》gadis 16 milyar《
"Kami akan berusaha kembali!"
Itulah janji dari orang-orang kepercayaannya. Harusnya mereka dengan mudah bisa menemukan laki-laki itu. Bahkan pihak Rumah Sakitpun seolah ikut membantu menyembunyikan sosok Rey. Nama penanggung jawab saat Sisi di rawat beberapa hari yang lalu benar-benar tidak Lili dapatkan. Pihak Rumah Sakit berdalih jika tidak bisa memberitahukan data apapun karena permintaan Rey sendiri.
Sebaliknya, Adam menemukan satu titik terang atas keberadaan Lili. Adam berhasil menemukan lokasi Nick di tahan.
"Jadi benar apa yang aku lihat beberapa minggu yang lalu?" lirih Ali.
"Maksudmu?" sahut Adam penasaran.
"Aku sudah pernah bilang padamu, aku melihat Lili. Jadi Nick menggantikan posisi Lili dan rela dipenjara?"
"Begitulah!"
Sahutan singkat dari mulut Adam membuat Ali tersenyum miring. "Aku akan menemuinya!" putus Ali dan langsung bergegas pergi.
"Aku akan kembali ke Surabaya!" seruan dari Adam membuat langkah Ali terhenti.
Tanpa menoleh Ali menjawab. "Terserah apa yang akan kau lakukan!"
》gadis 16 milyar《
"Apa tujuan lo ke sini?" tanya Nick penuh emosi.
Ali terkekeh pelan lalu memutus kontak mata. Ia mengedarkan pandangannya, menatap sekelilingnya yang tampak biasa saja. "Katakan di mana dia!"
Nick tersenyum miring dan ikut tertawa pelan. "Lo kira gue bakalan kasih tau?"
Senyum di wajah Ali seketika sirna tapi tidak dengan Nick. Senyumnya semakin melebar kala melihat wajah tegang Ali. "Baiklah kalau itu maumu. Asal kau tau, aku sudah menyebar beberapa orang untuk mencari Lili dan juga anaknya. Dan jika aku menemukannya, aku tidak bisa menjamin apakah mereka akan baik-baik saja!"
Wajah Nick seketika menegang mendengar ancaman Ali. Nick tau betul siapa Ali dan dia tidak akan main-main dengan ucapannya. "Sedikit aja lo nyentuh mereka, habis lo!"
Suara tawa Ali seketika menggelegar memenuhi ruangan persegi ini. "Apa yang akan kau lakukan? Lihatlah dirimu. Kau terkurung di sini tanpa bisa melakukan apapun. Dan kau tau? Aku bisa saja membunuhmu saat ini juga kalau aku mau, tapi aku tidak akan melakukannya!"
Ali berdiri dari tempat duduknya dan melangkah mendekati pintu. "Karena aku ingin menghabisi kalian bertiga secara bersamaan!" Ali melempar senyum liciknya lalu membuka pintu dengan kasar dan membantingnya.
Nick memejamkan matanya sesaat. Bingung, apa yang harus ia lakukan? Kalau ia terus-terusan berada di sini, bagaimana ia bisa melindungi Lili dan Sisi?
》gadis 16 milyar《
'Haruskah aku melenyapkan darah dagingku sendiri?'
Ali menggeleng pelan. Dulu, ia sempat bahagia akan kehadiran seorang bayi dalam rahim Lili tapi kebahagiaannya dipatahkan oleh tindakan Lili yang mencoba membunuhnya.
Ali tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri. Bodoh sekali. Padahal dari awal ia hanya berniat menguras habis kekayaan Rezvan tapi ia malah jatuh cinta pada domba buruannya.
Memang, mulut dan hati kadang tak bisa sinkron. Ingin melenyapkan Lili tapi di sisi lain ada rasa aneh yang menyelinap dalam relung hatinya. Hingga membuatnya sadar bahwa apa yang ia kejar hanyalah kenikmatan duniawi yang suatu saat akan habis.
Merencanakan menikahi Lili adalah keputusan sulit yang harus ia ambil. Setelah berdebat dengan Adam, akhirnya laki-laki itu menyetujui keputusannya. Tapi apa yang ia rencanakan hancur berantakan karena ulah Lili.
Di hari pernikahannya, calon istrinya sendiri berniat membunuhnya.
Ali tertawa dan kali ini lebih kencang. Tangan kirinya meraba perutnya, bekas luka itu masih terasa dan jahitan dikulitnya tidak akan pernah bisa hilang. Kejadian itu membuat Ali harus rela kehilangan satu ginjalnya. Tapi, keberuntungan masih berpihak padanya hingga akhirnya ia menemukan donor ginjal yang cocok untuk dirinya.
