“Aku harus pergi—“ Du Jun bangkit dari duduknya dan menatap Zijie dengan cepat. “jangan biarkan Li Jun bersikap tidak masuk akal. Apa yang harus terjadi, harus tetap terjadi.” Katanya sebelum menghilang.Setelah Du Jun menghilang, Zijie langsung melihat pada Li Jun. Dewa Kegelapan menatap Xue Yao tanpa berkedip. Zijie dapat melihat bahwa Li Jun sedang menahan dirinya. Zijie mengangkat bahu acuh. Siapa yang tidak kesal jika putri satu-satunya yang baru ditemukan langsung diklaim oleh Dewa yang paling agung diantara mereka. Disampingnya, Dewi Cahaya berusaha menenangkannya.Zijie menyeringai. Ia menyandarkan punggungnya berusaha menikmati pertunjukan yang ada di hadapannya seraya menebarkan jaring-jaring pendeteksi siluman miliknya. Selain menjadi Jenderal perang, ia juga diperintah untuk menjaga Gunung Fujian. Dan ia yakin itu karena Bunga Feain. Zijie percaya bunga Feain ada di Gunung Fujian. Ini dapat menjelaskan mengapa Du Jun sering mengunjungi Gunung ini.“Ini sudah sangat larut—
“Bagaimana jika Dewa Agung melupakan perasaannya saat ia kembali?”Nie Huann menggeleng pelan, menghalau gagasan itu dari kepala cantiknya. “Dia Dewa Agung, suamiku. Seperti halnya Dewa Agung Du Jun, banyak aturan dunia ini yang tidak dapat mengikat mereka.”Li Jun menggenggam tangan istrinya lembut.“Mengetahui bahwa legenda tentang Dewa Agung Huo ternyata benar adanya membuatku tidak dapat berpikir, kau tahu? Dewa Api kuno sumber segala cahaya yang siapapun tidak ada yang pernah melihatnya kecuali dari catatan sejarah di perpustakaan langit, itupun hanya sedikit yang mencatat tentangnya, seolah-olah catatan-catatan itu dilarang ada, bahkan Dewa Agung Du Jun menempatkan catatan-catatan itu di bagian terlarang.” Nie Huann mempermainkan jari-jari Li Jun dengan penuh rasa sayang. “Ini tidak adil bukan?”Li Jun mengangguk. “Sangat tidak adil.” Katanya kesal. “Aku bahkan belum menggendongnya dalam pelukanku, sekarang aku harus merelakannya di bawa pergi begitu saja. Xiàngrìkuí bahkan tida
Xue Yao membawa Xue Ling menuruni tangga batu. Cahaya dari obor yang berada di sepanjang tangga menerangi langkah mereka. Xue Yao menyadari ada perbedaan dari tangga yang mereka lalui sebelumnya namun pria itu tidak mengatakan apapun pada Xue Ling. Sejak awal Xue Yao sudah merasakan bahwa Gunung Fujian ini aneh dan misterius. Ia merasakan antisipasi dalam dirinya. Xue Yao mendongak ke atas, ke anak tangga yang mereka lalui. Anak-anak tangga itu perlahan memudar dan menghilang. Di atas mereka, Xue Yao tidak melihat cahaya sama sekali.“Menurut Tuan Muda, apakah Master Guru akan menyetujui hubungan kita?” tiba-tiba Xue Ling mengajukan pertanyaan yang menurut Xue Yao lucu.“Hmm—aku tidak tahu bagaimana cara kerja kepalamu hingga kau mempertanyakan hubungan kita.”“Entahlah—“ kata Xue Ling pelan dan tidak percaya diri “semua orang tidak pernah menganggapku sebagai anggota keluarga Xue. Mereka semua berpikir bahwa aku hanya pembantu Tuan Muda saja.”Xue Yao mengangguk. Benar juga. Dan tent
“Bagaimana ini?” Xue Ling berbisik pelan. Suaranya sedikit bergetar.“Tidak ada yang perlu di takuti. Ada aku disini.” Kata Xue Yao tenang namun matanya menatap penuh kewaspadaan.Mereka melangkah mendekati pintu gerbang.“Sepertinya tidak ada orang.”Xue Ling mengangguk.Xue Yao mendorong pintu kayu itu, dengan berderit pintu itu bergerak mundur. Xue Ling menempatkan dirinya dibelakang tubuh Xue Yao. Gadis itu memegang erat gagang golok penebang. Ia tahu apa yang harus dilakukan jika tiba-tiba Xue Yao harus bertempur.“Tunggulah disini, aku harus memeriksa tempat ini.”Xue Ling mengangguk. Ia berdiri diam di tempatnya. Xue Yao melangkah ke depan, berhenti sejenak, mendengarkan, berjaga-jaga jika saja ada suara di dalam bangunan itu.Sunyi.Xue Yao menoleh pada Xue Ling, mengangguk untuk menenangkan gadis itu, lalu tangannya mendorong pintu. Secara ajaib, pintu itu bergerak membuka.Ia tidak dapat memanggil kesadaran untuk membantunya, dan itu sedikit membuatnya merasa frustasi. Hanya
