"Pagi sayang!" Sapa Lania dengan senyuman ceria khas dirinya.
Lania melambaikan tangan ke arah Robby, gadis itu sebenarnya terkejut melihat bagaimana berantakan pria yang sangat mencintainya itu, tetapi Lania memilih untuk tidak peduli.
Robby menoleh dengan cepat, ia menatap dengan terkejut seseorang yang berdiri di hadapannya dengan melambaikan tangan ke arahnya.
"Kamu ngapain di rumah aku?!" Tanya Robby seteleh ia meletakkan gelasnya dengan kasar di atas meja.
Lania berjalan dengan senyuman yang masih mengembang mendekati Robby. Gadis itu berdiri tepat di depan Robby, jarak mereka hanya beberapa centi. Lania melihat rambut Robby yang berantakan, sangat berantakan. Tidak seperti dulu yang rapih walaupun baru bangun tidur sekalipun.
Lania merapikan rambut Robby, menyisir rambut ikal itu dengan jari-jari tangannya yang lentik. Hati Robby sedikit tersentuh, ia hampir menangis karena merindukan sedekat ini dengan Lania. Aroma lembut parfum Lania membuatnya benar-benar hampir gila, Robby ingin sekali mendekap gadis yang ada di hadapanya itu, memeluknya dengan erat, mengeluarkan semua isi kepala yang mengganggunya, dan mengatakan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.
Tetapi Robby sadar dengan cepat apa yang sudah dilakukan Lania terlalu menyakitinya, gadis itu sangat cocok bersanding dengan iblis. Dia cantik tetapi memiliki hati yang sangat buruk, Lania memanfaatkan semua hal yang menjadi nilai sempurna di dirinya untuk menghancurkan orang lain, dan orang itu adalah Robby sendiri.
Robby mundur beberapa langkah, menciptakan jarak antara mereka. "Mau apa kamu?!"
Lania tersenyum, "Sarapan" Lania menunjukkan kantung kresek yang berisi bubur ayam kepada Robby. "Sarapan bareng, yuk!"
Robby menggeleng, "Gila kamu, ya? Setelah apa yang udah kamu lakuin sama aku, masih berani kamu di sini? Gak punya malu kamu?"
Lania memilih tidak menjawab, gadis itu berbalik dan mengambil dua sendok untuk sarapan bersama Robby. "Ini bubur ayam kesukaan kamu lho, ayo cobain!"
Robby diam.
Melihat Robby hanya mematung, Lania kembali mendekatkan dirinya dengan tangan memegang bungkus bubur. Lania mencoba menyuapi Robby, tetapi Robby menepis tangannya sampai bubur yang ia pegang tumpah mengenaskan di lantai.
Emosi Lania hampir memuncak tetapi gadis itu menahannya, bibirnya tersenyum walaupun hatinya memaki Robby.
"Kamu kenapa sih, Rob?" Tanya Lania lembut.
"Keluar kamu dari sini!" Ucap Robby kasar.
"Kalo aku gak mau?" Tanya Lania menggoda.
"Aku bakal panggil security, biar mereka seret kamu keluar!" Ancam pria itu.
Lania menghela napas, "Aku ke sini mau ketemu tante Diana, dan kamu gak bisa larang aku!" Bohongnya.
"Mama udah gak di Jakarta, kamu gak punya alasan buat ada di sini lagi!"
"Ada!" Ucap Lania. "Karena aku calon istri kamu, Rob!"
"Hubungan kita udah berakhir Lania, bangun dari mimpi kamu!" Ucap Robby.
"Tapi aku gak setuju kita putus, aku gak mau putus!" Tegas Lania.
Robby menyeringai, "Seharusnya kamu pikirin hubungan kita sebelum kamu khianatin aku lagi, La!"
"Aku gak berkhianat!" Bela Lania yang mulai meninggikan suaranya.
Robby tersenyum kecil, "Kamu mau ngelak pun aku udah gak percaya sama kamu!"
Robby beranjak pergi meninggalkan Lania, tetapi gadis itu dengan cepat menahan lengannya. "Apa bukti aku selingkuh lagi, Rob?"
