Tak banyak waktu yang tersisa hingga masa percobaan yang sudah ia dan Danis sepakati itu berakhir. Juda sudah yakin pada keputusan yang akan ia ambil setelah semalaman menganalisis perasaannya kepada Danis. Juda menyukai Danis. Itu sudah jelas.Tak dipungkiri, Juda juga menyayangi lelaki yang dulu pernah ia sakiti tetapi kini telah kembali. Tidak ada alasan untuk mundur. Tidak ada alasan untuk berpisah. Meski masih ada rasa penasaran dan kini disertai ketakutan yang melanda karena ada sesuatu yang Danis tutup-tutupi, Juda tidak akan memanfaatkan itu untuk menolak Danis dan mendorong laki-laki itu menjauh.Dan hari ini, Juda hanya perlu memastikan bahwa keputusannya sudah benar. Untuk itu, Juda harus bertemu Danis dan membicarakan semuanya."Danis, maaf ya. Harusnya aku nggak ganggu kamu sekarang," Juda berucap dengan tak hati."Aku ada waktu kok, Ju. Kamu nggak ganggu."Suara Danis dari seberang telepon yang terdengar lembut dan meyakinkan itu malah membuat Juda mendadak ragu untuk te
Jetlag membuat Renata tak bisa langsung menemui Danis di hari ia tiba di Jakarta. Renata menginap di hotel karena tak mungkin kembali ke rumah orang tuanya, yang masih belum juga memaafkan Renata karena menikah tanpa restu dengan Danis begitu saja. Atau kawin lari, istilahnya. Paginya, Renata dikejutkan oleh telepon mendesak dari pengacaranya. "Kenapa bisa kecolongan?!" pekik Renata yang kantuknya langsung lenyap begitu saja mendengar kabar buruk dari sang pengacara. Di detik ini, Renata benar-benar menyesal karena impulsif menandatangani surat cerai yang telah dikirimkan Danis ke Belanda beberapa waktu lalu dan saat Renata mengejar waktu, cepat-cepat kembali ke Indonesia, pengacaranya malah mengabari kalau berkas-berkasnya telah diserahkan oleh pengacara Danis ke pengadilan agama. "Kamu sengaja mau bikin saya benar-benar cerai dari Daniswara?" "Maaf, Bu. Tapi Ibu sendiri yang—" "Kamu menyalahkan saya sekarang?" tukas Renata keras. "Apa gunanya saya membayar jasa kamu kalau kamu
Setelah tertipu oleh kebaikan dan kesempurnaan Guntur, Juda pikir ia bisa lebih pintar untuk menyeleksi pasangan yang pantas untuk bersanding dengannya. Namun, nyatanya ia malah semakin terbutakan oleh kebrengsekan orang yang ada di dekatnya. Apakah sebegitu bodohnya Juda hingga matanya tidak bisa melihat kebrengsekan Danis? Atau Danis saja yang terlalu lihai menyembunyikan fakta bahwa laki-laki itu hanyalah seorang bajingan? Ironis sekali, bukan? Tidak hanya satu kali, Juda dengan begitu bodohnya berhadapan dengan pria beristri yang dengan begitu tak tahu malu mendua. Juda hanya tidak menyangka Danis bisa begitu jahat kepadanya. Selama Juda berurusan dengan Guntur dan Grita kemarin, laki-laki itu pasti diam-diam menertawakan Juda. Tentang betapa naifnya Juda. Tentang betapa tololnya Juda. Juda menekan dadanya yang terasa sesak karena tangis yang sejak tadi tak kuasa ia tahan. Di titik ini, Juda tidak yakin bisa cukup kuat untuk bertahan dari pengkhianatan yang dilemparkan langsun
Bombardir pesan berisi kekhawatiran Juda dapatkan dari Ema, Martin, kedua kakak laki-lakinya, hingga Mami dan Papi saat Juda kembali menyalakan ponselnya di pagi hari. Juda tahu, ia harus segera mengabari mereka sebelum mereka semakin panik hingga impulsif lapor polisi karena tak mendapatkan kabar apa pun dari Juda semalaman ini. Memang kedengarannya terlalu berlebihan. Namun, nyatanya berurusan dengan keluarga Juda, ditambah lagi kehebohan Ema, bukan tidak mungkin mereka akan melibatkan polisi hanya karena Juda mendadak 'hilang' dari peredaran. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, yang pertama Juda hubungi adalah HRD kantor. Juda meminta izin cuti sakit karena tak mungkin tetap bekerja dengan benar saat kondisinya sedang sangat tidak stabil seperti sekarang. Yang kedua, Juda memberitahu Haikal dan Ghani bahwa dirinya baik-baik saja. Lalu meminta mereka untuk mengabari Mami dan Papi agar kedua orang tuanya itu bisa tenang. Setelah itu, Juda langsung menelepon Ema. Hanya dala
