》gadis 16 milyar《
Ali masuk ke dalam mobil hitamnya dan di dalam sana sudah ada Adam yang duduk di balik setir kemudinya. "Sudah, Rey?" tanya Adam saat melihat Ali masuk dan duduk di sebelahnya.
"Sudah. Kita langsung ke hotel!" Ali menarik sabuk pengaman dan memakainya.
"Aku ada info untukmu!" seru Adam membuat kepala Ali menoleh seketika.
"Katakan!"
Adam mengambil sebuah map yang tergeletak di jok belakang dan menyerahkannya pada Ali.
"Apa ini?" Ali membukanya langsung.
"Aku mencoba mencari tau tentang perusahaan keluarga Rezvan yang ada di Bali dan hasilnya----" Adam menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa tak ada sedikitpun jejak Lili yang tertinggal.
"Delisia Xiena?" ucap Ali saat membaca deretan tulisan yang ada di kertas putih itu.
"Ya!" Adam mengiyakan. "Dia adalah pemilik semua perusahaan Rezvan saat ini. Kabarnya, bukan hanya di Bali tapi seluruh Indonesia, dialah pemiliknya. Mungkin Lili menjual kekayaan keluarganya kepada milyarder wanita itu atau mungkin---"
"Cukup. Aku mengerti. Delisia Xiena!" ulang Ali sambil menatap nama yang tercetak tebal itu. "Mungkin lewat nama ini kita bisa mencari tau kenapa Lili melepas semua kekayaannya!"
"Tapi tugas kita tidak semudah itu, Rey!" timpal Ali. "Delisia Xiena. Semua orang belum pernah melihatnya. Bisa jadi sosoknya sekarang sedang disembunyikan dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menemuinya!"
"Dan apakah kau akan menyerah mencarinya?" seru Ali sedikit emosi.
"Aku akan terus berusaha. Hanya saja, pencarian utamaku saat ini adalah keberadaan Lili dan anaknya. Apakah mereka masih hidup atau---"
"Lakukan saja apa yang menurutmu penting!" potong Ali. "Dan ingat, catat nama wanita ini dan masukkan dalam daftar pencarian kita!"
》gadis 16 milyar《
Kekayaan yang dimiliki keluarganya membuat Lili harus pintar-pintar menjaga diri dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Lili tidak mau saja jika tetangga sekitar mengetahui siapa dia sebenarnya.
Itulah sebabnya Lili memilih jalur aman dengan memulai bisnis kecil-kecilan.
Berdagang online.
Hobi memasaknya ia salurkan untuk mengumpulkan recehan demi masa depan Sisi. Walaupun masa depan Sisi sudah terjamin nantinya, tapi Lili takut saja jika sepeninggal dirinya nanti, Sisi akan mengalami banyak rintangan.
Suara deringan yang berasal dari smartphone pribadinya membuat Lili dengan gerakan cepat mematikan kompornya. Lili memang sengaja memakai dua ponsel. Dan kali ini benda pipih berwarna hitam itu tampak berdering dan menampilkan nama pemanggil.
Albert calling...
"Ya, Al!" sapa Lili setelah menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya.
"Selamat pagi, Nyonya Lili. Maaf kalau saya mengganggu!"
"Tidak. Ada apa?" sahut Lili singkat sambil mengambil duduk di salah satu kursi kayu.
"Ada kabar tidak bagus untuk Nyonya dan Nona Sisi!"
"Tidak bagus? Apa itu?"
"Maafkan saya, Nyonya. Tapi ini harus segera disampaikan. Kantor RezvanGroup yang ada di daerah Surabaya mengalami masalah besar yang harus segera diselesaikan. Ada beberapa kepala divisi yang berbuat curang, Nyonya!"
"Maksudmu apa?"
"Mereka melakukan manipulasi uang!"
Kening Lili seketika mengernyit. "Korupsi?"
"Seperti itulah!"
