Share

Bab 2

Aku mengangkat kepala dan menatapnya dengan mata dingin. Pria ini sekarang sangat asing dan menjijikkan di mataku.

"Menurutmu?" Aku bertanya balik. Suaraku dingin tanpa kehangatan sedikit pun.

"Kamu kenapa, sih?!" Dhanu mengerutkan kening, suaranya mengungkapkan rasa tidak senangnya. "Sedikit-sedikit marah. Aku cuma tanya, apa salahnya?"

"Aku ingin tanya." Aku menatap kedua matanya lekat-lekat. "Kenapa kamu tinggalkan Selsa sendirian di dalam mobil?"

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Dhanu tertawa sinis seolah mendengar sesuatu yang lucu. "Widya, otakmu pergi ke mana? Mobilnya mogok. Miko di rumah tiba-tiba demam. Akhirnya kami harus minta bantuan tim penyelamat, tapi mobil mereka cuma muat tiga orang. Jadi kami tinggalkan Selsa di dalam mobil dulu."

"Mobil tim penyelamat cuma muat tiga orang?" Aku mengulangi kata-katanya. Dadaku seperti diremas-remas. Rasanya sangat sakit sampai aku lupa cara bernapas.

"Memang begitu." Dhanu menjawab dengan tidak sabar. "Masa Citra yang harus disuruh menunggu di hutan? Anaknya sedang sakit! Lagian kami sudah minta orang lain untuk menjemput Selsa. Tinggal tunggu sebentar lagi. Masalahnya apa?"

"Sudah minta orang lain? Tinggal tunggu sebentar lagi?!" Aku melompat berdiri dan mengibaskan tangannya yang terulur. Mataku merah padam. "Dhanu, sadarkah kamu, karena kamu menganggap ‘tinggal tunggu sebentar lagi’ itu ... Selsa ... "

Suaraku tercekat oleh isak tangis. Aku tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam itu.

Dhanu mengerutkan keningnya tidak sabar. "Kalau bicara yang jelas."

"Selsa ... dia ..." Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan gemetar, "Dia ... mati diserang serigala!"

Mengucapkan kata-kata ini terasa seperti menjatuhkan diriku sendiri dari tepi jurang. Seluruh tubuhku dingin dan pandanganku dipenuhi kegelapan.

Dhanu tertegun sesaat, lalu berteriak marah, "Widya! Kamu benar-benar sudah gila! Aku nggak menyangka kamu sampai berani mengutuk anakmu sendiri. Ke mana perginya hati nuranimu?"

Penghinaan dan ejekan di matanya bagaikan pisau tajam, menusuk-nusuk hatiku tanpa ampun. Sakit sekali.

"Apa?" Mataku terbelalak. Suaraku bergetar. "Kamu nggak percaya?"

Dia menunjuk ke arahku dan berkata keras, "Widya, aku benar-benar salah menilaimu. Kamu bahkan nekat melakukan tipuan yang nggak masuk akal demi mencapai tujuanmu. Ibuku memang benar, kamu nggak layak sama sekali menjadi ibu!"

“Dhanu, jangan marah. Mungkin Widya cuma ingin ditemani kamu, makanya dia bohong." Citra tiba-tiba menghambur memasuki pintu. Dia menggandeng lengan Dhanu, tatapannya cemas dan kata-katanya menghibur.

Tapi, rasa bangga yang terpancar dari matanya tidak bisa disembunyikan.

Dhanu menepuk punggung tangan Citra dengan sedih, lalu lanjut memarahiku. "Widya, kamu membuatku kecewa! Citra juga ibu. Lihat betapa perhatiannya dia. Bandingkan dengan dirimu sendiri. Kamu nggak terlihat seperti ibu sama sekali."

Dia menarik napas dalam dan masih berkata tanpa perasaan, "Aku sudah putuskan. Mulai hari ini, Selsa harus bersama Citra, agar Citra bisa mendidiknya dengan baik. Agar kamu juga bisa belajar cara menjadi istri dan ibu yang baik!"

