Pemuda tersebut tersentak mundur ke belakang. Meskipun ia berhasil menangkis seranganku yang menyasar bagian dadanya.Aku tidak menyia-nyiakan momen itu begitu saja. Selanjutnya, aku langsung memberondong dengan serangan lain ke bagian perut untuk melemahkan pergerakannya.Bam!"Arghh.." Badannya sempat membungkuk dan terangkat.Tapi bantuan dari Cakra datang lebih cepat, sehingga niatku untuk melanjutkan serangan ke bagian kepalanya jadi tidak terlaksana.Cakra menyerangku dengan gerakan anehnya kembali.Wosh!Aku berhasil menghindari serangan kejutan Cakra. Seperti yang telah ku perkirakan sebelumnya, aku sengaja tidak membidik Cakra pertama kali, karena lawan pasti juga sudah menduga demikian. Karena Cakra menjadi sosok terlemah akibat kaki kanannya berhasil ku patahkan sebelumnya.Bam!Aku segera berkelit ke samping dan menyapu bagian kaki Cakra yang terluka dan berhasil menjatuhkannya. Hanya saja, saat aku mengejar tubuhnya yang sedang terjatuh dan bermaksud untuk melayangkan ten
"Argh.." Cakra tampak melotot dengan mata terbelalak begitu pisauku tepat menancap di lehernya. Tidak berhenti sampai di situ, aku langsung menggeser posisi pisau ke arah bawah sehingga pisau tersebut membelah leher Cakra sampai putus bagian depan. Begitu pisau yang ada ditangan kiriku berhasil membelah leher Cakra, aku langsung menusuk paha kiri orang yang membelitku. Sret! "Argh.." Terasa kunciannya di leherku merenggang, waktunya hanya sepersekian detik dan aku benar-benar memanfaatkannya seoptimal mungkin. Bugh! Merasakan kuncian di leherku melonggar, aku segera menghentak perutnya dengan sikutku dari atas, sehingga kunciannya jadi terlepas sepenuhnya. Aku dengan cepat berguling ke samping kiri, lalu dengan gerakan memutar ala kapoera, aku langsung melayangkan tendangan memutar ke arah lawan. Sayang jaraknya yang sedikit sempit, hanya mengenai bahunya dan serangan itu, membuat lawan berhasil menjauh dariku. Aku tidak buru-buru langsung menyerangnya kembali dan lebih memili
Bam!Terdengar sebuah pukulan yang cukup keras.Ternyata itu adalah bunyi pukulan Rio ke arah Cak Nawi.Gila, ketiga pasukan seniorku itu sudah tidak bergerak lagi. Aku tidak dapat melihat kondisi ketiganya dengan jelas. Namun yang jelas, apa yang telah dilakukan Rio pada orang-orangku membuatku emosiku meledak kembali.Aku berjalan mendekat ke arah Rio.Rio saat itu menatapku dingin, tampak sebuah bara dendam terpancar jelas dari matanya.Oke, Fine! Dia datang kesini karena ingin membalaskan dendam kedua saudaranya. Aku jelas tidak peduli lagi, apapun latar belakangnya ingin menghadapiku. Bagiku, saudara-saudaranya pantas menerima hukuman dari kesalahan yang telah mereka lakukan karena telah berani memperkosa kakakku.Dan sekarang, kakaknya sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal, karena telah berani menyakiti tiga orang yang sudah menjadi bagian dari keluarga baruku, tepat di depan mataku.Wosh!Bugh!"Argghh.."'Gila, gerakannya sangat cepat.'Rio berhasil menghindar dari puku
Bam!Sebuah tendangan kuat Rio menghantam dadaku dengan sangat kuat. Membuat tubuhku terlempar terbang dan terhempas ke dinding."Argh."Rasanya jantungku seperti benar-benar akan berhenti berdetak karena saking kuatnya serangan Rio.Kesadaran serasa akan menghilang karena daya tahan tubuhku yang sudah mencapai batasnya.Hanya saja, sepertinya Rio benar-benar tidak membiarkan kesadaranku hilang begitu saja karena ia membuatku tetap tersadar saat ia menyiksa diriku. Selanjutnya, terasa sebuah cekikan kuat ke leherku.Rio berbicara dengan cukup keras dekat telingaku, "Lu telah menghabisi adik-adik gue. Lu tidak akan gue biarkan mati semudah itu. Gue... akan membiarkan lu sekarat dan menyaksikan gue mencincang seluruh anak buah lu.""Satu lagi..." Rio menggantung kata-katanya. Matanya terlihat menyala dengan bara dendam begitu besar didalamnya."Gue akan cari ibu dan kakak lu dan tepat di depan lu, akan gue siksa mereka sampai puas, sebelum mencincang habis tubuh mereka dan memberikannya