Lili mendengus kasar. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Albert, orang kepercayaannya yang saat ini memegang kantor cabang di daerah Surabaya. "Kamu udah ngantongin pelakunya?"
"Sudah, Nyonya. Saya tinggal menunggu keputusan dari Nyonya Lili saja!"
Lili berpikir sejenak. Kenapa harus ada masalah seperti ini? Padahal menurutnya gaji untuk beberapa karyawannya sudah lebih dari cukup. "Besok saya udah tiba di Surabaya. Jam 9 pagi kumpulkan yang bersangkutan di ruang meeting!"
"Baik, Nyonya!"
Lili memutus panggilannya dengan helaan nafas panjang. Meletakkan ponselnya di atas meja lalu tangannya bergerak memijit keningnya.
"Bunda! Bunda kenapa?" tanya Sisi tiba-tiba.
Lili mengangkat kepalanya lalu mengembangkan senyumnya. "Eh, anak Bunda udah bangun? Mimpi apa tadi, Sayang?" pertanyaan Lili hanya di jawab gelengan kepala oleh Sisi. "Udah sore, mandi yuk!"
Sisi mengangguk dengan semangat lalu berlari lebih dulu dan langsung masuk ke kamar mandi. Suara tawa dan teriakan Sisi yang terdengar renyah membuat airmata Lili tak sengaja menitik.
Inilah airmata kebahagiaan.
》gadis 16 milyar《
"Bunda mau ke Surabaya, Sayang!"
"Surabaya? Mana itu, Bun?"
Lili menghentikan pergerakan tangannya dan menghampiri Sisi yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Sisi mau ikut Bunda?"
Sisi mengangguk dengan senyum mengembang. "Mau, Bunda!"
Usapan lembut mendarat di pucuk kepala Sisi. "Sekarang Sisi ganti baju, pakai jaket sama sepatunya jangan lupa. Bunda mau siapin yang lainnya!"
"Oke, Bunda!" Sisi turun dari tempat tidur dan langsung menuruti perintah Lili.
》gadis 16 milyar《
"Cari angin dan mencari objek yang bagus!" jawab Ali singkat. "Oh iya, kabari aku kalau kau mendapatkan info!"
Adam mengangguk dan membiarkan Ali pergi sambil membawa tas ransel di punggungnya.
Sejujurnya, ada yang Ali harapkan sore ini. Ia bisa bertemu lagi dengan gadis kecil yang menjadi objek fotonya beberapa hari yang lalu.
Jalanan yang lumayan padat membuat Ali harus bersabar dan menahan emosinya. Cuaca yang mendung semakin menambah rasa kesal dalam hati Ali. Berkali-kali ia memukul setir kemudinya saat laju mobilnya lagi-lagi terhenti.
Sepertinya ada sesuatu terjadi di depan sana karena dari arah berlawanan tak ada satupun mobil yang lewat. Ali menghela nafas frustasi dan memilih menenangkan diri dengan mendengarkan musik lewat radio.
Setengah jam menunggu tanpa adanya pergerakan sama sekali membuat Ali mengumpat keras. Ia menengok kaca spionnya dan berpikir untuk putar balik karena mau menunggu berjam-jampun tidak akan membawa hasil.
Ali memindah gigi perseneling mobilnya dan membelokkan setir kemudinya ke kanan. Setelah yakin tak ada satupun kendaraan yang lewat, Ali menginjak pedal gasnya dengan pelan.
Tapi sebuah suara klakson mobil membuat Ali menginjak pedal rem mobilnya secara tiba-tiba dan jika ia tidak cekatan, bisa dipastikan mobilnya akan bertabrakan dengan mobil putih di depannya.
Pemilik mobil putih itu membuka kaca dan menyembulkan sedikit kepalanya.
"Mas! Mbak! Kalo nyetir ati-ati, ya. Udah tau macet masih aja bertingkah!" sembur wanita itu lalu menutup kembali kaca mobilnya.
