Sekarang, mereka merasakan langsung kekuatan musuh yang sedang dihadapi oleh bos mereka. Hal itu, membuat sembilan orang lainnya jadi terlihat ragu untuk menyerang, karena tidak ingin bernasib sama dengan rekan mereka yang saat itu tidak diketahui bagaimana nasibnya. Cak Timbul adalah orang yang pertama bereaksi saat tahu, bahwa orang-orang ini menargetkan ketua mereka. "Semuanya, serang! Lumpuhkan siapapun yang berani melawan. Jangan biarkan mereka menyentuh King!" Komando Cak Timbul dan membuat gelombang lautan manusia menyerbu masuk ke dalam gedung dengan dipenuhi oleh aura membunuh. "Lindungi, bos- lindungi, bos!" Teriak panik para pengawal Abdi cemas. Pertarungan hebat seketika pecah dari dua kubu dan membuat suasana di dalam gudang menjadi sangat kacau. Namun, puluhan orang melawan ratusan gengster yang sedang mengamuk, tetap saja itu bukan pertarungan yang imbang. Tidak peduli, seberapa terlatih pun para pengawal Abdi, mereka masih kalah jauh dari segi jumlah. Sehingga,
Seminggu telah berlalu, semenjak pertarungan terakhir antara Ryo dan Zaha, dengan kemenangan berada di pihak Zaha. Ryo dan Abdi tewas dalam pertarungan sengit tersebut dan sebagian besar bawahannya berhasil ditumpas oleh Cak Timbul CS dan banyak di antara mereka menyerah pada pasukan aliansi. Tidak sama seperti sebelumnya. Kali ini, Angel membiarkan Cak Timbul membawa Zaha bersama mereka. Hanya saja, saat Cak Timbul menanyakan tentang identitasnya, Angel hanya mengatakan bahwa ia adalah malaikat pelindung Zaha. Sebuah jawaban yang masih menjadi misteri bagi Cak Timbul dan semua orang hingga detik ini. Mereka tidak bisa memaksa wanita misterius itu untuk menunjukkan siapa dirinya. Karena bagaimanapun, wanita inilah yang telah menyelamatkan King mereka. Selain itu, dalam seminggu ini, aliansi empat kelompok bawah tanah, akhirnya sepakat untuk melebur menjadi satu, sama seperti dulu. Mereka menamakan kelompok baru mereka dengan nama yang sama dengan awal berdirinya kelompok penguasa
Zaha sengaja membawa Anna menuju salah satu sudut yang cukup sepi dan terletak di belakang bangunan sekolah. Tempat ini, biasanya digunakan oleh siswa-siswa badboy untuk nongkrong dan curi waktu untuk merokok. Namun, ketika mereka melihat Zaha datang ke sana bersama Anna, mereka dengan sigap mengosongkan tempat untuk memberi privasi lebih bagi Zaha, yang bagi kebanyakan siswa-siswa bermasalah di sekolah sana dijadikan pemimpin mereka. Selain itu, alasan lain Zaha membawa Anna ke sana, agar mereka tidak menjadi pusat perhatian bagi siswa lainnya. Anna sempat merasa aneh dan sedikit merasa ngeri ketika Zaha mengajaknya ke sana, "Apa tidak apa-apa, kita bicara di sini, Za?" "Gak apa-apa, santai saja! Kamu mau bicara apa?" Balas Zaha tenang dan meminta Anna untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Anna terlihat ragu-ragu awalnya. Tapi, ia harus mengungkapkan apa yang selama ini disimpannya, "Bukankah, kamu sudah berjanji untuk tidak akan
Mendapat pertanyaan seperti itu, tentu saja Zaha tidak menjawab seperti apa yang diinginkan oleh Bulan. Hasilnya, perkelahian keduanya pun jadi tidak terelakkan. Bulan tidak seperti kelihatannya. Memiliki wajah cantik dan imut, namun bukan berarti dia adalah wanita yang lembut saat marah. Beberapa pukulannya, begitu tajam dan sangat mematikan. Zaha tidak berani meremehkan wanita ini sedikitpun. Karena pada kenyataannya, sedikit saja ia lengah, ia bisa mati jika sampai terkena oleh satu serangan Bulan. Beruntung bagi Zaha, pertarungannya dengan Ryo terakhir kali, mulai membuatnya bisa mendekati level kemampuan puncak di kehidupan sebelumnya. Mereka bertukar serangan hingga puluhan kali dan itu cukup bagi keduanya untuk saling kenal gaya bertarung satu sama lain. Menghadapi ganasnya serangan Bulan, Zaha terpaksa harus menggunakan kemampuannya yang sebenarnya. Ia tidak bisa melawan bulan hanya dengan gaya bebas yang biasa ia gunakan dalam militer. Bam, Bam. Mererka menggunakan
