Bam!Terdengar sebuah pukulan yang cukup keras.Ternyata itu adalah bunyi pukulan Rio ke arah Cak Nawi.Gila, ketiga pasukan seniorku itu sudah tidak bergerak lagi. Aku tidak dapat melihat kondisi ketiganya dengan jelas. Namun yang jelas, apa yang telah dilakukan Rio pada orang-orangku membuatku emosiku meledak kembali.Aku berjalan mendekat ke arah Rio.Rio saat itu menatapku dingin, tampak sebuah bara dendam terpancar jelas dari matanya.Oke, Fine! Dia datang kesini karena ingin membalaskan dendam kedua saudaranya. Aku jelas tidak peduli lagi, apapun latar belakangnya ingin menghadapiku. Bagiku, saudara-saudaranya pantas menerima hukuman dari kesalahan yang telah mereka lakukan karena telah berani memperkosa kakakku.Dan sekarang, kakaknya sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal, karena telah berani menyakiti tiga orang yang sudah menjadi bagian dari keluarga baruku, tepat di depan mataku.Wosh!Bugh!"Argghh.."'Gila, gerakannya sangat cepat.'Rio berhasil menghindar dari puku
Bam!Sebuah tendangan kuat Rio menghantam dadaku dengan sangat kuat. Membuat tubuhku terlempar terbang dan terhempas ke dinding."Argh."Rasanya jantungku seperti benar-benar akan berhenti berdetak karena saking kuatnya serangan Rio.Kesadaran serasa akan menghilang karena daya tahan tubuhku yang sudah mencapai batasnya.Hanya saja, sepertinya Rio benar-benar tidak membiarkan kesadaranku hilang begitu saja karena ia membuatku tetap tersadar saat ia menyiksa diriku. Selanjutnya, terasa sebuah cekikan kuat ke leherku.Rio berbicara dengan cukup keras dekat telingaku, "Lu telah menghabisi adik-adik gue. Lu tidak akan gue biarkan mati semudah itu. Gue... akan membiarkan lu sekarat dan menyaksikan gue mencincang seluruh anak buah lu.""Satu lagi..." Rio menggantung kata-katanya. Matanya terlihat menyala dengan bara dendam begitu besar didalamnya."Gue akan cari ibu dan kakak lu dan tepat di depan lu, akan gue siksa mereka sampai puas, sebelum mencincang habis tubuh mereka dan memberikannya
Pertarungan sengitpun tidak bisa terelakkan. Gerakan wanita tersebut sangat lincah, ringan namun sangat mematikan.Berulang kali serangan Rio berhasil dimentahkannya dan bahkan ia sampai membuat Rio terdorong mundur.Beberapa jurus telah dikeluarkan keduanya, namun posisinya masih terlihat seimbang.Bam! Bam!Benturan terakhir, membuat keduanya sama-sama mundur beberapa langkah.Setelah berhasil mengatur napas beberapa saat. Rio bertertiak kesal, "Bangsat, kenapa lu mencampuri urusan orang, hah?""Hehehe, kenapa kesal begitu? Bukankah kamu juga mencampuri pertarungan orang lain? Mengambil kesempatan ketika lawanmu sedang lemah, apa kamu masih pantas disebut sebagai seorang lelaki?" Ujar wanita bertopeng dengan santainya."Cuih, jangan mengada-ngada? Bahkan kalau bocah itu dalam keadaan fit sekalipun dan bergabung dengan seluruh anak buah terbaiknya, dia tetap tidak akan bisa mengalahkanku." Jawab Rio dengan sombongnya."Yakin?"Pertanyaannya singkat namun sudah cukup untuk membuat Rio
Wanita bertopeng tersebut mengendarai sedan Civic-nya dengan kecepatan tinggi, seolah sedang berpacu dengan waktu. Di sebelahnya terbaring Zaha dalam keadaan tidfak sadarakan diri dengan tubuh berlumuran darah."Bos, ada dua mobil mengikuti dari belakang." Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar dari HT yang terpasang di dashboard mobil wanita bertopeng tersebut."Yellow, Orange.. Lakukan tugas kalian berdua." Perintah wanita bertopeng tersebut dengan tenang memberikan instruksinya pada anak buahnya."Siap, Bos!" Balas dua orang wanita secara bersamaan.Tidak lama, dua mobil yang sama dengan milik wanita bertipeng tersebut, muncul dari arah pertigaan, langsung menyusul di samping mobil yang mengikuti kendaraan sang penyelamat Zaha. Dengan Skill tingkat tinggi, keduanya berhasil menyalip mobil sang penguntit.Entah bagaimana caranya, kedua mobil Civic tersebut berhasil mengalihkan dua penguntit tersebut.Sampai si wanita misterius tersebut benar-benar memastikan tidak ada lagi kendara
