Denis berkata dia tidak tahu kenapa. Walaupun hatiku masih merana, aku tidak bisa apa-apa di hadapan sahabatku sejak kecil ini.Aku pertama-tama pergi ke kantor pengacara untuk mengambil perjanjian perceraian. Setelah mendengarkan arahan dan catatan dari pengacara, aku datang ke rumah sakit.Galih seperti melihat penyelamat. Dia menangis dan bertanya aku pergi ke mana saja. Dia merengek dan mengatakan kalau dia baru minum air saja sejak bangun tidur dan belum makan sejak kemarin karena tidak memegang uang ataupun ponsel.Aku memesan bangsal dengan satu tempat tidur untuk Galih, tapi tidak memesankan makanan atau menyewakan perawat untuknya.Aku menarik tangan Galih dan satu per satu meletakkan dokumen-dokumen yang kubawa ke hadapannya, begitu juga dengan ponselnya."Lihat ini, kamu kenal foto ini?"Galih spontan berhenti menangis dan menatap kertas-kertas itu dengan mata nanar. Seolah itu bukan fotonya sendiri, dia bertanya dari mana aku mendapatkannya.Aku menarik napas dalam-dalam, l
Istriku sangat antusias soal hubungan suami-istri denganku setelah dia hamil, tapi aku menahan diri dan tidak menyentuhnya.Aku tidak menyangka dia akan bercumbu dengan pria lain saat pergi periksa kandungan.Hingga suatu hari, aku pergi ke luar kota dengan alasan perjalanan kerja. Lalu aku melihatnya masuk ke hotel bersama seorang pria.Dan pria itu memiliki wajah yang sangat aku kenal .......Namaku Ramana Pangestu. Aku bekerja sebagai manajer tingkat menengah di kantor pusat sebuah perusahaan konstruksi. Tapi, bosku tiba-tiba memintaku pergi menangani proyek di luar negeri. Keberangkatannya satu bulan lagi dan tanggal kembalinya belum ditentukan.Pikiranku sangat bimbang. Tinggal di luar negerinya masih belum pasti berapa lama!Proyek luar negeri ini baru saja dimulai. Kondisinya hidup di sana jelas tidak terlalu nyaman. Aku sendiri tidak masalah, tapi aku tidak ingin istriku menderita. Setiap kali mengingat istriku, Galih, aku selalu ingin tersenyum.Kami bertemu lewat kencan buta
"Sayang, kamu sekarang calon ayah!"Aku mengeluarkan alat tes kehamilan itu dengan mata membelalak. Beberapa detik berlalu sampai aku tersadar kembali."Ini ... beneran?"Galih tampak geli melihat wajahku yang tercengang. Dia melingkarkan tangannya di leherku dan cemberut, bertanya apakah aku tidak senang.Akhirnya aku tersadar bahwa reaksiku agak kurang normal. Aku menjelaskan padanya bahwa aku hanya terlalu terkejut, lalu aku bertanya hadiah apa yang dia inginkan.Galih pun tersenyum lebar penuh arti."Aku nggak mau hadiah apa-apa. Aku cuma ingin kamu tulus kepadaku, selalu mencintai aku dan anakku."Sambil bicara, tangannya menggerayang ke bawah, membuat tubuh bagian bawahku semakin bersemangat dan terangkat tinggi tak terkendali.Api yang tadi belum padam pun menyala semakin membara. Tapi Galih masih hamil muda, aku takut terjadi sesuatu padanya, jadi aku hanya menutup mata dan pergi mendinginkan diri di kamar mandi.Saat aku keluar, Galih sedang bermain ponsel dan berceloteh tenta
Denis juga sedikit tidak percaya saat melihat hasilnya. Dia ingin menghiburku, tapi tidak ada satu kata pun yang dapat menghiburku.Aku sejak dulu tidak pernah ingin punya anak. Sampai sekarang pun aku tidak bisa menerima kehadiran anak dalam pernikahanku.Tapi aku sangat cinta kepada Galih, sedangkan Galih sangat suka dengan anak-anak. Aku tidak sanggup berkata tidak. Aku tidak pernah mengaku padanya bahwa aku sudah operasi sterilisasi jauh sebelum bertemu dengannya.Dia sangat cemas karena tidak kunjung hamil dan hampir pergi periksa ke rumah sakit untuk itu.Aku tahu tindakan dan keinginanku sangat egois. Tapi aku tetap tidak terima istriku selingkuh.Kami sudah menikah bertahun-tahun. Aku masih belum bisa percaya bahwa Galih mengkhianatiku. Siapa tahu, mungkin satu kali itu aku benar-benar bisa membuatnya hamil?Denis seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya. Dia akhirnya hanya menyarankan kepadaku agar datang lagi setelah usia kandungan lebih besar untuk tes DNA
