Bombardir pesan berisi kekhawatiran Juda dapatkan dari Ema, Martin, kedua kakak laki-lakinya, hingga Mami dan Papi saat Juda kembali menyalakan ponselnya di pagi hari. Juda tahu, ia harus segera mengabari mereka sebelum mereka semakin panik hingga impulsif lapor polisi karena tak mendapatkan kabar apa pun dari Juda semalaman ini. Memang kedengarannya terlalu berlebihan. Namun, nyatanya berurusan dengan keluarga Juda, ditambah lagi kehebohan Ema, bukan tidak mungkin mereka akan melibatkan polisi hanya karena Juda mendadak 'hilang' dari peredaran. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, yang pertama Juda hubungi adalah HRD kantor. Juda meminta izin cuti sakit karena tak mungkin tetap bekerja dengan benar saat kondisinya sedang sangat tidak stabil seperti sekarang. Yang kedua, Juda memberitahu Haikal dan Ghani bahwa dirinya baik-baik saja. Lalu meminta mereka untuk mengabari Mami dan Papi agar kedua orang tuanya itu bisa tenang. Setelah itu, Juda langsung menelepon Ema. Hanya dala
Danis masih tak bicara apa-apa kepada Renata setelah mereka meninggalkan kafe untuk kembali ke hotel tempat Renata menginap. Sebelumnya, Renata sudah mengajak Danis untuk pulang ke tempat Danis karena wanita itu tidka tahu kalau Danis pun menumpang di apartemen Martin. Baru saat mereka tiba di kamar hotel, saat pintu baru saja ditutup dari dalam, Renata langsung meluapkan amarahnya yang sudah tertahan. "Secara agama, kita udah bukan suami istri, Ren," tukas Danis lelah. "Sebelum hakim ketuk palu, aku masih tetap istri kamu, Danis! Kamu ini bodoh atau apa? Bisa-bisanya selingkuh—" "Kamu nggak ngaca?" Renata menyemburkan tawa keras. "Jadi sekarang mainnya gitu? Karena aku selingkuh, kamu juga balas selingkuh?" "Aku sama Juda belum meresmikan apa-apa. Dan itu seharusnya bukan urusan kamu juga karena—" "Kamu seenggak sabar itu buat bisa bersama wanita jalang itu "Berhenti memanggil Juda dengan kata-kata itu, Renata. Dan jangan bawa-bawa dia lagi." "Kamu masih mau melindungi wanit
Setelah berhasil menelan cukup banyak makanan dan membersihkan diri hingga mengusahakan yang terbaik untuk menutupi patah hati yang tergambar jelas di wajahnya, Juda menurut tanpa banyak memprotes saat Ema dan Astu mengajaknya untuk pulang ke apartemen Ema. "Ju, gue harus bilang apa ke keluarga lo?" Juda menghela napas berat. "Bilang aja gue lagi hibernasi kemarin." Ema kelihatan ragu. "Tapi mereka berhak tahu nggak, sih? Maksud gue—" "Mereka pada akhirnya juga bakal tahu. Tapi gue belum bisa kasih tahu mereka sekarang. Dan seinget gue, kemarin ada orang ngevideoin waktu Renata nampar gue." Lagi, Juda menghela napas. Hidup di era perkembangan teknologi sudah semakin pesat memang banyak dampak positifnya karena semakin mudah untuk melakukan banyak hal, tetapi dampak negatifnya juga betul-betul tidak menyenangkan, salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial untuk menyebarkan sesuatu seperti foto dan video orang lain tanpa izin yang bersangkutan lalu berbunut pada hal-hal yang
Tiga tahun berlalu sejak Juda melepaskan Danis dari hidupnya. Keadaan Juda sudah jauh lebih baik jika dibandingkan saat masa-masa patah hatinya begitu berat untuk dilewati.Di tiga minggu pertama patah hati, Juda mulai berubah dari sosoknya yang judes dan galak menjadi Juda yang pendiam dan murung. Bukan hanya disebabkan oleh patah hatinya karena Danis, tetapi juga masalah silih berganti berdatangan. Dampak dari viralnya video yang menunjukkan saat Juda ditampar dan dikatai "wanita jalang" oleh Renata.Hanya dalam beberapa jam saja, Juda mendapatkan banyak teror dari teman-teman SMA-nya. Mereka menghujat dengan sangat jahat. Mereka mencaci maki dengan begitu berani. Kali itu ketikan setiap orang jauh lebih tega dan kejam dibandingkan saat masalah Juda dengan Guntur dan Grita menyeruak. Mereka menyebut Juda memiliki fetish menghancurkan rumah tangga dan merebut suami orang. Tak ketinggalan pula orang-orang kantor Juda yang secara terang-terangan bicara di depan muka Juda untuk mengundu