Robby menatap mata Lania yang memerah karena kesal, pria itu sudah benar-benar tidak mempercayai Lania. "Kamu bodoh atau gimana, La? Selingkuhan kamu ngupload percakapan kalian di base publik, kalo kamu ngelak itu bukan kamu, aku tujuh tahun sama kamu dan aku hafal betul cara typing kamu, dan satu hal lagi... Pesan yang kamu kirimin ke pria itu sama persis dengan pesan yang kamu kirim ke aku, bahkan sampe tanda bacanya sekalipun sama!"
Robby melepaskan genggaman Lania, "Aku udah gak bisa kamu bodohin, La, aku bukan orang bodoh yang bisa kamu manipulasi lagi!"
Lania mematung, ia tidak tahu bahwa Robby sedetil itu. Gadis itu benar-benar merasakan terpojok saat ini, tidak ada satu katapun yang muncul untuk mewakili pembelaannya.
"Dan sekarang anehnya pria itu hilang, dia gak bisa aku temuin dimanapun. Seolah dia tahu, kalo aku bakal nyari dia!" Ucap Robby tersenyum kecil tepat di samping telinga Lania.
Robby meninggalkan Lania yang masih mematung sendirian di dapur, pria itu akan bergegas ke kantor agar tidak bisa diganggu oleh Lania lagi.
Lania mengambil tasnya, gadis itu berlari kecil meninggalkan rumah Robby. Ia benar-benar buntu, tidak tahu harus pakai cara apa lagi agar Robby mempercayai dirinya sepenuhnya seperti dulu.
*******
Lania Avadya:
Siang ini kita ketemuan di tempat biasa.
Ambar menghela napas lelah setelah membaca pesan dari Lania. Ambar tahu pasti Lania sedang membutuhkan rencana untuk bisa mendapatkan Robby secepatnya, ia sangat yakin bahwa Lania sudah tidak bisa memikirkan rencana apapun.
"Kalo bukan karena Robby kaya, gue gak sudi perjuangin brengsek yang satu ini!" Gumam Ambar.
Ambar kembali melanjutkan pekerjaannya, hari ini sebenarnya ia begitu sibuk tapi untungnya perusahaannya membuka lowongan untuk anak magang sehingga pekerjaannya jauh lebih ringan dan ia bisa menyelesaikannya sebelum bertemu Lania.
"Mba Ambar, lagi sibuk ga?" Tanya salah satu anak magang yang bekerja di divisinya.
Ambar menoleh, "Ngga, kenapa?"
Anak perempuan itu berjalan mendekat, menunjukkan beberapa dokumen ke hadapan Ambar. "Dokumen ini harus dikasih ke Pak Dwi, tapi kata sekretaris minta di check ulang sama Mba Ambar"
Ambar mengambilnya, melihat sekilas semua dokumen yang diberikan si anak magang. "Oke, nanti biar Mba yang check. Kamu lanjutin kerjaan kamu lagi aja sana!"
Setelah anak magang itu benar-benar pergi, Ambar meletakkan dokumennya dengan kasar ke atas meja. "Si Dwi kerjaannya honeymoon mulu, kerjaan gue terus yang ngurus. Belom aja gue buat jatuh miskin sampe ngemis-ngemis itu orang!"
Ambar mengacak rambutnya kasar, ia benar-benar sangat kesal. "Kenapa semua pria di sekitar gue bajingan semua?"
*******
"Jadi Robby benar-benar berubah?" Tanya ulang Ambar.
Lania menganguk lemas, ia benar-benar tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi agar Robby kembali kepelukannya.
"Kalo sampe Robby mengakhiri hubungan kita, hidup gue gimana?" Lania menggeser gelas minumannya. "Sebentar lagi gue harus bayar sewa apartemen, uang tabungan gue juga menipis banget. Robby udah gak pernah transfer gue uang lagi, gue harus apa?"
Lania menundukkan kepalanya, ia benar-benar pusing sekarang.