Langkah Xue Ling terhenti. Ia memandangi seluruh ruangan dan menyadari bahwa ruangan itu persis seperti rumah yang mereka tempati di ibu kota.“Tuan Muda,” katanya sambil menarik Xue Yao untuk berhenti berjalan. “tempat ini—bukankah—persis seperti ruang tamu kita di ibu kota?”Xue Yao menoleh cepat dan memandangi ruangan itu dengan lebih seksama dan mendapati bahwa Xue Ling benar. Xue Yao baru menyadarinya. Ruangan ini memang persis sama dengan rumah mereka. Bahkan peletakan perabotnya.Setiap otot tubuh Xue Yao menegang. Xue Ling menarik lengan bajunya. Gadis itu mendongak menatap padanya. Wajahnya cemas. “Apa sebaiknya kita tidur di luar saja?”Xue Yao terdiam sejenak. Ia telah menebarkan jaring mantra pelindung mengelilingi seluruh bangunan ini. Dan tidak menemukan sesuatu yang aneh saat melakukannya. Xue Yao yakin bahwa mereka hanya berdua di tempat itu.Xue Yao tersenyum menenangkan Xue Ling. Ia menarik tangan Xue Ling dari lengannya, menggenggamnya. “Tidak ada yang perlu dikhawa
Cahaya matahari pagi menerobos melewati celah jendela yang sedikit terbuka menyentuh wajah Xue Yao, memberi kehangatan. Terdengar suara cericip burung di atas pohon persik yang berada di belakang bangunan itu. Xue Yao membuka mata perlahan. Merasa begitu segar dan penuh tenaga. Pria itu menoleh menatap Xue Ling yang masih terlelap di lengannya. Xue Yao tersenyum dan menyentuh pipi Xue Ling membuat gadis itu terbangun. Xue Ling mengerjapkan matanya, bingung. Saat matanya bertatapan dengan Xue Yao, Xue Ling mengangkat tangan dan menyentuh wajah Xue Yao, menggumam tidak jelas, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Xue Yao, lalu menutup mata kembali, melanjutkan tidurnya.Xue Yao menyeringai dan mengelus rambut Xue Ling dengan sayang. Kemarin gadis itu tidur hanya sebentar, begitu juga semalam, jadi baiklah ia tidak akan mengganggu tidur gadis itu. Xue Yao menikmati kehangatan tubuh Xue Ling, meski ia merasa sedikit aneh, karena biasanya suhu tubuh Xue Ling tidak pernah hangat, ia selalu kedi
Xue Ling mendorong tubuh Xue Yao, tapi Xue Yao menolak melepaskan gadis itu.“Tapi tentu saja aku salah.” Xue Ling berhenti bergerak. Ia mendongak menatap Xue Yao dengan tatapan serius. “Aku bisa hidup tanpa Mo Fan Wan, tapi aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu.” Xue Yao memeluk Xue Ling dengan erat, gadis itu dapat mendengar degup jantung Xue Yao. “Saat kau pergi, seolah-olah—“ suara Xue Yao hilang, tubuh besarnya bergidik “seolah-olah seluruh duniaku hilang.”Xue Ling memeluk Xue Yao, merasakan kesedihannya. Tapi pria itu memang pantas menerimanya. Xue Ling sangat kesal jika mengingat hari itu.“Tuan Muda berjanji tidak akan melakukannya lagi?”“Melakukan apa?”“Membawa perempuan lain pulang ke rumah?”Xue Yao melepaskan pelukan Xue Ling, meletakkan satu telapak tangan ke dada dan telapak tangan yang lain menghadap ke depan, lalu berkata dengan penuh kesungguhan. “Aku berjanji tidak akan pernah, tidak akan pernah, tidak akan pernah memandang—bahkan melirik wanita lain selain di
Xue Yao mendengus. Baik. Bah!! Sebelum Xue Yao menjawab, Xue Ling sudah menarik tangan pria itu, membawanya menuruni tangga, melewati ruang depan lalu berhenti di halaman depan. Gadis itu terdiam, takjub melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran, lalu menarik pria itu kembali hingga melewati pintu gerbang dan berhenti tepat di pinggir jurang. Dibelakang mereka, Chunhua menarik napas lega, Xue Yao melirik pada pelayan itu, ia melihat wajah Chunhua panik lalu berubah lega saat ia lihat Xue Ling tidak terlalu dekat dengan tebing.Tentu saja itu karena Xue Yao menolak berdiri terlalu dekat dengan bibir jurang. Dan seperti biasa, Xue Ling tidak memperhatikan bahaya yang bisa saja timbul jika ia membiarkan gadis itu terus menuntunnya. Xue Yao menggeleng sambil mendesah pelan.“Whoa…. Wah…. Whoa… Wah…” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut indah Xue Ling, gadis itu bahkan tidak dapat menemukan kata yang tepat. Kata yang dapat mengungkapkan betapa menakjubkannya pemandangan yang ada di