Zaha sengaja membawa Anna menuju salah satu sudut yang cukup sepi dan terletak di belakang bangunan sekolah. Tempat ini, biasanya digunakan oleh siswa-siswa badboy untuk nongkrong dan curi waktu untuk merokok. Namun, ketika mereka melihat Zaha datang ke sana bersama Anna, mereka dengan sigap mengosongkan tempat untuk memberi privasi lebih bagi Zaha, yang bagi kebanyakan siswa-siswa bermasalah di sekolah sana dijadikan pemimpin mereka.
Selain itu, alasan lain Zaha membawa Anna ke sana, agar mereka tidak menjadi pusat perhatian bagi siswa lainnya.
Anna sempat merasa aneh dan sedikit merasa ngeri ketika Zaha mengajaknya ke sana, "Apa tidak apa-apa, kita bicara di sini, Za?"
"Gak apa-apa, santai saja! Kamu mau bicara apa?" Balas Zaha tenang dan meminta Anna untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
Anna terlihat ragu-ragu awalnya. Tapi, ia harus mengungkapkan apa yang selama ini disimpannya, "Bukankah, kamu sudah berjanji untuk tidak akan
Mendapat pertanyaan seperti itu, tentu saja Zaha tidak menjawab seperti apa yang diinginkan oleh Bulan. Hasilnya, perkelahian keduanya pun jadi tidak terelakkan. Bulan tidak seperti kelihatannya. Memiliki wajah cantik dan imut, namun bukan berarti dia adalah wanita yang lembut saat marah. Beberapa pukulannya, begitu tajam dan sangat mematikan. Zaha tidak berani meremehkan wanita ini sedikitpun. Karena pada kenyataannya, sedikit saja ia lengah, ia bisa mati jika sampai terkena oleh satu serangan Bulan. Beruntung bagi Zaha, pertarungannya dengan Ryo terakhir kali, mulai membuatnya bisa mendekati level kemampuan puncak di kehidupan sebelumnya. Mereka bertukar serangan hingga puluhan kali dan itu cukup bagi keduanya untuk saling kenal gaya bertarung satu sama lain. Menghadapi ganasnya serangan Bulan, Zaha terpaksa harus menggunakan kemampuannya yang sebenarnya. Ia tidak bisa melawan bulan hanya dengan gaya bebas yang biasa ia gunakan dalam militer. Bam, Bam. Mererka menggunakan
Benar saja, jawaban Zaha kembali memantik kemarahan Bulan dan membuatnya hendak menghajar Zaha, "Tunggu- tunggu! Aku kakakmu, Zaha." Ucap Zaha panik melihat Bulan kembali berniat menyerangnya."Kamu masih ingat, saat kita mencari semalaman kucing oren kesayanganmu, rocky rakat?" Ujar Zaha menambahkan dan itu berhasil menahan Bulan untuk menyerangnya.Mata Bulan terlihat membulat dan menatap Zaha dengan penuh keheranan. Apa yang diucapkan Zaha begitu spesifik dan hanya dia dan kakak 'Zaha'nya yang tahu akan kejadian itu.Bulan sampai menganga, "Tidak, ini- ini tidak mungkin! Bagaimana kamu bisa tahu cerita ini? Siapa kamu sebenarnya?" Ujar Bulan syok dan sebagian besar emosinya sudah berhasil mereda dan sekarang berganti dengan rasa penasaran yang sangat kuat.Melihat Bulan sudah sedikit tenang dan terpancing dengan ucapannya, Zaha tersenyum tipis dan berkata, "Seharusnya kamu sudah bisa menebak siapa aku, 'kan?"Bulan menggelengkan kepala tidak per
Keesokan harinya, Cak Timbul mengajak Zaha bicara secara empat mata di basemen pasar Tanah Kuda. Ruangan ini, berada disebelah aula yang selama ini biasa mereka gunakan sebagai tempat pertemuan.Sampai detik itu, Zaha masih merahasiakan pertemuannya dengan Bulan dan berpikir, alasan Cak Timbul mengajaknya bicara secara pribadi saat itu, ada hubungannya dengan warisan yang disinggung oleh Bulan sebelumnya.Sehari sebelumnya, Bulan segera kembali sore harinya setelah mengetahui tentang identitas Zaha dan segera melaporkan hal itu pada kakeknya.Sebenarnya, Bulan sendiri ingin berada di ibu kota lebih lama, karena ingin melepaskan kerinduan pada Zaha yang sudah dianggapnya sebagai kakak tersebut. Hanya saja, Bulan harus segera kembali melaporkan temuannya pada sang kakek dan berjanji akan kembali untuk menemui Zaha dikemudian hari."Ada apa, Cak? Apa ada sesuatu yang sangat penting? Sampai-sampai Cak membawaku ke sini." Tanya Zaha polos, bersikap seola
Masalah penyerangan yang menimpa Kuswoyo dan juga Kelompok Timur, bukan lagi masalah sederhana. Menurut Cak Timbul, serangan seperti ini sudah direncanakan dan bisa saja tujuan utama mereka adalah klan Naga yang baru saja terbentuk dan baru berumur dua minggu. Alasannya, pola serangannya hampir sama, dengan membuat kekisruhan terlebih dahulu, sebelum mereka melakukan serangan. Tidak main-main, karena yang ditargetkan adalah para petinggi wilayah. Komar lebih sedikit beruntung dibanding Kuswoyo. Karena saat penyerangan itu terjadi, ia bersama dengan banyak anggota utamanya. Sehingga berhasil menggagalkan serangan tersebut. Namun, bukan berarti Komar selamat tanpa mengalami kerugian. Karena lebih dari dua puluh bawahannya terluka dan lima di antara mereka, mengalami cidera cukup serius dan masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Oleh karena itu, Zaha segera membentuk dua tim untuk meninjau masalah i
