Malam sudah cukup larut dan Lily pun juga sudah hampir tertidur saat seseorang tiba-tiba mendatangi kamarnya tanpa mengetuk pintu. Lily sempat terkejut dan segera bangkit dari posisi berbaringnya sambil menarik selimut di dadanya, Lily merasa kurang nyaman karena hanya mengunakan gaun tidurnya yang tidak terlalu tebal.
Meski Brandon masih berdiri tanpa bicara tapi Lily tau suasana hati pria itu sedang baik, sejak awal dia yakin Brandon pasti akan memaafkan saudarinya asal ada yang mau mulai mengalah lebih dulu."Terimakasih, Your Grace."Bersama seseorang yg bisa membaca pikiran sering kali membuat kita tidak perlu menjelaskan tentang apa pun, tapi kau juga akan kesulitan menyembunyikan kebohongan darinya.Netra biru gadis itu seperti menyala saat menatap Brandon Lington yang masih berdiri dalam keremangan."Aku tau itu semua adalah ulahmu," Brandon mulai berjalan mendatanginya."Saya hanya ingin melihat Anda bahaLady Annelies dan Jeremy pergi ke Newcastle lebih dulu sementara Brandon dan Lily langsung ke Yorkshire karena Brandon masih bersikeras untuk bertemu Lord Harrington. Sepanjang perjalanan Lily tak berhenti berdoa agar Brandon tiba-tiba berubah pikiran dan membawanya pergi kemanapun asal jangan menemui orang tuanya, Lily benar-benar belum siap."Brandon kita bisa berhenti di penginapan jika kau tertarik untuk mempertimbangkan keputusanmu lagi."Brandon hanya menggeleng ringan."Mungkin aku juga bisa memberi kelonggaran untukmu.""Jangan coba menyuapku dengan tubuh Anda, Lady.""Sungguh aku belum siap," Lily mulai rela memohon asal Brandon mau mengurungkan niatnya untuk bertemu orang tuanya."Setauku kau bukan pengecut, Lily.""Ini bukan masalah sepele, Your Grace." Lily coba kembali mengingatkan."Aku akan tetap menemui Lord Harrington !" tegas Brandon membuat Lily kehabisan akal.Sementara Lily tau, orang tuanya tidak ha
THE LAST LADYSemua yang sudah membaca sampai di sini pasti sudah pada tau bagaimana kisah Lady Cecil sudah bergulir selama ini. Sepertinya sang Lady memang tidak pernah terlepas dari kemalangannya yang bertubi-tubi sampai rasanya sudah nyaris seperti kutukan baginya. Meskipun Lady Cecil terlahir dengan fisik sempurna tanpa celah, namun sepertinya seluruh kebaikan dan kelembutannya justru terlalu polos untuk menghadapi kenyataan, hingga berulang kali sang Lady harus kembali tergelincir pada pilihan yang salah. Bukannya dia tidak menginginkan pernikahan sempurna seperti kedua adik perempuannya, Lucy dan Lily, tapi Lady Cecilia Harrington cukup sadar diri jika pria yang di inginkannya memang tidak akan pernah bisa ia miliki. Cecil hanya merasa sangat buruk karena diam-diam menginginkan pria yang dia tau hanya akan mencintai adik perempuannya. *****Lady Marry ingat apa yang pernah di katakan Duke of Greenock ketika menemuinya
Sepertinya semua orang masih sangat kelelahan setelah pesta siang tadi, banyak yang melewatkan makan malam dan memilih beristirahat di kamar mereka masing-masing. Malam memang sudah larut dan hanya Lady Cecil yang merasa berkeliaran karena masih belum bisa memejamkan mata setelah berulang kali mencobanya. Cecil bermaksud mendatangi kamar bibi Dorothy karena memang hanya wanita tua itu sekarang yang tersisa untuk menyimak segala keluhan tak bergunanya. Tapi Sepertinya Cecil harus kembali kecewa karena sang bibi tenyata malah sudah tertidur dengan posisi setengah duduk di sofa kamarnya lengkap dengan beberapa benang sulam yang ikut jatuh di dekat kakinya. Cecil sempat merapikan peralatan menyulam sang bibi dan menggeser punggungnya untuk bisa bersandar dengan nyaman.Lady Cecil bermaksud segera kembali kekamarnya, menyusuri Lorong kamar-kamar tamu yang sudah sunyi. Karena dia tidak membawa lilin jadi harus melalalui lorong sunyi itu dengan lebih hati-hati jika tidak
Cecil ingat saat tubuhnya menggigil di atas rumput lembab setelah semalaman dirinya bermalam di taman labirin. Saat itu Henry lah yang tiba-tiba datang padanya, ikut berjongkok di rumput untuk membujuknya dengan lembut dan hati-hati, kesabaran Henry membuat Cecil percaya jika masih ada pria di dunia ini yang layak ia percaya "pria sederhana yang mau belajar" itulah Henry Stanley, seperti apa yang sering dia katakan kepada Lily.Cecil juga akan selalu ingat bagaimana gaun lembabnya yang kotor karena embun dan semak rumput waktu itu ikut mengotori kemeja putih Henry, tapi pemuda itu sama sekali tidak merasa risi atau keberatan saat mengangkat tubuh Cecil dan membawanya pulang kembali kedalam rumah. Bahkan pemuda itu rela menunggu saat bibi Dorothy membersihkan tubuhnya dari sisa rumput dan mengganti gaunnya. Henry memang baru pergi setelah berulang kali bibi Dorothy meyakinkan bahwa Nonanya akan baik-baik saja.Sejak saat itu sang Lady mulai di