Pertarungan sengitpun tidak bisa terelakkan. Gerakan wanita tersebut sangat lincah, ringan namun sangat mematikan.Berulang kali serangan Rio berhasil dimentahkannya dan bahkan ia sampai membuat Rio terdorong mundur.Beberapa jurus telah dikeluarkan keduanya, namun posisinya masih terlihat seimbang.Bam! Bam!Benturan terakhir, membuat keduanya sama-sama mundur beberapa langkah.Setelah berhasil mengatur napas beberapa saat. Rio bertertiak kesal, "Bangsat, kenapa lu mencampuri urusan orang, hah?""Hehehe, kenapa kesal begitu? Bukankah kamu juga mencampuri pertarungan orang lain? Mengambil kesempatan ketika lawanmu sedang lemah, apa kamu masih pantas disebut sebagai seorang lelaki?" Ujar wanita bertopeng dengan santainya."Cuih, jangan mengada-ngada? Bahkan kalau bocah itu dalam keadaan fit sekalipun dan bergabung dengan seluruh anak buah terbaiknya, dia tetap tidak akan bisa mengalahkanku." Jawab Rio dengan sombongnya."Yakin?"Pertanyaannya singkat namun sudah cukup untuk membuat Rio
Wanita bertopeng tersebut mengendarai sedan Civic-nya dengan kecepatan tinggi, seolah sedang berpacu dengan waktu. Di sebelahnya terbaring Zaha dalam keadaan tidfak sadarakan diri dengan tubuh berlumuran darah."Bos, ada dua mobil mengikuti dari belakang." Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar dari HT yang terpasang di dashboard mobil wanita bertopeng tersebut."Yellow, Orange.. Lakukan tugas kalian berdua." Perintah wanita bertopeng tersebut dengan tenang memberikan instruksinya pada anak buahnya."Siap, Bos!" Balas dua orang wanita secara bersamaan.Tidak lama, dua mobil yang sama dengan milik wanita bertipeng tersebut, muncul dari arah pertigaan, langsung menyusul di samping mobil yang mengikuti kendaraan sang penyelamat Zaha. Dengan Skill tingkat tinggi, keduanya berhasil menyalip mobil sang penguntit.Entah bagaimana caranya, kedua mobil Civic tersebut berhasil mengalihkan dua penguntit tersebut.Sampai si wanita misterius tersebut benar-benar memastikan tidak ada lagi kendara
Dokter Anna duduk termenung dalam sebuah ruangan dengan tatapan menerawang jauh. Sejenak, ia sampai terlupa kalau statusnya saat ini adalah korban penculikan. Ada sebuah beban yang seakan menggantung dan membuatnya larut dalam alam pikirannya sendiri.Bukan lelah karena ia telah melakukan operasi darurat selama empat jam lebih sebelumnya, karena Ia sudah terbiasa dengan hal yang menjadi rutinitasnya tersebut.Lalu, apakah yang menganggu pikiran dokter Anna sehingga dalam lelahpun tidak bisa membuatnya beristirahat dan justru larut kecamuk pikirannya sendiri?Zaha! Ya, semua itu karena Zaha.Entah apa yang membuat remaja yang bernama Zaha itu begitu dalam menganggu pikiran dokter Anna. Ini kali kedua, dokter Anna harus mengoperasinya dalam keadaan terluka parah. Pertama, ketika remaja itu kecelakaan enam bulan yang lalu. Dan sekarang, remaja kurus berkulit gelap itu kembali harus dioperasinya kembali dan itupun melalui penculikan dirinya.Melihat dari luka-luka yang sedang diderita ole
Apa yang tampak di depannya tersebut, membuat dokter Anna sampai terhenti beberapa saat. Bagaimana tidak, di depannya tampak bayangan Zaha, kekasihnya yang seakan sedang tersenyum padanya. Bayangan tersebut lalu memudar dan seakan-sakan menyatu dengan sosok remaja yang tengah dioperasinya.Fenomena tersebut seakan begitu sulit dipercaya, dokter Anna menggelengkan kepala beberapa kali, seakan ia pun tidak bisa mempercayai apa yang barusan dilihatnya dan menganggap bayangan tersebut hanya halusinasinya semata."Dok.. Dokter Anna?" Sapa perawat di sebelahnya menyadarkan diri dokter Anna dari keterpukauannya, karena cukup lama dokter Anna terdiam.Begitupun dengan perawat lain, menatap dokter Anna dengan heran."Hmn, ya?" Ujar Dokter Anna tergagap."Anda tidak apa-apa, dok?" Tanya si Perawat penasaran, karena melihat tatapan dokter Anna seperti kosong sesaat. Sebagai perawat pembantu, ia khawatir ada sesuatu yang sedang menganggu pikiran dokter Anna dan itu bisa saja berpengaruh pada oper