"Lakukan!"
Satu kata dan lima bayangan ini dengan segera mengunci masing-masing target mereka.
Sepuluh orang penembak jitu yang saat itu berada di kedua sisi gedung, tidak sadar dengan bahaya yang datang mengancam mereka.
Mereka semua terlalu percaya diri dengan keahlian yang mereka miliki dan menganggap bahwa target yang diperintahkan pada mereka hanyalah sekelompok gengster jalanan.
Sehingga, tidak ada satupun di antara mereka yang akan menduga kemunculan enam sosok misterius yang begitu terlatih dan bahkan pelatihan mereka, jauh lebih ekstrim ketimbang latihan yang para penembak jitu ini jalani.
Setiap gerakan mereka begitu hening dan seolah sudah menyatu dengan sayup angin yang membuat kehadiran mereka sepenuhnya tersamarkan.
Saat perintah eksekusi mereka dapatkan, masing-masing mereka segera membidik target yang saat itu masih menelungkup dan hanya terfokus pada target mereka di dalam gedung.
Itu hanya bunyi letupan
Ryo telah bertukar pukulan dengan Zaha hingga ratusan, hingga sulit baginya untuk menghitung. Karena entah pukulan ke berapa yang ia keluarkan saat itu. Namun, sampai sejauh itu, Ryo seakan masih belum menemukan jawaban, kenapa pemuda yang beberapa waktu sebelumnya bisa dengan mudah dikalahkannya. Kini terlihat seperti seimbang dengan dirinya, seolah dia telah berubah menjadi kuat dalam waktu semalam.Ryo menolak untuk mempercayai kenyataan itu, hingga ia memaksa untuk terus bertarung dalam waktu lebih lama dengan Zaha.Akhirnya, tidak peduli sekuat dan setangguh apapun seseorang, dia masihlah seorang manusia biasa dan memiliki batasan yang tidak mungkin bisa dilewatinya. Hal itu adalah daya tahan dan stamina.Ryo dengan enggan, akhirnya memaksa kakinya untuk mundur beberapa langkah dan coba menstabilkan pernapasannya kembali seraya mengumpulkan kembali staminanya. Zaha, melihat lawannya menarik diri, juga melakukan hal yang sama. Ia tidak ingin melewatkan satu detikpun waktu untuk b
"Kak Zaha, tidaakk. Kak Zaha bangun, kaak." Teriak Cintya histeris saat melihat Zaha berhasil dihempaskan oleh Ryo untuk ke sekian kalinya. Sampai-sampai membuat Zaha tidak bergerak untuk beberapa saat lamanya dan membuat Cintya berpikir jika Zaha saat itu sudah mati.Cintya tidak ingin itu terjadi. Ia terlihat begitu putus asa dan jatuh berlutut ke lantai seraya terus memanggil-manggil nama Zaha. Ia tidak beranjak dari sana, karena Zaha berjanji akan memberitahunya sendiri, kapan harus pergi dan melarikan diri.Cintya berharap, saat itu tiba, ia dan Zaha dapat pergi dari sana bersama."Kak Zaha, bangun kaakk! Kak Zaha berjanji akan membawa Cintya pergi dari sini. Kak Zaha, jangan mati. Bangun, kaak!" Pangggil Cintya berulang kali dengan air mata tanpa henti mengalir keluar.Ryo menyungingkan tawa angkuh dan penuh percaya diri. Ia terlihat begitu bangga bisa meruntuhkan perlawanan Zaha yang juga dikenal dengan sebutan King tersebut. Ryo terlihat begitu senang dan menikmati momen kemen
Ryo merasakan dadanya serasa seperti remuk ketika terkena hantaman telak Zaha. Itu membuatnya kesulitan bernapas beberapa saat lamanya. Ryo terbaring hampir satu menit, sebelum ia bisa bangkit dan bernapas dengan normal kembali. Namun, itu tidak mengurangi keterkejutannya akan kebangkitan Zaha yang begitu tiba-tiba. Sampai-sampai, ia menatap Zaha dengan tatapan penuh tanya. Hanya saja, pria yang sekarang berdiri di depannya itu, tidak lagi terlihat sama. Zaha hanya diam menatapnya, tapi tatapannya menghadirkan perasaan tertekan yang luar biasa dalam diri Ryo. Ia tidak ubahnya seperti sedang ditatap oleh seekor hewan buas dan penampilan mengerikan Zaha, seakan membuat rasa ngilu dalam hatinya semakin bertambah kuat. Bagaimana tidak? Zaha yang seluruh tubuhnya terlihat berantakan dan bahkan wajahnya sudah dipenuhi oleh darah serta tanah, masih bisa berdiri tegap seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Lebih menakutkan dari penampilannya adalah tatapan Zaha yang tajam dan sarat d