"Ya, gampang" Jawab Ambar yang membuat Lania mengangkat kepalanya. "Ngelonte aja!"
"Emang gak ada otak lo, ya!" Kesal Lania.
Ambar mengendus geli, "Gue bercanda"
Lania tidak menanggapi, ia menganggap angin lalu semua yang dikatakan Ambar. Gadis itu cantik tapi ucapannya sangat pedas, jika orang asing mungkin akan merasa tersinggung dengan Ambar, tetapi bagi Lania yang sudah berteman dengan gadis itu sejak bertahun-tahun yang lalu, itu belum seberapa.
"Lo ambil hatinya Robby aja lagi" Ucap Ambar tiba-tiba.
"Gue juga udah ngelakuin itu kali!" Ketus Lania.
"Maksud gue, lo balik ke titik awal lagi. Lo baik-baikin Robby lagi, jadi malaikat dia lagi, jangan takut di maki-maki, buat diri lo seolah-olah lo benar-benar menyesal" Ambar menyesap kopinya sejenak, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Robby itu tergila-gila sama lo, kalo dia gak luluh itu mustahil. Ini cuma perkara waktu, lo pasti bisa buat dia dalam kendali lo lagi!"
Lania tersenyum setelah mendengar ucapan Ambar. Ia tidak berpikir sejauh itu, selama ini ia hanya ingin mendapatkan kepercayaan Robby dengan cepat, ia tidak peduli dengan proses karena Lania terlalu takut kehilangan Robby jika ia harus membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan kepercayaan Robby lagi. Tetapi sekarang ia sadar, Robby membutuhkan keyakinannya lagi, dan Lania akan membangunnya kembali.
"Okay, gue bakal buat Robby tergila-gila sama gue lagi. Bukannya anjing harusnya kembali kepada tuannya yang sesungguhnya?" Lania tersenyum devil.
Ambar membalas senyum Lania.
Kalau kata Leon, Ambar dan Lania itu manusia berjiwa iblis. Mereka sama-sama memiliki pikiran yang licik, mengorbankan orang lain dan bermain dengan kepercayaan orang agar selalu berdiri di atas puncak tanpa memberikan siapapun celah untuk bisa menyingkirkan mereka.
*******
Lania keluar dari mobilnya, setelah bertemu Ambar ia harus bertemu seseorang yang mengurus pernikahannya dengan Robby. Lania menempelkan ponselnya ke telinga, gadis itu sedang mencoba menghubungi orang WO untuk mengkonfirmasi pertemuan mereka.
"Hallo, Ini Lania Avadya" Ucapnya pada telepon.
"Saya mau konfirmasi kalau hari ini saya mau fitting gaun untuk pernikahan saya dan Robby, apakah bisa?"
Lania menghentikan langkahnya, gadis itu menahan air matanya yang sudah membendung. Kata-kata yang tidak pernah ingin ia dengar, kini harus ia dengar. Lania mengepalkan kuat-kuat jari-jemarinya, hatinya benar-benar sakit untuk sesaat.
"Sialan..." Lirihnya.