Dokter Anna duduk termenung dalam sebuah ruangan dengan tatapan menerawang jauh. Sejenak, ia sampai terlupa kalau statusnya saat ini adalah korban penculikan. Ada sebuah beban yang seakan menggantung dan membuatnya larut dalam alam pikirannya sendiri.Bukan lelah karena ia telah melakukan operasi darurat selama empat jam lebih sebelumnya, karena Ia sudah terbiasa dengan hal yang menjadi rutinitasnya tersebut.Lalu, apakah yang menganggu pikiran dokter Anna sehingga dalam lelahpun tidak bisa membuatnya beristirahat dan justru larut kecamuk pikirannya sendiri?Zaha! Ya, semua itu karena Zaha.Entah apa yang membuat remaja yang bernama Zaha itu begitu dalam menganggu pikiran dokter Anna. Ini kali kedua, dokter Anna harus mengoperasinya dalam keadaan terluka parah. Pertama, ketika remaja itu kecelakaan enam bulan yang lalu. Dan sekarang, remaja kurus berkulit gelap itu kembali harus dioperasinya kembali dan itupun melalui penculikan dirinya.Melihat dari luka-luka yang sedang diderita ole
Apa yang tampak di depannya tersebut, membuat dokter Anna sampai terhenti beberapa saat. Bagaimana tidak, di depannya tampak bayangan Zaha, kekasihnya yang seakan sedang tersenyum padanya. Bayangan tersebut lalu memudar dan seakan-sakan menyatu dengan sosok remaja yang tengah dioperasinya.Fenomena tersebut seakan begitu sulit dipercaya, dokter Anna menggelengkan kepala beberapa kali, seakan ia pun tidak bisa mempercayai apa yang barusan dilihatnya dan menganggap bayangan tersebut hanya halusinasinya semata."Dok.. Dokter Anna?" Sapa perawat di sebelahnya menyadarkan diri dokter Anna dari keterpukauannya, karena cukup lama dokter Anna terdiam.Begitupun dengan perawat lain, menatap dokter Anna dengan heran."Hmn, ya?" Ujar Dokter Anna tergagap."Anda tidak apa-apa, dok?" Tanya si Perawat penasaran, karena melihat tatapan dokter Anna seperti kosong sesaat. Sebagai perawat pembantu, ia khawatir ada sesuatu yang sedang menganggu pikiran dokter Anna dan itu bisa saja berpengaruh pada oper
Tidak banyak dari Kelompok Selatan yang bisa kembali ke markas mereka di Pasar Tanah Kuda, pasar terbesar di daerah Selatan ibu kota. Sebagian besar terpaksa harus dirawat di rumah sakit.Di antara yang berhasil kembali saat itu, dari elit senior hanya Cak Timbul, sementara Jarwo, Mang Lipay dan Cak Nawi terpaksa di larikan ke IGD karena terluka parah akibat bertarung dengan Rio sebelumnya. Dari Elit Junior, hanya ada Indra yang masih bisa bertarung, sementara yang lainnya tidak bisa melanjutkan pertarungan. Lalu, ada segelintir anak buah mereka, itupun dengan dengan kondisi terluka. Beruntung ada Komar dari kelompok Timur ikut serta saat itu dengan ditemani lima orang anak buah kepercayaan mereka.Hiukali dan Kobang yang menunggu mereka dekat gerbang dibuat terkejut melihat keadaan Cak Timbul dan pasukannya. Keduanya pun sengaja tidak membahas bagaimana pertarungan di markasnya Kelompok Timur, karena ada hal lebih genting yang harus mereka hadapi saat itu. Karena alasan yang sama jug
"Untuk King! Untuk rumah kita! Untuk keluarga kita! Walau kalian sekarat, walau darah kalian tumpah di sini, walau tubuh kalian sampai terpisah sekalipun, selagi nyawa kalian masih ada, teruslah bangkit dan kita usir mereka.." "UNTUK KING!" "UNTUK RUMAH KITA!" Ucap seluruh anak buah Kelompok Selatan dengan semangat membara menjawab seruan Cak timbul. "Kita bantai semua Kelompok Utara yang berani masuk ke markas kita." Timpal Kobang mengebu-gebu. "HUU YYYAAAAA.." Teriak Cak Timbul lantang dengan penuh semangat yang seakan menggetarkan setiap dada orang yang mendengarnya. Seruan perang khas Kelompok Selatan yang telah siap mempertaruhkan segalanya dan teriakan itu disambut lantang oleh para pengikutnya. "HUUU YAAAAAAA.." Teriak semua orang termasuk Komar dan lima orang anak buahnya yang ikut terbakar semangatnya. *** Drrtt drtttt Brigjen Endris sedikit terganggu dengan getaran hanphonenya ketika sedang memberi arahan pada bawahannya tentang sebuah kasus yang sedang ditanganinya d