Meninggalkan Jakarta untuk pergi ke Belanda bukanlah pilihan yang mudah bagi Juda. Saat pertama kali mendapatkan tawaran dari bosnya di kantor, untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi, tetapi ditempatkan di luar Jakarta, Juda sempat mengira ia akan dimutasi ke Bali. Namun, ternyata Juda akan ditempatkan di perusahaan utama yang bertempat di Rotterdam, Belanda. Juda sempat bertengkar dengan Haikal karena kakak laki-lakinya itu menuduh Juda sengaja pindah ke Belanda untuk mengejar Danis yang selama tiga tahun terakhir menjadi topik yang paling dihindari keluarganya. Jika dibilang sengaja ingin mengejar Danis, tentu itu tidak benar. Awalnya, Juda bahkan tidak langsung ingat bahwa Danis bekerja dan tinggal di Belanda, entah di kota mana, Juda tidak tahu. Juda mempertimbangkan tawaran itu karena memang sudah lama menunggu momen ia dipromosikan. Baru setelah Haikal menyinggungnya, Juda menjadi bimbang. Apakah pilihannya untuk pergi adalah pilihan yang tepat? Juda bisa saja membatal
Perjalanan menggunakan kereta intercity dari Stasiun Schipol ke Rotterdam Centraal yang merupakan stasiun utama di kota Rotterdam memakan waktu 47 menit. Juda memaksakan diri untuk tidur agar tidak harus membangun percakapan dengan Danis yang sejak tadi nampak sekali berusaha keras untuk mengajak Juda bicara. Dari Rotterdam Centraal, untuk menuju flat yang akan ditinggali Juda selama di sana, harus menggunakan taksi. Danis yang sudah belasan tahun tinggal di Belanda itu tampak begitu membaur dengan sekitar. Hanya Juda yang merasa sangat asing di tempatnya berdiri kini. Tadinya, Juda sudah berniat memisahkan diri dari Danis begitu turun dari kereta, tetapi Danis tidak membiarkan Juda pergi. Danis beralasan bahwa ia harus mengantarkan Juda sampai ke flat atas perintah atasannya di kantor. Selain untuk menjelaskan beberapa hal basic tentang transportasi yang harus dinaiki juga untuk ke kantor dan juga untuk bepergian ke tempat-tempat umum, Danis berkata bahwa ia takut Juda tersesat. J
Tiga hari yang Juda punya untuk mempersiapkan diri sebelum memulai hari pertamanya di kantor baru–kantor yang sama dengan kantor Danis–sudah habis. Juda menghabiskan tiga hari pertamanya di Rotterdam itu untuk menata kamar flatnya seperti dulu ia menata kamar kosnya agar terasa familier dan nyaman.Juda juga sudah berkenalan dengan tetangga-tetangga flatnya yang sebagian besar juga perantau dari luar Belanda. Yang cukup ramah kepada Juda ada dua orang. Kim, gadis manis dari Korea yang telah tinggal di flat itu nyaris dua tahun, sedang menempuh pendidikan S2, sekaligus bekerja paruh waktu sebagai pengasuh anak. Lalu satu orang lagi bernama Nic, laki-laki tinggi bongsor dari Inggris yang ternyata satu kantor dengan Juda, tetapi masih pegawai magang dan berbeda divisi dari Juda.Mengetahui kalau Juda adalah pegawai baru, Nic dengan baik hati mengajaknya berangkat bersama menaiki tram. Hari sebelumnya, Nic juga sudah mengajaknya berkeliling kota untuk beradaptasi. Juda benar-benar bersyuk
Juda beruntung karena di kantornya mewajibkan para pegawai bicara menggunakan Bahasa Inggris jika sedang membahas pekerjaan sehingga Juda bisa dengan cepat beradaptasi dengan rekan-rekan kerja sekantornya. Sudah satu minggu Juda menempati posisi barunya sebagai manager pemasaran. Tantangan yang cukup sulit, terutama karena ini pertama kalinya ia menduduki jabatan yang cukup tinggi dan langsung berhadapan dengan orang-orang asing dari berbagai negara. Sejauh ini, Juda belum begitu banyak menemui kesulitan yang membuatnya stres, kecuali keberadaan Danis yang setiap jam makan siang selalu tiba-tiba muncul di ruangan Juda. “Can you stop doing this?” “I’m just trying to be nice.” “To be nice?” Juda mendecih. “Dengan membuat orang-orang di kantor mulai curiga soal kita karena kamu terlalu sering datang ke ruanganku, itu yang kamu sebut mencoba bersikap baik?” “Then, let them be. Kita cuma bernapas aja orang-orang bisa curiga sama kita kok,” tukas Danis dengan enteng sekali. Juda menut