You Lose Me, You Find You
I Lose You, I Lose Me
"Mohon maaf, Bu Lania, tetapi pagi tadi pak Robby membatalkan semua persiapan yang sudah dilakukan. Pak Robby juga mengatakan bahwa pernikahan pak Robby dan Bu Lania batal" Jelas seorang wanita dari seberang sana dengan ragu-ragu. Lania mengepalkan kuat-kuat tangannya, ia merasa sangat terluka dan terhina karena Robby dengan mudahnya membatalkan persiapan pernikahan mereka yang sebentar lagi selesai. Lania langsung mematikan sambungan telepon, ia sudah tidak minat berbicara dengan orang WO. Kaki jenjangnya berbalik menuju mobil miliknya, ia harus bicara dengan seseorang yang sudah mempermalukan dirinya itu. Lania menancap gas pedal mobilnya, membelah kota Jakarta yang ramai dengan kesal yang tidak berujung. Pernikahan mereka tidak boleh batal, itu adalah hal yang tidak bisa siapapun ganggu gugat. Robby tidak seharusnya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak, semua waktu berharganya sudah ia
Robby Danian seorang pengusaha muda yang sedang berada di puncak kesuksesannya. Berawal dari usaha kecil yang ia buka setiap ada event di Ibu Kota sampai ia bisa membuka cabang hampir di seluruh Indonesia.Pria yang selalu mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan itu memulai kariernya dari bawah, dari nol. Ia bersama kekasihnya berjualan dengan berdampingan sinar matahari dan dinginnya air hujan di stand-stand yang terbuat dari terpal. Robby tidak pernah menyerah dalam merintis kariernya sampai ia berada di posisi dimana banyak orang memanggilnya Boss.Robby membuka kemeja putih yang semula ia pakai untuk acara pembukaan cabang usaha barunya. Pria itu membiarkan tubuh atasnya telanjang dan hanya memakai celana panjang. Robby merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, mengistirahatkan dirinya dan mencari hiburan dengan membuka sosial media.Robby menscroll setiap postingan orang lain yang muncul di berandanya, be
Lania menyiram wajah pria yang duduk di hadapannya dengan minuman yang sebelumnya ia pesan. Gadis itu sudah benar-benar kesal dengan kebodohan pria yang ia pilih menjadi selingkuhannya. Beberapa kali Lania menyumpah serapahi pria itu, dan pria itu tetap diam. Pikiran Lania sungguh buntu, ia benar-benar takut saat ini. Entah mengapa Lania berpikir masalah ini jauh lebih mengerikan daripada pertama kali Robby mengetahui perselingkuhannya. "Lania, maafin aku" Pria itu menggenggam tangan Lania, wajahnya tertunduk karena bersalah. Lania menempis tangan pria itu dengan kasar, "Kita itu menjalin hubungan di belakang Robby, dan seharusnya lo gak ceroboh upload percakapan kita di base publik!" "Iya, aku salah, aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat ungkap semuanya, aku hanya..." "Hanya apa?! Kebodohan lo ngebuat kepercayaan Robby hancur lagi, Yo!"  
Lania mengambil ponselnya yang berada di nakas. Tubuh gadis itu terlihat lemas, dengan kantung mata yang menghitam. Bibirnya pucat dan matanya sangat sayu. Sudah dua minggu sejak hari dimana ia membuat kehidupan mewahnya berada di ujung tanduk. Sejak saat itu pula ia tidak lagi mendapatkan kabar apapun dari Robby, sepertinya memang Robby ingin mengakhiri hubungan mereka, dan meninggalkan Lania karena kesalahannya. Lania mencari kontak nomor Ambar, lalu dengan cepat menelpon gadis itu. "Hallo, La?" "Lo dimana?" Tanya Lania dengan suara yang benar-benar lemas. "Di kantorlah, lo kenapa si suaranya lemes gitu? Sakit?" "Lo cepetan ke apartemen gue, gue butuh bantuan lo!" "Gue lagi kerja, Lania!" "Si Dwi gak bakal pecat lo, lo kan simpenan kesayangannya!"