Begitu aku pergi, Cakra langsung bergerak dan menggoda Galih dengan mencubit dadanya. Hatiku tersulut api. Aku hampir berlari kembali, tapi tiba-tiba terdiam saat kulihat wajah Galih merona merah. Dia sepertinya mengumpat dan mengulurkan tangan untuk melepaskan pegangan Cakra.Tapi Cakra menghentikan tangan itu dan mengatakan sesuatu sambil tersenyum. Galih langsung luluh dan kehilangan kendali dirinya.Tangan Cakra menggerayang sampai ke pergelangan tangan Galih, dan Galih berhenti melawan. Perlahan-lahan mulai menunjukkan ekspresi kenikmatan ....Kedua orang ini benar-benar tidak punya malu! Aku hampir yakin siapa ayah dari anak dalam kandungan Galih. Aku ingin bergegas keluar dan melabrak dua orang sialan itu, tapi seseorang tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang.Itu Denis."Kak Rama, kamu lihat-lihat apa?"Saat melihat Denis, aku langsung merasa seperti ditemani keluarga. Hidungku terasa sakit dan bahuku melemas. Denis mengikuti arah pandanganku, lalu ikut merasa malu dan memint
Saat sudah cukup siang, aku mengatakan padanya bahwa aku harus segera pergi bekerja. Galih melarangku pergi dengan wajah cemberut. Aku menahan rasa mual dalam hatiku dan mengecup bibirnya dua kali sebelum akhirnya dia melepaskanku.Setibanya di kantor Denis, dia menyerahkan dua laporan hasil tes DNA kepadaku dengan serius."Yang ini hasil tes anak ... anak itu denganmu. Ini yang dengan Cakra."Aku melihat laporan hasil tes Cakra terlebih dahulu dan terkejut, rupanya hasil tes negatif. Tidak ada hubungan darah dengan anak itu!Aku tidak tahu apa yang kurasakan. Dalam hatiku sedikit terkejut, lalu sedikit bersemangat. Dengan penuh antisipasi, aku membuka laporan tes DNA denganku.Tapi, nyatanya aku bukan ayahnya juga.Galih rupanya punya laki-laki lain lagi?Darahku tiba-tiba melonjak dan aku membanting laporan itu ke atas meja. Sialan! Pelacur busuk! Entah ada berapa orang selingkuhannya! Yang ini bukan, yang itu juga bukan!Aku sontak berdiri, berniat melemparkan kedua laporan itu ke m
Aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari solusi, karena aku menerima telepon dari istriku malam itu."Sayang ... tolong ... tolong aku!"Dia mengatakan bahwa dia pendarahan parah dan memintaku segera datang menyelamatkannya. Aku sengaja menunda waktu dan bertanya di mana dia berada, di mana sahabatnya, dan memintanya agar dia tidak usah takut. Aku akan segera pergi.Setelah selesai berakting, aku mengemudikan mobil dengan santai menuju hotel itu, bersamaan dengan tibanya mobil ambulans.Wajah pucat Galih menatapku dengan lemah. Sekilas, aku ikut merasakan sakit. Kukira aku sudah merelakan semuanya, tapi hatiku ternyata masih peduli dan sesak tak terkendali.Aku menoleh ke samping. Melihat ponsel Galih tidak dibawa, aku memasukkannya ke dalam tas dan mengikuti ambulans menuju rumah sakit.Bayinya tidak selamat, sesuai harapanku.Aku bertanya kepada dokter dan dia menjelaskan bahwa janinnya lemah karena hubungan seksual yang terlalu kasar. Dokter itu lalu menatapku dengan pandangan t