Henry sudah duduk di sebelah kakak laki-lakinya Brandon, ketika Cecil bergabung untuk makan malam. Cecil berusaha mengatasi kecanggungan nya untuk meyakinkan Henry bahwa dirinya akan baik-baik saja. Cecil juga sudah cukup berhati-hati karena ada Lily di antara mereka, bagaimanapun dia tidak mau Lily mendengar pikiran sekecil apapun dari kepalanya karena dia akan mengacaukan segalanya. Cecil tau persis sifat Lily, untungnya Cecil juga memang sudah sangat ahli dalam hal mengecoh adik perempuannya itu, dia bisa memikirkan banyak hal menyenangkan untuk memenuhi pikirannya agar tak terbaca oleh Lily. Hal menyenangkan adalah sesuatu yang paling mudah untuk dipikirkan meskipun selama ini yang Cecil tau hanyalah benang sulam dan makanan manis, karena itu sebenarnya Lily tetap akan tau kapan ketika kakak perempuannya sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari nya.Sudah beberapa hari Cecil melewatkan makan malam, rasanya tidak mungkin dirinya akan bersembunyi terus, dan ini ada
Cecil memang tidak pernah berkuda, karena itu dia sempat bingung harus mengenakan pakaian seperti apa, bibi Dorothy bahkan sampai harus beberapa kali mengganti pakaian sang Lady."Sepertinya ini jauh lebih baik. "Cecil mengenakan pakaian musim semi dari bahan katon yang lebih ringan untuk bergerak, tidak terlalu banyak motif dan kerut, potongannya lebih simple dan nyaman untuk kegiatan di luar ruangan."Apa saya perlu mengantar Anda, My Lady? ""Tidak perlu Bibi, aku hanya akan pergi ke istal dan mereka sepertinya sudah menungguku di sana."Cecil Buru-buru keluar setelah menyambar topinya dan memakainya sambil berjalan. Sang Lady berjalan cepat menyebrangi halaman rumput, matahari sudah naik agak tinggi dan udara musim semi memang selalu terasa lebih ringan untuk dihirup. Seperti menikmati kebebasan, ternyata hal sesepele ini juga tidak pernah Cecil nikmati sebelumnya, mungkin karena selama ini dia terlalu sibuk denga jarum dan benang sulamn
Lady Cecil tidak dapat menutupi kegembiraannya ketika mendapat berita mengenai pernikahan Edward yang akan di langsungkan akhir musim semi ini. Cecil segera meletakkan benang sulam dan berlari mendatangi ruang kerja ayahnya."Papa apa kita akan pergi? " taya Cecil ketika membuka pintu tanpa mengetuk, "aku dengar dari bibi Dorothy bahwa sepupu Edward akan menikahi Lady Ellanna.""Kita harus mendukung mereka," kata George cukup tenang jika menilai antusiasme putrinya yang mengejutkan."Itu artinya kita semua akan ke Northumberland? ""Ya, " George hanya mengangguk kemudian merapikan kembali berkas-berkas di mejanya."Apa yang lain juga kan datang? ""Adik perempuanmu Lily yang memberitahu kita, sepertinya dia juga akan membawa semua orang."Cecil hanya tersenyum, dia tau seperti apa sifat adik perempuannya itu, hampir mustahil ada yang menolak keinginannya karena dengan akal cerdiknya pasti Lily tetap akan menemukan ribuan cara untuk me
Walau akhirnya James tetap tidak mau datang di pernikahan putranya tapi pernikahan Edward dan Ella tetap berlangsung dengan sangat mengharukan. Semua ikut bahagia karena tidak pernah membayangkan bagaimana akhirnya Stanley dan Winston bisa saling berbaur dalam kedamaian. Brandon dan Lily duduk satu meja bersama Edward dan Ella, andai masih ada kursi tersisa pasti Jeremy juga akan bergabung dengan mereka sayangnya memang hanya ada empat kursi dalam satu meja. George dan Nicholas juga duduk dalam satu meja sedang menyaksikan keakraban para putra putrinya. "Kuharap James akan segera bergabung bersama kita," kata George dengan cukup bangga saat menatap keharmonisan keluarga barunya. "Hanya kau yang bisa membuatnya percaya bahwa kita semua tidak akan pernah meninggalkannya. " kata Mia pada suaminya. Dan George pun tersenyum untuk meraih tangan istrinya kemudian mengecupnya bebe