Yao-yao menunduk dan menjawab. “Itu kue Feain.”
“Feain.” Gumam Xue Ling.
“Konon ada sebuah bunga yang tercipta dari setetes darah Dewa Agung yang sangat kuno, Dewa Agung Huo. Bahkan lebih tua dari kaisar langit pertama. Dewa Agung Huo tidak pernah turun dari istananya. Tidak ada yang dapat bertahan hidup di dunia Dewa Agung Huo selain Dewa Agung itu sendiri. Dewa Agung selalu sendiri. Tidak ada yang dapat mendekatinya. Menurut legenda, saat Dewa Agung sedang bertarung melawan Iblis pertama, dia terluka. Salah satu kehebatan Dewa Agung Huo adalah tubuhnya dapat pulih dengan segera dari luka apapun, tapi saat itu, tidak disangka, sebelum luka sabetan pedang iblis pulih, setetes darah keluar dari tubuhnya, terjun bebas melewati semua dunia. Katanya, saat itu setiap dunia yang dilewati oleh setetes darah Dewa Agung menjadi kacau. Sebuah gunung api di dunia paling bawah, dunia para iblis dan siluman, bahkan meletus dengan dahsyat. Darah Dewa Ag
Xue Yao merasakan tubuhnya semakin memanas. Jika ia tidak segera pergi dari tempat itu, mungkin dia harus membuka seluruh pakaiannya di sana.“Kau tidak bermaksud untuk meninggalkan perayaan secepat ini bukan, Tuan Xue Yao?” suara Du Jun pelan dan lembut namun penuh wibawa, membuat yang hadir tempat itu seluruhnya menoleh pada Xue Yao.Sial, rutuk Xue Yao. Xue Yao melemparkan pandangan tajam pada Du Jun yang di balas dengan senyuman kecil. “Aku merasa tidak enak badan. Kurasa tubuhku belum sepenuhnya pulih.” Xue Yao memberi penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan.“Ah—“ Du Jun tersenyum. “aku mengerti.” Du Jun menuangkan air dari teko kecil yang ada di hadapannya. Mengangguk pada seorang pelayan, pelayan itu mendekati Du Jun, mengambil gelas yang berisi air dan melangkah mendekati Xue Yao. “Jika kau meminum air embun itu, Tuan Xue Yao, aku pastikan kau akan segera pulih. Aku sendiri yang mengumpulkan
Du Jun memusatkan perhatiannya pada Xue Yao yang sedang menatap Xue Ling dengan tatapan memuja. Ah… andai saja ia dapat mengerti bagaimana cara gadis itu memikat Huo hingga Dewa agung itu rela ikut memasuki dunia manusia hanya untuk melindunginya. Mungkinkah jatuh cinta pada pandangan pertama? Tapi—gadis itu tidak memiliki kecantikan anggun seperti yang dimiliki oleh kekasihnya, Dewi rubah putih berekor sembilan. Apalagi gadis itu masih bayi saat berhasil memikat Huo, begitulah yang ia lihat di cermin jiwa beberapa saat yang lalu.Du Jun memiringkan kepalanya sedikit. Alisnya sedikit terangkat, rambut peraknya bergerak sedikit terbawa angin malam yang bertiup pelan.Du Jun kesal pada Huo yang mengingkari janji padanya, Dewa agung itu berjanji akan datang ke kediamannya untuk bermain catur bersama. Ia sudah menyiapkan semuanya. Makanan kesukaan Dewa agung itu, Du Jun bahkan mengumpulkan sendiri air embun dari Gunung Sunyi untuknya. Namun setelah menunggu ha
Mati dan hancur.Begitulah alam semesta tanpa Dewa Huo. Karena ia adalah penguasa matahari.“Seperti itukah wujudnya yang sebenarnya?”Du Jun menggeleng.“Katakan padaku.” Pinta Zijie.Tatapan Du Jun menerawang jauh. Angin masih bermain-main dengan rambut putihnya. “Di langit kesembilan, siapa menurutmu yang paling tampan?”Alis Zijie berkerut tidak mengerti. “Bukankah sudah jelas? Tidak ada yang dapat mengalahkan ketampanan Dewa Agung.”“Itu karena kalian tidak pernah bertemu dengan Huo.”Zijie ternganga tidak percaya. Zijie mengarahkan tatapannya dari Du Jun lalu ke arah Xue Yao.Du Jun mengibaskan tangannya dengan geli.“Itu hanya tubuh fana yang ia pakai.”“Tapi—““Tidak ada yang dapat menyamai ketampanan Huo di alam semesta ini.” Tatapan Du Jun menerawang. “Rambutnya merah kecoklatan, sangat elegan. Tubuhnya—kekar dan tinggi. Yang paling aku sukai darinya adalah aroma tubuhnya.” Du Jun menghidu pelan dengan hidungnya ke arah Xue Yao. “Bahkan meski berada dalam tubuh manusia, arom
“Aku harus pergi—“ Du Jun bangkit dari duduknya dan menatap Zijie dengan cepat. “jangan biarkan Li Jun bersikap tidak masuk akal. Apa yang harus terjadi, harus tetap terjadi.” Katanya sebelum menghilang.Setelah Du Jun menghilang, Zijie langsung melihat pada Li Jun. Dewa Kegelapan menatap Xue Yao tanpa berkedip. Zijie dapat melihat bahwa Li Jun sedang menahan dirinya. Zijie mengangkat bahu acuh. Siapa yang tidak kesal jika putri satu-satunya yang baru ditemukan langsung diklaim oleh Dewa yang paling agung diantara mereka. Disampingnya, Dewi Cahaya berusaha menenangkannya.Zijie menyeringai. Ia menyandarkan punggungnya berusaha menikmati pertunjukan yang ada di hadapannya seraya menebarkan jaring-jaring pendeteksi siluman miliknya. Selain menjadi Jenderal perang, ia juga diperintah untuk menjaga Gunung Fujian. Dan ia yakin itu karena Bunga Feain. Zijie percaya bunga Feain ada di Gunung Fujian. Ini dapat menjelaskan mengapa Du Jun sering mengunjungi Gunung ini.“Ini sudah sangat larut—