Ali benar-benar melongo dan syok. Bukan karena kalimat makian yang ia dapatkan tapi sosok yang ada di dalam mobil itu yang membuatnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Mobil putih itu melaju dengan mulusnya membuat kepala Ali ikut menoleh, menatap kepergian besi berjalan itu. Saat Ali tersadar, semuanya sudah terlambat.
"Li--Lili?" ucapnya terbata.
》gadis 16 milyar《
Surabaya, 14 November 2018
17.47AyaStoria》gadis 16 milyar《Ali membuka pintu kamar hotel dengan kasar lalu melangkah masuk dengan langkah tergesa. Meletakkan tas ransel berisi kamera di atas nakas, tangannya kemudian menyambar laptop silvernya dan membawanya duduk diatas tempat tidur dengan posisi kali menyilang.Semua aktifitas Ali tak luput dari pengamatan Adam yang tampak sibuk dengan laptopnya."Kau kenapa, Rey?" tanya Adam sambil mengalihkan pandangannya dari layar laptop.Ali tak langsung menjawab tapi jemarinya menari diatas keyboard laptop dengan sangat lincah.Lili Rezvan Azkadina.Tapi mesin pencari di layar laptopnya tak menampakkan hasil apapun. Ali kembali mencoba menulis lagi.Asprilia Rezvan.Tapi lagi-lagi tak menemukan hasil. Ali mengerang frustasi sambil
》gadis 16 milyar《"Finally. I found you!"Kedua mata Ali menatap Sisi dari kejauhan. Sebenarnya ia ingin menghampiri gadis kecil itu tapi Ali ragu, takut jika gadis itu menolak bertemu dengannya. Lagipula, tempat juga menjadi alasan utama Ali mengamati Sisi dari kejauhan."Ayo, Non Sisi. Masuk!" seru Luna saat taxi pesanannya menepi dan berhenti tepat di depan mereka.Sisi menurut dan masuk lebih dulu sementara Luna menyusul. "Jalan, Pak!" ucap Luna setelah duduk di sebelah Sisi.Taxi biru itu melaju perlahan begitu juga mobil hitam di belakangnya."Siapa dia, Rey?" tanya Adam saat melihat Ali tampak fokus mengikuti taxi di depannya. "Apakah dia Delixia Xiena?"Ali menggeleng pelan. "Bukan!" jawab Ali singkat.Kening Adam seketika mengkerut. "Lalu?""Entahlah!" Ali menga
》gadis 16 milyar《Mendengar Sisi sedang di rawat di Rumah Sakit membuat Lili mau tak mau meninggalkan Surabaya hari itu juga. Semua pekerjaan ia tinggalkan dan ia limpahkan pada orang kepercayaannya.Langkah Lili terlihat begitu lebar saat menyusuri koridor Rumah Sakit yang tidak begitu ramai. Keinginannya saat ini hanya satu, melihat Sisi baik-baik saja dan melihat senyum gadis itu.Dada Lili seketika berdebar kencang saat menatap Lana, pengasuh Sisi sedang berjalan di depannya. Pandangan matanya tampak menunduk dan menatap sesuatu yang berada di genggamannya."Mbak Luna!" panggil Lili sedikit kencang. Wanita itu menoleh dengan mulut sedikit terbuka karena syok kehadiran Lili yang tiba-tiba."Ibu?" sahut Luna lirih. "Ibu kapan datang? Kok tidak ngabarin saya, Bu?""Sisi gimana?" Lili tak mengindahkan pertanyaan Luna, ia tampak