Zaha tidak bisa memandang remeh kasus penyerangan yang menimpa beberapa orangnya oleh kelompok tidak dikenal dibeberapa wilayahnya, dalam waktu hampir bersamaan. Karena itu, ia segera memberi instruksi untuk setiap penanggung jawab wilayahnya, untuk bisa menemukan pelaku serangan ini secepat mungkin. Selain itu, mereka sudah memiliki sebuah petunjuk tentang tato harimau dari informasi yang diberikan oleh Kuswoyo. Hanya saja, bukan masalah yang mudah untuk memeriksa tato setiap orang di ibu kota ini. Tapi, paling tidak mereka bisa mewaspadai jika menemui orang aneh dengan ciri ini. "King, apa menurutmu ini memang ulah dari Rojak?" Tanya Virangel serius saat mereka sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Virangel menyimpan kecemasannya sendiri, setelah mendengar tentang nama ini. Waktu kecil, ia sering mendengar nama ini disebut oleh pamannya, Cak Timbul. Hanya saja, sampai ke titik ini, Cak Timbul tidak pernah lagi menyebut namanya. Hanya saja, Virangel mengingat dengan jel
Zaha merasakan ancaman yang tidak biasa datang dari pria tersebut. Wossh! Tap! Gerakannya sangat cepat dan Virangel bahkan belum sempat bereaksi. Jika bukan karena Zaha dengan sigap menahannya, mungkin wajah cantik Virangel sudah terkena tamparan pria berbaju putih. Cengkeraman Zaha begitu kuat mengunci pergelangan lengan pria berbaju putih. Sehingga, beberapa detik lamanya tangan mereka menggantung di udara, seolah sedang berada kekuatan. Bam. Kekuatan mereka seimbang! Sehingga pria berbaju putih terpaksa melayangkan serangan lainnya untuk bisa melepaskan diri dari cengkeraman Zaha. Tampak pria berbaju putih mengusap pergelangan lengannya yang memerah dan terasa sedikit perih. Ekspresinya terlihat gelap, saat tahu bahwa musuhnya memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Lain halnya dengan Zaha, ia juga merasakan sedikit kebas ditangan kirinya, akibat benturan serangan terakhir. "Tidak buruk! Aku jadi semakin bersemangat untuk membunuhmu, anak muda!" Ujar pria berbaju put
Para petinggi klan Naga segera berkumpul, ketika mendapat kabar bahwa Zaha telah diserang. Di sana ada Cak Timbul, Komar, Padri, dan juga Edi wakilnya Kuswoyo yang saat ini masih dirawat.Di luar ruangan, ada Virangel, beberapa pentolan wilayah dan juga para pemimpin junior dari klan naga.Semua orang terlihat gelisah dan dipenuhi oleh kemarahan. Serangan kali ini, telah menargetkan orang nomor satu klan mereka dan menyebabkan Zaha berakhir dalam keadaan kritis.Genderang perang sudah ditabuh oleh musuh dan semua orang bersikap lebih waspada saat ini."Bagaimana keadaan King, dokter?" Tanya Cak Timbul penasaran pada Dokter yang bertanggung jawab merawat Zaha.Sebelumnya, Zaha segera dilarikan rumah sakit terdekat yang ada di wilayah utara. Rumah sakit swasta yang juga merupakan salah satu rumah sakit kelas atas tersebut, awalnya menolak untuk merawat Zaha. Karena saat itu, Virangel tidak membawa identitas lengkap pasien dan hanya menega
Saat Zaha masih terbaring di rumah sakit, Marshel memimpin tiga puluh orang anak buahnya untuk menyerang komplek perumahan Zaha. Saat itu, hanya ada dua puluh orang yang sedang berjaga di pos ronda komplek. Melihat banyaknya orang yang mendatangi posko ronda mereka, para preman di sana segera menghentikan aktifitas mereka dan menatap rombongan yang dipimpin Marshel dengan waspada.Marshel melenggang dengan cuek ke depan pos ronda dan bertanya, "Siapa yang paling kuat di antara kalian?"Nadanya terkesan provokatif dan itu membuat mereka yang sedang ada di dalam pos ronda menjadi tidak senang. Salah seorang pria berbadan besar, keluar dengan diikuti semua rekan-rekannya. Termasuk, mereka yang sedang duduk di dalam warung yang ada di sebelah pos ronda."Mau cari ribut kau?" Tanya Togar dengan aksen bataknya yang kental. Dia adalah tangan kanannya Zulham.Selama Zulham tidak ada di sana, Togarlah yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan komplek.Marshel masih bisa tertawa dengan san