Kini, misi Ali adalah mencari Lili dan anaknya. Tak akan ia biarkan Lili hidup bergelimang harta dan bahagia.
》gadis 16 milyar《
"Anak Bunda jangan nakal, ya!" nasehat Lili. Sisi hanya mengangguk patuh. "Nurut sama Mbak Lana ya, Sayang. Bunda mau kerja dulu!" pamitnya.
"Bunda pulangnya jangan lama-lama, nanti Sisi kangen!" rengek Sisi manja.
Lili tertawa pelan menanggapinya. "Kalo kangen kan bisa Video Call, Sayang!" bujuk Sisi. Hari ini ia ada jadwal ke Surabaya hingga 2 hari ke depan. Sebenarnya ia tak tega tapi pekerjaan di sana menuntut dirinya untuk selalu siap kapanpun di butuhkan.
"Nanti bawain Sisi oleh-oleh, ya!" wajah Sisi mendadak berubah cerah seketika.
"Sisi mau oleh-oleh apa?"
"Mm ... es krim!"
Jawaban yang keluar dari bibir mungil Sisi membuat Lili tergelak. "Kan di sini juga ada es krim?"
"Nggak mau! Sisi maunya es krim dari Bunda!"
"Iya, deh. Nanti Bunda bawain es krim spesial buat Sisi!"
"Yeay! Janji ya, Bunda!"
"Janji!" Lili mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Sisi. Sementara ibu jari mereka menyentil ujung hidung masing-masing. "Udah sana masuk. Bunda berangkat dulu ya, Sayang!"
"Bunda ati-ati, ya. Sisi sayang sama Bunda!" Sisi membuka pintu mobil dan bergerak turun.
"Bunda juga sayang sama Sisi. Daaah!" Lili melambaikan tangannya pada Sisi dan gadis kecil itupun membalasnya.
Begitu sosok Sisi sudah tak terlihat, Lili kembali memakai kacamata hitamnya dan melaju meninggalkan area sekolah Sisi.
Ali yang melihat kejadian itu hanya bisa menatap dari kejauhan. Melihat senyum Sisi mengembang membuat hati Ali tenang. Sayang sekali ia tak bisa melihat orang yang ada di dalam mobil putih itu.
Perhatian Ali teralihkan ketika ponselnya berdering dan nama Adam muncul di layar benda berbentuk persegi itu.
"Ya. Ada apa Adam!"
"Apakah kau mau mendengar informasi menarik yang ingin aku sampaikan?" tawar Adam.
"Kenapa kau suka sekali bertele-tele? Cepat katakan!"
Di seberang sana, Adam malah tertawa keras. "Kau pasti akan terkejut mendengarnya!"
"Akan aku tutup telponnya sekarang juga---"
"Baiklah. Baiklah. Dengar!" sela Adam cepat. "Salah satu Perusahaan Rezvan di Surabaya mengalami masalah dan Lili akan datang untuk menanganinya. Apa kau tidak ingin pulang dan menemui calon istrimu?"
Rahang Ali seketika mengatup rapat. Mendengar nama Lili saja dadanya terasa sakit. "Dalam 1 jam ke depan kupastikan, aku sudah tiba di Surabaya!"
》gadis 16 milyar《
》gadis 16 milyar《Lili tampak bingung saat beberapa bodyguard tiba-tiba menghampirinya dan mengawalnya. Padahal ia sama sekali tidak meminta untuk di jaga."Ada apa ini?" tanya Lili pada salah satu bodyguard yang berjalan di depannya."Saya mendengar kabar buruk, Nyonya!" jawab pimpinan bodyguard yang berjalan tepat di depan Lili, Abdul."Kabar buruk? Kenapa tidak disampaikan di kantor aja? Di sini diliatin banyak orang, kan?""Ini masalah keselamatan Nyonya Lili. Calon suami Nyonya Lili saat ini sedang mencari keberadaan Anda!""Calon suami
》gadis 16 milyar《Entah apa lagi yang Ali rencanakan kali ini, sungguh Lili tak tau. Laki-laki itu sudah 2x mengirim pesan padanya dalam sehari. Pagi tadi pesan ucapan selamat pagi dan siang ini ia mendapat pesan yang berisikan pengingat untuk tidak lupa makan siang.Sedikit menyesal kenapa ia membiarkan Ali menyimpan nomer ke dalam ponselnya. Tapi Lili sama sekali tidak ada niatan untuk membalas pesan itu. Ia meletakkan benda pipih itu tepat di sebelah laptop birunya.Hanya beberapa detik saja setelah benda itu tergeletak, sebuah deringan terdengar. Lili mengalihkan pandangannya menatap ke arah layar ponselnya.Om Ali calling...Lili berpikir sejenak sebelum menjawab panggilan itu. Kira-kira ada keperluan apa membuat Ali menelponnya."Halo." sapa Lili setelah benda pipih itu nenempel di telinganya."