Danis masih tak bicara apa-apa kepada Renata setelah mereka meninggalkan kafe untuk kembali ke hotel tempat Renata menginap. Sebelumnya, Renata sudah mengajak Danis untuk pulang ke tempat Danis karena wanita itu tidka tahu kalau Danis pun menumpang di apartemen Martin. Baru saat mereka tiba di kamar hotel, saat pintu baru saja ditutup dari dalam, Renata langsung meluapkan amarahnya yang sudah tertahan. "Secara agama, kita udah bukan suami istri, Ren," tukas Danis lelah. "Sebelum hakim ketuk palu, aku masih tetap istri kamu, Danis! Kamu ini bodoh atau apa? Bisa-bisanya selingkuh—" "Kamu nggak ngaca?" Renata menyemburkan tawa keras. "Jadi sekarang mainnya gitu? Karena aku selingkuh, kamu juga balas selingkuh?" "Aku sama Juda belum meresmikan apa-apa. Dan itu seharusnya bukan urusan kamu juga karena—" "Kamu seenggak sabar itu buat bisa bersama wanita jalang itu "Berhenti memanggil Juda dengan kata-kata itu, Renata. Dan jangan bawa-bawa dia lagi." "Kamu masih mau melindungi wanit
Setelah berhasil menelan cukup banyak makanan dan membersihkan diri hingga mengusahakan yang terbaik untuk menutupi patah hati yang tergambar jelas di wajahnya, Juda menurut tanpa banyak memprotes saat Ema dan Astu mengajaknya untuk pulang ke apartemen Ema. "Ju, gue harus bilang apa ke keluarga lo?" Juda menghela napas berat. "Bilang aja gue lagi hibernasi kemarin." Ema kelihatan ragu. "Tapi mereka berhak tahu nggak, sih? Maksud gue—" "Mereka pada akhirnya juga bakal tahu. Tapi gue belum bisa kasih tahu mereka sekarang. Dan seinget gue, kemarin ada orang ngevideoin waktu Renata nampar gue." Lagi, Juda menghela napas. Hidup di era perkembangan teknologi sudah semakin pesat memang banyak dampak positifnya karena semakin mudah untuk melakukan banyak hal, tetapi dampak negatifnya juga betul-betul tidak menyenangkan, salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial untuk menyebarkan sesuatu seperti foto dan video orang lain tanpa izin yang bersangkutan lalu berbunut pada hal-hal yang
Tiga tahun berlalu sejak Juda melepaskan Danis dari hidupnya. Keadaan Juda sudah jauh lebih baik jika dibandingkan saat masa-masa patah hatinya begitu berat untuk dilewati.Di tiga minggu pertama patah hati, Juda mulai berubah dari sosoknya yang judes dan galak menjadi Juda yang pendiam dan murung. Bukan hanya disebabkan oleh patah hatinya karena Danis, tetapi juga masalah silih berganti berdatangan. Dampak dari viralnya video yang menunjukkan saat Juda ditampar dan dikatai "wanita jalang" oleh Renata.Hanya dalam beberapa jam saja, Juda mendapatkan banyak teror dari teman-teman SMA-nya. Mereka menghujat dengan sangat jahat. Mereka mencaci maki dengan begitu berani. Kali itu ketikan setiap orang jauh lebih tega dan kejam dibandingkan saat masalah Juda dengan Guntur dan Grita menyeruak. Mereka menyebut Juda memiliki fetish menghancurkan rumah tangga dan merebut suami orang. Tak ketinggalan pula orang-orang kantor Juda yang secara terang-terangan bicara di depan muka Juda untuk mengundu
Meninggalkan Jakarta untuk pergi ke Belanda bukanlah pilihan yang mudah bagi Juda. Saat pertama kali mendapatkan tawaran dari bosnya di kantor, untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi, tetapi ditempatkan di luar Jakarta, Juda sempat mengira ia akan dimutasi ke Bali. Namun, ternyata Juda akan ditempatkan di perusahaan utama yang bertempat di Rotterdam, Belanda. Juda sempat bertengkar dengan Haikal karena kakak laki-lakinya itu menuduh Juda sengaja pindah ke Belanda untuk mengejar Danis yang selama tiga tahun terakhir menjadi topik yang paling dihindari keluarganya. Jika dibilang sengaja ingin mengejar Danis, tentu itu tidak benar. Awalnya, Juda bahkan tidak langsung ingat bahwa Danis bekerja dan tinggal di Belanda, entah di kota mana, Juda tidak tahu. Juda mempertimbangkan tawaran itu karena memang sudah lama menunggu momen ia dipromosikan. Baru setelah Haikal menyinggungnya, Juda menjadi bimbang. Apakah pilihannya untuk pergi adalah pilihan yang tepat? Juda bisa saja membatal