Sudah satu minggu sejak Lania berada di rumah sakit, tetapi ia belum sekalipun melihat Robby menjenguknya. Setiap hari hanya Diana sendirian yang menjenguk dan menemani Lania, sampai Lania muak sendiri mengetahui hanya Diana yang datang.Lania menginginkan Robby untuk datang dan melihat betapa mengenaskan dirinya, ia tahu Robby akan luluh jika melihatnya sakit."Gue udah mau keluar rumah sakit tapi Robby tetep gak jenguk gue. Percuma gue hampir mati kemarin, tapi Robby tetep gak mau ketemu gue!" Maki Lania.Kini Lania hanya sendirian di kamar VIP yang luas itu, ia sudah cukup sehat daripada kemarin. Sepertinya Lania akan sudah boleh pulang dalam waktu dekat ini karena kondisinya semakin membaik.Gadis bernama lengkap Lania Khafasya itu melipat kedua tangannya di depan dada, kedua matanya menatap tajam ke layar televisi yang sedang menampilkan acara musik. Suasana hatinya benar
Ambar masuk ke dalam restoran, aroma masakan yang enak-enak menyambutnya dengan baik saat ia pertama kali melangkah masuk. Siang ini adalah siang yang tidak pernah Ambar inginkan kehadirannya, karena entah rencana apa yang ingin dilakukan Leon, pria itu tiba-tiba mengajak bertemu di restoran ini sekarang. Leon adalah salah satu orang yang paling Ambar hindari, ia bisa menjadi ular yang sangat berbisa dan bisa juga menjadi kelinci yang lucu. Pria itu pandai bermain perannya. Ambar duduk di bangku paling pojok, ia sudah bisa menebak jika keinginan Leon untuk menemuinya adalah membuat keributan baru. Untuk itu ia mengambil meja di tempat yang jarang orang tempati. Ponsel Ambar berdenting memperlihatkan pesan masuk di sana. Zero: Gua ngawasin dia 24jam, bos tenang aja! Ambar tersenyum.
"Mohon maaf, Bu Lania, tetapi pagi tadi pak Robby membatalkan semua persiapan yang sudah dilakukan. Pak Robby juga mengatakan bahwa pernikahan pak Robby dan Bu Lania batal" Jelas seorang wanita dari seberang sana dengan ragu-ragu. Lania mengepalkan kuat-kuat tangannya, ia merasa sangat terluka dan terhina karena Robby dengan mudahnya membatalkan persiapan pernikahan mereka yang sebentar lagi selesai. Lania langsung mematikan sambungan telepon, ia sudah tidak minat berbicara dengan orang WO. Kaki jenjangnya berbalik menuju mobil miliknya, ia harus bicara dengan seseorang yang sudah mempermalukan dirinya itu. Lania menancap gas pedal mobilnya, membelah kota Jakarta yang ramai dengan kesal yang tidak berujung. Pernikahan mereka tidak boleh batal, itu adalah hal yang tidak bisa siapapun ganggu gugat. Robby tidak seharusnya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak, semua waktu berharganya sudah ia
"Pagi sayang!" Sapa Lania dengan senyuman ceria khas dirinya. Lania melambaikan tangan ke arah Robby, gadis itu sebenarnya terkejut melihat bagaimana berantakan pria yang sangat mencintainya itu, tetapi Lania memilih untuk tidak peduli. Robby menoleh dengan cepat, ia menatap dengan terkejut seseorang yang berdiri di hadapannya dengan melambaikan tangan ke arahnya. "Kamu ngapain di rumah aku?!" Tanya Robby seteleh ia meletakkan gelasnya dengan kasar di atas meja. Lania berjalan dengan senyuman yang masih mengembang mendekati Robby. Gadis itu berdiri tepat di depan Robby, jarak mereka hanya beberapa centi. Lania melihat rambut Robby yang berantakan, sangat berantakan. Tidak seperti dulu yang rapih walaupun baru bangun tidur sekalipun. Lania merapikan rambut Robby, menyisir rambut ikal itu dengan jari-jari tangannya yang lentik. Hati Robby sed
Ambar masuk ke dalam restoran, aroma masakan yang enak-enak menyambutnya dengan baik saat ia pertama kali melangkah masuk. Siang ini adalah siang yang tidak pernah Ambar inginkan kehadirannya, karena entah rencana apa yang ingin dilakukan Leon, pria itu tiba-tiba mengajak bertemu di restoran ini sekarang. Leon adalah salah satu orang yang paling Ambar hindari, ia bisa menjadi ular yang sangat berbisa dan bisa juga menjadi kelinci yang lucu. Pria itu pandai bermain perannya. Ambar duduk di bangku paling pojok, ia sudah bisa menebak jika keinginan Leon untuk menemuinya adalah membuat keributan baru. Untuk itu ia mengambil meja di tempat yang jarang orang tempati. Ponsel Ambar berdenting memperlihatkan pesan masuk di sana. Zero: Gua ngawasin dia 24jam, bos tenang aja! Ambar tersenyum.