Sekarang, mereka merasakan langsung kekuatan musuh yang sedang dihadapi oleh bos mereka. Hal itu, membuat sembilan orang lainnya jadi terlihat ragu untuk menyerang, karena tidak ingin bernasib sama dengan rekan mereka yang saat itu tidak diketahui bagaimana nasibnya. Cak Timbul adalah orang yang pertama bereaksi saat tahu, bahwa orang-orang ini menargetkan ketua mereka. "Semuanya, serang! Lumpuhkan siapapun yang berani melawan. Jangan biarkan mereka menyentuh King!" Komando Cak Timbul dan membuat gelombang lautan manusia menyerbu masuk ke dalam gedung dengan dipenuhi oleh aura membunuh. "Lindungi, bos- lindungi, bos!" Teriak panik para pengawal Abdi cemas. Pertarungan hebat seketika pecah dari dua kubu dan membuat suasana di dalam gudang menjadi sangat kacau. Namun, puluhan orang melawan ratusan gengster yang sedang mengamuk, tetap saja itu bukan pertarungan yang imbang. Tidak peduli, seberapa terlatih pun para pengawal Abdi, mereka masih kalah jauh dari segi jumlah. Sehingga,
Seminggu telah berlalu, semenjak pertarungan terakhir antara Ryo dan Zaha, dengan kemenangan berada di pihak Zaha. Ryo dan Abdi tewas dalam pertarungan sengit tersebut dan sebagian besar bawahannya berhasil ditumpas oleh Cak Timbul CS dan banyak di antara mereka menyerah pada pasukan aliansi. Tidak sama seperti sebelumnya. Kali ini, Angel membiarkan Cak Timbul membawa Zaha bersama mereka. Hanya saja, saat Cak Timbul menanyakan tentang identitasnya, Angel hanya mengatakan bahwa ia adalah malaikat pelindung Zaha. Sebuah jawaban yang masih menjadi misteri bagi Cak Timbul dan semua orang hingga detik ini. Mereka tidak bisa memaksa wanita misterius itu untuk menunjukkan siapa dirinya. Karena bagaimanapun, wanita inilah yang telah menyelamatkan King mereka. Selain itu, dalam seminggu ini, aliansi empat kelompok bawah tanah, akhirnya sepakat untuk melebur menjadi satu, sama seperti dulu. Mereka menamakan kelompok baru mereka dengan nama yang sama dengan awal berdirinya kelompok penguasa
Zaha sengaja membawa Anna menuju salah satu sudut yang cukup sepi dan terletak di belakang bangunan sekolah. Tempat ini, biasanya digunakan oleh siswa-siswa badboy untuk nongkrong dan curi waktu untuk merokok. Namun, ketika mereka melihat Zaha datang ke sana bersama Anna, mereka dengan sigap mengosongkan tempat untuk memberi privasi lebih bagi Zaha, yang bagi kebanyakan siswa-siswa bermasalah di sekolah sana dijadikan pemimpin mereka. Selain itu, alasan lain Zaha membawa Anna ke sana, agar mereka tidak menjadi pusat perhatian bagi siswa lainnya. Anna sempat merasa aneh dan sedikit merasa ngeri ketika Zaha mengajaknya ke sana, "Apa tidak apa-apa, kita bicara di sini, Za?" "Gak apa-apa, santai saja! Kamu mau bicara apa?" Balas Zaha tenang dan meminta Anna untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Anna terlihat ragu-ragu awalnya. Tapi, ia harus mengungkapkan apa yang selama ini disimpannya, "Bukankah, kamu sudah berjanji untuk tidak akan
Mendapat pertanyaan seperti itu, tentu saja Zaha tidak menjawab seperti apa yang diinginkan oleh Bulan. Hasilnya, perkelahian keduanya pun jadi tidak terelakkan. Bulan tidak seperti kelihatannya. Memiliki wajah cantik dan imut, namun bukan berarti dia adalah wanita yang lembut saat marah. Beberapa pukulannya, begitu tajam dan sangat mematikan. Zaha tidak berani meremehkan wanita ini sedikitpun. Karena pada kenyataannya, sedikit saja ia lengah, ia bisa mati jika sampai terkena oleh satu serangan Bulan. Beruntung bagi Zaha, pertarungannya dengan Ryo terakhir kali, mulai membuatnya bisa mendekati level kemampuan puncak di kehidupan sebelumnya. Mereka bertukar serangan hingga puluhan kali dan itu cukup bagi keduanya untuk saling kenal gaya bertarung satu sama lain. Menghadapi ganasnya serangan Bulan, Zaha terpaksa harus menggunakan kemampuannya yang sebenarnya. Ia tidak bisa melawan bulan hanya dengan gaya bebas yang biasa ia gunakan dalam militer. Bam, Bam. Mererka menggunakan
Benar saja, jawaban Zaha kembali memantik kemarahan Bulan dan membuatnya hendak menghajar Zaha, "Tunggu- tunggu! Aku kakakmu, Zaha." Ucap Zaha panik melihat Bulan kembali berniat menyerangnya."Kamu masih ingat, saat kita mencari semalaman kucing oren kesayanganmu, rocky rakat?" Ujar Zaha menambahkan dan itu berhasil menahan Bulan untuk menyerangnya.Mata Bulan terlihat membulat dan menatap Zaha dengan penuh keheranan. Apa yang diucapkan Zaha begitu spesifik dan hanya dia dan kakak 'Zaha'nya yang tahu akan kejadian itu.Bulan sampai menganga, "Tidak, ini- ini tidak mungkin! Bagaimana kamu bisa tahu cerita ini? Siapa kamu sebenarnya?" Ujar Bulan syok dan sebagian besar emosinya sudah berhasil mereda dan sekarang berganti dengan rasa penasaran yang sangat kuat.Melihat Bulan sudah sedikit tenang dan terpancing dengan ucapannya, Zaha tersenyum tipis dan berkata, "Seharusnya kamu sudah bisa menebak siapa aku, 'kan?"Bulan menggelengkan kepala tidak per