadis 16 milyar《

"Bunda, kok bajunya dimasukin ke koper?" tanya Sisi saat melihat aktifitas Lili yang sedang sibuk menata beberapa baju dan memasukkannya ke dalam koper besar.

"Bunda mau ke Surabaya, Sayang!"

"Surabaya? Mana itu, Bun?"

Lili menghentikan pergerakan tangannya dan menghampiri Sisi yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Sisi mau ikut Bunda?"

Sisi mengangguk dengan senyum mengembang. "Mau, Bunda!"

Usapan lembut mendarat di pucuk kepala Sisi. "Sekarang Sisi ganti baju, pakai jaket sama sepatunya jangan lupa. Bunda mau siapin yang lainnya!"

"Oke, Bunda!" Sisi turun dari tempat tidur dan langsung menuruti perintah Lili.

》gadis 16 milyar《

"Mau kemana, Rey?" Adam mengamati gerak-gerik Ali yang tampak memasukkan kameranya ke dalam tas. Ali sore ini terlihat rapi.

"Cari angin dan mencari objek yang bagus!" jawab Ali singkat. "Oh iya, kabari aku kalau kau mendapatkan info!"

Adam mengangguk dan membiarkan Ali pergi sambil membawa tas ransel di punggungnya.

Sejujurnya, ada yang Ali harapkan sore ini. Ia bisa bertemu lagi dengan gadis kecil yang menjadi objek fotonya beberapa hari yang lalu.

Jalanan yang lumayan padat membuat Ali harus bersabar dan menahan emosinya. Cuaca yang mendung semakin menambah rasa kesal dalam hati Ali. Berkali-kali ia memukul setir kemudinya saat laju mobilnya lagi-lagi terhenti.

Sepertinya ada sesuatu terjadi di depan sana karena dari arah berlawanan tak ada satupun mobil yang lewat. Ali menghela nafas frustasi dan memilih menenangkan diri dengan mendengarkan musik lewat radio.

Setengah jam menunggu tanpa adanya pergerakan sama sekali membuat Ali mengumpat keras. Ia menengok kaca spionnya dan berpikir untuk putar balik karena mau menunggu berjam-jampun tidak akan membawa hasil.

Ali memindah gigi perseneling mobilnya dan membelokkan setir kemudinya ke kanan. Setelah yakin tak ada satupun kendaraan yang lewat, Ali menginjak pedal gasnya dengan pelan.

Tapi sebuah suara klakson mobil membuat Ali menginjak pedal rem mobilnya secara tiba-tiba dan jika ia tidak cekatan, bisa dipastikan mobilnya akan bertabrakan dengan mobil putih di depannya.

Pemilik mobil putih itu membuka kaca dan menyembulkan sedikit kepalanya.

"Mas! Mbak! Kalo nyetir ati-ati, ya. Udah tau macet masih aja bertingkah!" sembur wanita itu lalu menutup kembali kaca mobilnya.

Ali benar-benar melongo dan syok. Bukan karena kalimat makian yang ia dapatkan tapi sosok yang ada di dalam mobil itu yang membuatnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Mobil putih itu melaju dengan mulusnya membuat kepala Ali ikut menoleh, menatap kepergian besi berjalan itu. Saat Ali tersadar, semuanya sudah terlambat.

"Li--Lili?" ucapnya terbata.

》gadis 16 milyar《

Surabaya, 14 November 2018

17.47

AyaStoria


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status