》gadis 16 milyar《Lili sudah berusaha menuruti kemauan Sisi tapi nyatanya ia sama sekali tidak mempunyai informasi apapun tentang laki-laki bernama Rey itu. Bukan hanya sekedar menuruti keinginan Sisi tapi sebenarnya ia juga ingin bertemu dengan laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa Sisi."Kami akan berusaha kembali!"Itulah janji dari orang-orang kepercayaannya. Harusnya mereka dengan mudah bisa menemukan laki-laki itu. Bahkan pihak Rumah Sakitpun seolah ikut membantu menyembunyikan sosok Rey. Nama penanggung jawab saat Sisi di rawat beberapa hari yang lalu benar-benar tidak Lili dapatkan. Pihak Rumah Sakit berdalih jika tidak bisa memberitahukan data apapun karena permintaan Rey sendiri.Sebaliknya, Adam menemukan satu titik terang atas keberadaan Lili. Adam berhasil menemukan lokasi Nick di tahan."Jadi benar apa yang aku lihat beberapa m
》gadis 16 milyar《Lili tampak bingung saat beberapa bodyguard tiba-tiba menghampirinya dan mengawalnya. Padahal ia sama sekali tidak meminta untuk di jaga."Ada apa ini?" tanya Lili pada salah satu bodyguard yang berjalan di depannya."Saya mendengar kabar buruk, Nyonya!" jawab pimpinan bodyguard yang berjalan tepat di depan Lili, Abdul."Kabar buruk? Kenapa tidak disampaikan di kantor aja? Di sini diliatin banyak orang, kan?""Ini masalah keselamatan Nyonya Lili. Calon suami Nyonya Lili saat ini sedang mencari keberadaan Anda!""Calon suami
》gadis 16 milyar《Entah apa lagi yang Ali rencanakan kali ini, sungguh Lili tak tau. Laki-laki itu sudah 2x mengirim pesan padanya dalam sehari. Pagi tadi pesan ucapan selamat pagi dan siang ini ia mendapat pesan yang berisikan pengingat untuk tidak lupa makan siang.Sedikit menyesal kenapa ia membiarkan Ali menyimpan nomer ke dalam ponselnya. Tapi Lili sama sekali tidak ada niatan untuk membalas pesan itu. Ia meletakkan benda pipih itu tepat di sebelah laptop birunya.Hanya beberapa detik saja setelah benda itu tergeletak, sebuah deringan terdengar. Lili mengalihkan pandangannya menatap ke arah layar ponselnya.Om Ali calling...Lili berpikir sejenak sebelum menjawab panggilan itu. Kira-kira ada keperluan apa membuat Ali menelponnya."Halo." sapa Lili setelah benda pipih itu nenempel di telinganya."
》gadis 16 мιℓуαя《Ali memukul setir kemudinya sambil terus mengumpat. Ia sengaja mengantar Lili pulang. Tujuannya tak lain adalah ingin mengetahui dimana wanita itu tinggal. Tapi apa yang Lili pilih sungguh sangat membuat Ali kesal. Wanita berambut sebahu itu sepertinya sengaja membawa dirinya ke tempat ini. Sebuah toko baju yang Ali pastikan itu adalah toko milik Lili. 'Bagaimana mungkin jam segini Lili masih sibuk bekerja? ' batin Ali. Ali mendesah frustasi saat melihat Lili tampak sibuk dengan aktifitasnya. Sepertinya kehadirannya tak diharapkan oleh Lili.Sementara itu Lili tampak tersenyum puas melihat ekspresi kesal dari wajah Ali. Apalagi melihat
》gadis 16 мιℓуαя《"Sisi?" lirih Lili. Matanya menatap Sisi dan Ali bergantian. Ia terus menggumam tidak jelas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Salah satunya adalah bagaimana bisa Sisi begitu akrab dengan Ali?Sejak kapan mereka bertemu?Kini pandangan mata Lili terfokus ke wajah Sisi yang terlihat sedikit aneh. Sepertinya sesuatu telah terjadi pada gadis kecilnya."Apa kau baik-baik saja?" tanya Ali saat menyadari bidadari kecil itu tampak lesu dan pucat.Sisi hanya mengg