"Aku bersedia. Aku pasti akan membesarkan Selsa dengan baik." Citra menyetujui dengan lembut dan menyunggingkan senyum kemenangan di bibirnya.

Dhanu pergi ke kamarnya. Menatap Citra, aku sudah terlalu marah sampai hampir kehilangan kemampuan bicaraku. "Kamu cuma simpanan yang cuma bisa disembunyikan selamanya. Punya hak apa kamu membesarkan anak orang lain?! Anakmu sendiri saja diajari bohong!"

"Diam!" Aku menyerang tepat di titiknya yang paling sensitif. Citra langsung marah, lalu mendekat padaku dan berbisik padaku dengan nada yang paling kejam. "Kamu keras kepala sekali. Sudah tahu Selsa mati, masih keras kepala saja?"

Tanganku spontan menghantam wajah Citra.

Suara "plak!" keras menggema di ruangan yang sunyi.

Harusnya aku sudah menduganya sejak awal. Semua ini akal-akalan Citra!

Selsa mati di tangan wanita kejam ini!

Kemarahan dan rasa takut menguasai akal sehatku. Aku sangat ingin menerjang ke arahnya dan mencabik-cabik wajahnya.

Dhanu bergegas keluar kamar saat mendengar suara keributan. Dia seketika marah melihat Citra duduk di lantai dengan mulut tertutup sementara aku bertingkah seperti orang kesetanan.

"Widya, apa-apaan kamu ini?!"

Sebelum aku sempat bicara, Citra menangis dan menghempaskan dirinya ke dalam pelukan Dhanu sambil terisak-isak. "Dhanu, aku cuma takut Kak Widya khawatir, karena sekarang sudah malam dan Selsa belum pulang. Jadi aku mau memberi tahu dia kalau Selsa tadi sudah pamit mau main. Tapi Kak Widya tiba-tiba mengamuk dan memukulku ...."

Dia menangis sambil memelototi aku dengan mata penuh kebencian. Seakan-akan akulah orang yang berdosa dan keji.

Dhanu memeluk Citra erat-erat dan memarahiku dengan tegas. "Widya, sekarang aku yakin sepenuhnya kalau kamu benar-benar wanita licik. Keluar sekarang juga, aku nggak sudi melihatmu!"

Aku menunjuk Citra dan berteriak marah, "Kamu ingin dia membesarkan Selsa? Tapi dia sudah membunuh Selsa duluan! Kamu nggak berhak menentukan siapa yang bisa jadi ibu untuk Selsa!"

Aku menghela napas panjang, lalu merogoh ke dalam tas dan melemparkan surat perjanjian cerai yang sudah kusiapkan sejak lama.

"Tanda tangan sekarang. Kita bercerai!" Meski hatiku sudah bersimbah darah menanggung kesedihan, aku berkata lagi kepada Dhanu, "Kita sudah menikah bertahun-tahun. Aku tahu kamu sudah pindah ke lain hati, tapi apa kamu benar-benar lupa aku orang seperti apa? Mungkinkah aku bercanda tentang keselamatan anakku sendiri?"

Ekspresi ini belum pernah muncul di wajahku sebelumnya, mungkin Dhanu bisa merasakannya. Setelah hening beberapa saat, dia mengambil surat perjanjian cerai itu dan berkata kepadaku dengan suara berat, "Widya, kamu pikir aku nggak tahu permainanmu? Kamu mengancamku dengan perceraian untuk memaksa aku kompromi, ya 'kan?"

"Aku tadi hampir percaya, tapi sayang sekali, Selsa mengirim pesan kepadaku."

Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah pesan suara.

"Ayah, aku sudah dijemput Om Wisnu!"

"Ayah, aku nggak pulang malam ini, mau main di rumah Meila. Jangan khawatirkan aku!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status