Benar saja, jawaban Zaha kembali memantik kemarahan Bulan dan membuatnya hendak menghajar Zaha, "Tunggu- tunggu! Aku kakakmu, Zaha." Ucap Zaha panik melihat Bulan kembali berniat menyerangnya."Kamu masih ingat, saat kita mencari semalaman kucing oren kesayanganmu, rocky rakat?" Ujar Zaha menambahkan dan itu berhasil menahan Bulan untuk menyerangnya.Mata Bulan terlihat membulat dan menatap Zaha dengan penuh keheranan. Apa yang diucapkan Zaha begitu spesifik dan hanya dia dan kakak 'Zaha'nya yang tahu akan kejadian itu.Bulan sampai menganga, "Tidak, ini- ini tidak mungkin! Bagaimana kamu bisa tahu cerita ini? Siapa kamu sebenarnya?" Ujar Bulan syok dan sebagian besar emosinya sudah berhasil mereda dan sekarang berganti dengan rasa penasaran yang sangat kuat.Melihat Bulan sudah sedikit tenang dan terpancing dengan ucapannya, Zaha tersenyum tipis dan berkata, "Seharusnya kamu sudah bisa menebak siapa aku, 'kan?"Bulan menggelengkan kepala tidak per
Keesokan harinya, Cak Timbul mengajak Zaha bicara secara empat mata di basemen pasar Tanah Kuda. Ruangan ini, berada disebelah aula yang selama ini biasa mereka gunakan sebagai tempat pertemuan.Sampai detik itu, Zaha masih merahasiakan pertemuannya dengan Bulan dan berpikir, alasan Cak Timbul mengajaknya bicara secara pribadi saat itu, ada hubungannya dengan warisan yang disinggung oleh Bulan sebelumnya.Sehari sebelumnya, Bulan segera kembali sore harinya setelah mengetahui tentang identitas Zaha dan segera melaporkan hal itu pada kakeknya.Sebenarnya, Bulan sendiri ingin berada di ibu kota lebih lama, karena ingin melepaskan kerinduan pada Zaha yang sudah dianggapnya sebagai kakak tersebut. Hanya saja, Bulan harus segera kembali melaporkan temuannya pada sang kakek dan berjanji akan kembali untuk menemui Zaha dikemudian hari."Ada apa, Cak? Apa ada sesuatu yang sangat penting? Sampai-sampai Cak membawaku ke sini." Tanya Zaha polos, bersikap seola
Masalah penyerangan yang menimpa Kuswoyo dan juga Kelompok Timur, bukan lagi masalah sederhana. Menurut Cak Timbul, serangan seperti ini sudah direncanakan dan bisa saja tujuan utama mereka adalah klan Naga yang baru saja terbentuk dan baru berumur dua minggu. Alasannya, pola serangannya hampir sama, dengan membuat kekisruhan terlebih dahulu, sebelum mereka melakukan serangan. Tidak main-main, karena yang ditargetkan adalah para petinggi wilayah. Komar lebih sedikit beruntung dibanding Kuswoyo. Karena saat penyerangan itu terjadi, ia bersama dengan banyak anggota utamanya. Sehingga berhasil menggagalkan serangan tersebut. Namun, bukan berarti Komar selamat tanpa mengalami kerugian. Karena lebih dari dua puluh bawahannya terluka dan lima di antara mereka, mengalami cidera cukup serius dan masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Oleh karena itu, Zaha segera membentuk dua tim untuk meninjau masalah i
Zaha tidak bisa memandang remeh kasus penyerangan yang menimpa beberapa orangnya oleh kelompok tidak dikenal dibeberapa wilayahnya, dalam waktu hampir bersamaan. Karena itu, ia segera memberi instruksi untuk setiap penanggung jawab wilayahnya, untuk bisa menemukan pelaku serangan ini secepat mungkin. Selain itu, mereka sudah memiliki sebuah petunjuk tentang tato harimau dari informasi yang diberikan oleh Kuswoyo. Hanya saja, bukan masalah yang mudah untuk memeriksa tato setiap orang di ibu kota ini. Tapi, paling tidak mereka bisa mewaspadai jika menemui orang aneh dengan ciri ini. "King, apa menurutmu ini memang ulah dari Rojak?" Tanya Virangel serius saat mereka sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Virangel menyimpan kecemasannya sendiri, setelah mendengar tentang nama ini. Waktu kecil, ia sering mendengar nama ini disebut oleh pamannya, Cak Timbul. Hanya saja, sampai ke titik ini, Cak Timbul tidak pernah lagi menyebut namanya. Hanya saja, Virangel mengingat dengan jel