“Bagaimana jika Dewa Agung melupakan perasaannya saat ia kembali?”Nie Huann menggeleng pelan, menghalau gagasan itu dari kepala cantiknya. “Dia Dewa Agung, suamiku. Seperti halnya Dewa Agung Du Jun, banyak aturan dunia ini yang tidak dapat mengikat mereka.”Li Jun menggenggam tangan istrinya lembut.“Mengetahui bahwa legenda tentang Dewa Agung Huo ternyata benar adanya membuatku tidak dapat berpikir, kau tahu? Dewa Api kuno sumber segala cahaya yang siapapun tidak ada yang pernah melihatnya kecuali dari catatan sejarah di perpustakaan langit, itupun hanya sedikit yang mencatat tentangnya, seolah-olah catatan-catatan itu dilarang ada, bahkan Dewa Agung Du Jun menempatkan catatan-catatan itu di bagian terlarang.” Nie Huann mempermainkan jari-jari Li Jun dengan penuh rasa sayang. “Ini tidak adil bukan?”Li Jun mengangguk. “Sangat tidak adil.” Katanya kesal. “Aku bahkan belum menggendongnya dalam pelukanku, sekarang aku harus merelakannya di bawa pergi begitu saja. Xiàngrìkuí bahkan tida
Xue Yao membawa Xue Ling menuruni tangga batu. Cahaya dari obor yang berada di sepanjang tangga menerangi langkah mereka. Xue Yao menyadari ada perbedaan dari tangga yang mereka lalui sebelumnya namun pria itu tidak mengatakan apapun pada Xue Ling. Sejak awal Xue Yao sudah merasakan bahwa Gunung Fujian ini aneh dan misterius. Ia merasakan antisipasi dalam dirinya. Xue Yao mendongak ke atas, ke anak tangga yang mereka lalui. Anak-anak tangga itu perlahan memudar dan menghilang. Di atas mereka, Xue Yao tidak melihat cahaya sama sekali.“Menurut Tuan Muda, apakah Master Guru akan menyetujui hubungan kita?” tiba-tiba Xue Ling mengajukan pertanyaan yang menurut Xue Yao lucu.“Hmm—aku tidak tahu bagaimana cara kerja kepalamu hingga kau mempertanyakan hubungan kita.”“Entahlah—“ kata Xue Ling pelan dan tidak percaya diri “semua orang tidak pernah menganggapku sebagai anggota keluarga Xue. Mereka semua berpikir bahwa aku hanya pembantu Tuan Muda saja.”Xue Yao mengangguk. Benar juga. Dan tent
“Bagaimana ini?” Xue Ling berbisik pelan. Suaranya sedikit bergetar.“Tidak ada yang perlu di takuti. Ada aku disini.” Kata Xue Yao tenang namun matanya menatap penuh kewaspadaan.Mereka melangkah mendekati pintu gerbang.“Sepertinya tidak ada orang.”Xue Ling mengangguk.Xue Yao mendorong pintu kayu itu, dengan berderit pintu itu bergerak mundur. Xue Ling menempatkan dirinya dibelakang tubuh Xue Yao. Gadis itu memegang erat gagang golok penebang. Ia tahu apa yang harus dilakukan jika tiba-tiba Xue Yao harus bertempur.“Tunggulah disini, aku harus memeriksa tempat ini.”Xue Ling mengangguk. Ia berdiri diam di tempatnya. Xue Yao melangkah ke depan, berhenti sejenak, mendengarkan, berjaga-jaga jika saja ada suara di dalam bangunan itu.Sunyi.Xue Yao menoleh pada Xue Ling, mengangguk untuk menenangkan gadis itu, lalu tangannya mendorong pintu. Secara ajaib, pintu itu bergerak membuka.Ia tidak dapat memanggil kesadaran untuk membantunya, dan itu sedikit membuatnya merasa frustasi. Hanya
Langkah Xue Ling terhenti. Ia memandangi seluruh ruangan dan menyadari bahwa ruangan itu persis seperti rumah yang mereka tempati di ibu kota.“Tuan Muda,” katanya sambil menarik Xue Yao untuk berhenti berjalan. “tempat ini—bukankah—persis seperti ruang tamu kita di ibu kota?”Xue Yao menoleh cepat dan memandangi ruangan itu dengan lebih seksama dan mendapati bahwa Xue Ling benar. Xue Yao baru menyadarinya. Ruangan ini memang persis sama dengan rumah mereka. Bahkan peletakan perabotnya.Setiap otot tubuh Xue Yao menegang. Xue Ling menarik lengan bajunya. Gadis itu mendongak menatap padanya. Wajahnya cemas. “Apa sebaiknya kita tidur di luar saja?”Xue Yao terdiam sejenak. Ia telah menebarkan jaring mantra pelindung mengelilingi seluruh bangunan ini. Dan tidak menemukan sesuatu yang aneh saat melakukannya. Xue Yao yakin bahwa mereka hanya berdua di tempat itu.Xue Yao tersenyum menenangkan Xue Ling. Ia menarik tangan Xue Ling dari lengannya, menggenggamnya. “Tidak ada yang perlu dikhawa