Sudah satu minggu sejak Lania berada di rumah sakit, tetapi ia belum sekalipun melihat Robby menjenguknya. Setiap hari hanya Diana sendirian yang menjenguk dan menemani Lania, sampai Lania muak sendiri mengetahui hanya Diana yang datang.Lania menginginkan Robby untuk datang dan melihat betapa mengenaskan dirinya, ia tahu Robby akan luluh jika melihatnya sakit."Gue udah mau keluar rumah sakit tapi Robby tetep gak jenguk gue. Percuma gue hampir mati kemarin, tapi Robby tetep gak mau ketemu gue!" Maki Lania.Kini Lania hanya sendirian di kamar VIP yang luas itu, ia sudah cukup sehat daripada kemarin. Sepertinya Lania akan sudah boleh pulang dalam waktu dekat ini karena kondisinya semakin membaik.Gadis bernama lengkap Lania Khafasya itu melipat kedua tangannya di depan dada, kedua matanya menatap tajam ke layar televisi yang sedang menampilkan acara musik. Suasana hatinya benar
Lania mengambil ponselnya yang berada di nakas. Tubuh gadis itu terlihat lemas, dengan kantung mata yang menghitam. Bibirnya pucat dan matanya sangat sayu. Sudah dua minggu sejak hari dimana ia membuat kehidupan mewahnya berada di ujung tanduk. Sejak saat itu pula ia tidak lagi mendapatkan kabar apapun dari Robby, sepertinya memang Robby ingin mengakhiri hubungan mereka, dan meninggalkan Lania karena kesalahannya. Lania mencari kontak nomor Ambar, lalu dengan cepat menelpon gadis itu. "Hallo, La?" "Lo dimana?" Tanya Lania dengan suara yang benar-benar lemas. "Di kantorlah, lo kenapa si suaranya lemes gitu? Sakit?" "Lo cepetan ke apartemen gue, gue butuh bantuan lo!" "Gue lagi kerja, Lania!" "Si Dwi gak bakal pecat lo, lo kan simpenan kesayangannya!"
Lania menyiram wajah pria yang duduk di hadapannya dengan minuman yang sebelumnya ia pesan. Gadis itu sudah benar-benar kesal dengan kebodohan pria yang ia pilih menjadi selingkuhannya. Beberapa kali Lania menyumpah serapahi pria itu, dan pria itu tetap diam. Pikiran Lania sungguh buntu, ia benar-benar takut saat ini. Entah mengapa Lania berpikir masalah ini jauh lebih mengerikan daripada pertama kali Robby mengetahui perselingkuhannya. "Lania, maafin aku" Pria itu menggenggam tangan Lania, wajahnya tertunduk karena bersalah. Lania menempis tangan pria itu dengan kasar, "Kita itu menjalin hubungan di belakang Robby, dan seharusnya lo gak ceroboh upload percakapan kita di base publik!" "Iya, aku salah, aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat ungkap semuanya, aku hanya..." "Hanya apa?! Kebodohan lo ngebuat kepercayaan Robby hancur lagi, Yo!"  
Robby Danian seorang pengusaha muda yang sedang berada di puncak kesuksesannya. Berawal dari usaha kecil yang ia buka setiap ada event di Ibu Kota sampai ia bisa membuka cabang hampir di seluruh Indonesia.Pria yang selalu mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan itu memulai kariernya dari bawah, dari nol. Ia bersama kekasihnya berjualan dengan berdampingan sinar matahari dan dinginnya air hujan di stand-stand yang terbuat dari terpal. Robby tidak pernah menyerah dalam merintis kariernya sampai ia berada di posisi dimana banyak orang memanggilnya Boss.Robby membuka kemeja putih yang semula ia pakai untuk acara pembukaan cabang usaha barunya. Pria itu membiarkan tubuh atasnya telanjang dan hanya memakai celana panjang. Robby merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, mengistirahatkan dirinya dan mencari hiburan dengan membuka sosial media.Robby menscroll setiap postingan orang lain yang muncul di berandanya, be