》gadis 16 мιℓуαя《Ali memukul setir kemudinya sambil terus mengumpat. Ia sengaja mengantar Lili pulang. Tujuannya tak lain adalah ingin mengetahui dimana wanita itu tinggal. Tapi apa yang Lili pilih sungguh sangat membuat Ali kesal. Wanita berambut sebahu itu sepertinya sengaja membawa dirinya ke tempat ini. Sebuah toko baju yang Ali pastikan itu adalah toko milik Lili. 'Bagaimana mungkin jam segini Lili masih sibuk bekerja? ' batin Ali. Ali mendesah frustasi saat melihat Lili tampak sibuk dengan aktifitasnya. Sepertinya kehadirannya tak diharapkan oleh Lili.Sementara itu Lili tampak tersenyum puas melihat ekspresi kesal dari wajah Ali. Apalagi melihat
》gadis 16 мιℓуαя《"Sisi?" lirih Lili. Matanya menatap Sisi dan Ali bergantian. Ia terus menggumam tidak jelas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Salah satunya adalah bagaimana bisa Sisi begitu akrab dengan Ali?Sejak kapan mereka bertemu?Kini pandangan mata Lili terfokus ke wajah Sisi yang terlihat sedikit aneh. Sepertinya sesuatu telah terjadi pada gadis kecilnya."Apa kau baik-baik saja?" tanya Ali saat menyadari bidadari kecil itu tampak lesu dan pucat.Sisi hanya mengg
》gadis 16 мιℓуαя《"Aku akan mengatur ulang jadwal kencan kita." ucap Ali setelah Lili turun dari mobilnya. Tapi wanita itu sama sekali tidak memberinya respon.Tak masalah. Ali sudah terbiasa akan hal itu. Ia memutuskan untuk segera pergi dan kembali ke Rumah Sakit. Entah kenapa ada rasa aneh menyelinap dalam relung hatinya.Sesak dan sakit saat melihat Sisi terbaring lemah tak berdaya di ranjang Rumah Sakit.Kepergian Ali membuat Lili termenung. Ia teringat akan ucapan Ali yang akan mengambil alih Sisi. Andai Ali tau kalau Sisi adalah anak yang selama ini ia cari, apakah niat itu masih akan berlaku?
》gadis 16 мιℓуαя《"Cukup!" Ali menarik smartphone dari telinga kiri Manda. Wanita itu tampak ketakutan dan menangis memohon kepada Ali untuk dilepaskan."Please, Om. Aku beneran nggak tau apa-apa soal Lili. Setelah kejadian itu, dia nggak ada kabar sama sekali. Kita lost contact dan---""Jangan harap aku percaya bualanmu!" potong Ali.Manda sudah kehabisan kata-kata. Tak tau lagi harus menjelaskan seperti apa. Ali sama sekali tidak mempercayainya dan satu-satunya yang bisa menjelaskan hanyalah Lili.Hanya Lili harapan Manda.
》gadis 16 мιℓуαя《"Siapa Delisia Xiena?"Jantung Lili terasa berhenti berdetak untuk beberapa detik. Kedua matanya melebar. Sementara Manda hanya terdiam di tempatnya. Ia tidak berani bergerak sedikitpun karena moncong pistol itu masih melekat di pinggangnya.Delisia Xiena? Gumam Manda dalam hati. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang mereka bicarakan dan siapa Delisia Xiena? Kenapa dirinya harus ikut dalam masalah mereka berdua?"A-aku bener-bener nggak tau siapa itu Delisia Xiena!"Ali mengerutkan keningnya. Kepalanya menoleh ke samping dan menatap tajam ke arah Manda
》gadis 16 мιℓуαя《Lili duduk termenung di tepi tempat tidur. Perlahan kepalanya menoleh ke belakanh, menatap ke arah wajah Ali yang tampak terlelap. Wajah Lili kemudian menunduk, pandangan matanya menatap tubuhnya yang hanya terbalut selimut tebal.Lili mendesah panjang. Semua ini ia lakukan agar bisa menyelamatkan Sisi. Tapi sampai kapan?Lili kembali mendesah. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Menscroll layar ponselnya, mencari nama Abdul. Ia lalu melekatkan benda pipih itu ke telinga kanannya, menunggu Abdul menjawab panggilannya."Bagaimana?"Suara yang begitu tiba-tiba mem