Empat bulan ke mudian
Lucy dibawa David pulang ke Newcastle sejak kehamilan enambulan nya, sekarang tinggal Lily dan Cecil yang tinggal di Chatebury bersama neneknya.
Sikap Lily juga jadi semakin pendiam sejak saat kepulangannya bersama Brandon Lington saat itu, karena itu Cecil semakin cemas melihat kondisi adik perempuannya. Lily pernah mengalami depresi yang berat setelah kepergian William dan Cecil tidak mau hal seperti itu sampai terjadi lagi. Walaupun tidak tau pasti tentang hubungan adik perempuannya dan Brandon Lington tapi Cecil masih cukup peka dengan semua saudari perempuannya.
Tiap kali sedang sendiri dan merasa di tinggalkan Lily selalu akan kembali teringat kakak laki-lakinya, William, karena rasanya hampir sama.
William Harrington yang selalu berjanji akan menyayanginya pun juga sudah pergi dan Lily tau dia sudah tidak akan bisa kembali tak peduli sebesar apapun dia menginginkannya. Kadang secara tidak sadar kita memangLily yakin semuanya akan tetap berlalu sama seperti yang lainnya, dulu dia juga pernah kehilangan Will dengan tidak mudah bahkan sempat meninggalkan trauma dalam waktu yang cukup lama. Untuk Brandon sepertinya Lily lebih bisa mengerti, Duke of Greenock memang memiliki tanggung jawab yang tidak sederhana.Henry kembali berkunjung di awal musim panas sebelum seasons di mulai, pemuda itu sengaja tidak membahas apapun tentang kakak laki-laki nya, Lily pun berusaha bersikap normal meski akhirnya tetap menjadi canggung. Karena sejak kepulangannya dari Lockwood bersama Brandon Lington waktu itu Lily belum pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk bicara kepada Henry."Maafkan aku, Henry," kata gadis itu pada akhirnya, karena sudah tidak tahan lagi jika harus terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa di antara mereka."Tidak apa-apa," kata Henry agak mengejutkan."Benarkah kau tidak ingin marah padaku?""Aku akan sangat marah jika dia bukan Brandon."
Tiga tahun berlalu...."Bibi bisakah kau ambilkan keranjang untuk willo ?""Apa dia sakit lagi, My Lady? " bibi Dorothy ikut merunduk untuk memastikan mahluk kecil di pangkuan nonanya masih bergerak."Dia masih agak lemah, Bibi.""Akan kuambilkan keranjangnya, mungkin willo perlu istirahat."Taklama Bibi Dorothy sudah kembali dengan membawa keranjang yang sudah di lapisi bantalan lembut dan selimut kecil. Pelan-pelan Lily memindahkan mahluk kecil itu dari pangkuannya dengan hati-hati. Sudah hampir satu minggu anjing kecil berbulu kuning itu kehilangan selera makannya, sampai puncaknya dua hari lalu Willo sama sekali tidak mau makan Lily sangat khawatir melihat kondisi anjing kesayangan nya itu . Lily ingat bagaimana mahluk kecil itu selalu setia menemaninya dalam setiap masalah, sejak William pergi Lily memang semakin sering menjadikan anjing pemberian kakak nya itu sebagai teman bicara, meski mahluk berbulu kuning itu hanya bisa m
Lily memang benar-benar kembali bertemu dengan Brandon Lington, dan entah bagaimana Duke of Greenock itu sama sekali tidak pernah terlihat buruk meski sepertinya sudah beberapa hari tidak ber cukur.Tanpa ingin ber lama-lama mengagumi sang Duke, Lily segera sadar jika pria itu hanya akan menyesatkannya. Selanjutnya Lily hanya tersenyum mendapati Brandon yang masih terkejut melihatnya kedatangnya bersama Henry.Sepertinya Lily memang sudah tumbuh terlalu banya selama beberapa tahun ini, dia sudah menjadi seorang wanita muda yang matang dan sulit sekali bagi Brandon Lington untuk berhenti memikirkannya meski dia tau gadis itu pasti sudah mendengar semua isi kepalanya dengan lantang dan itu memalukan.Gadis itu bersama adik laki-lakinya kali ini,Brandon coba berpikir masuk akal. Bukannya Henry tidak menyadari ketegangan kakak laki-lakinya tiap kali diam-diam memperhatikan gadis muda yang duduk di sampingnya. Henri hanya berusaha berpikir wajar, karena bagaim
Lily pergi mengetuk kamar Henry, dan menunggu tidak sabar sampai pintu kamar pria itu terbuka."Hay, kenapa kau belum tidur? ""Aku ingin bicara."Henry berpikir sebentar untuk memutuskan karena sudah larut malam, "Baiklah, tunggu sebentar aku akan mengambil manteku untukmu."Henry melihat gadis itu hanya memakai gaun tipis yang sangat tidak sesuai dengan udara malam di Utara.Henry membawa Lily untuk duduk di kursi taman tak terlalu jauh dari rumah utama. Ada kolam air mancur kecil dan tanaman teratai berbungan putih yang terlihat bersinar dalam cahaya malam. Henry sengaja ingin membuat gadis itu agar merasa lebih nyaman saat mulai bercerita."Aku tidak tau harus memulainya dari mana? " gadis itu terlihat bingung untuk megatakan sesuatu."Aku tau kalian menikah," kata Henry tiba-tiba dan Lily terkejut karena dia pikir selama ini hanya dirinya dan Brandon yang mengetahui hal itu."Oh ," Lily masih membekap mulutnya sendiri,
Tiga tahun yang lalu....Duke of Greenock dan adik laki-lakinya Henry sudah berada di dalam keretanya siap untuk meninggalkan halaman Harrington, setelah mengantarkan Lady Lilyan kembali pada keluarganya."Aku tidak tau apa yang kau lakukan ?" tanya Henry masih melihat keluar jendela keretanya di mana Lily dan kakak perempuannya masih berdiri di halaman berumput bersama sang Nenek, Cecil dan Lady Mery masih melambai kepada mereka sementara Lily hanya memilih diam memperhatikan kereta mereka sampai benar-benar meninggalkan halaman Harrington. Cuaca pagi itu tidak terlalu cerah dan agak berawan, aroma daun musim gugur yang baru tersiram hujan tadi malam masih memenuhi udara lembab yang tidak banyak bergerak, sepertinya hujan akan kembali turun malam itu.Brandon masih tak bergeming duduk kaku di dalam kereta yang akan membawa mereka kembali ke utara."Katakan padaku."Sekali lagi Brandon hanya menatap adik laki-lakinya dalam kebisuan
"Your Grace," Lily memberi salam hormat pada Duke of Northumberland yang baru kembali dari London. Sementara Lily sudah dayang beberapa hari yang lalu."Lily," Edward tetap saja terkejut melihat gadis itu ternyata benar-benar berada di kediamannya. Edward memang buru-buru kembali dari London begitu mendapat berita dari pengurus rumahnya tentang kedatangan sepupunya."Maaf aku tidak memberitahumu jika akan berkunjung.""Datanglah kapanpun Lilyku dan bukankah sudah sering kali kubilang akulah yang akan menjagamu dengan senang hati jika kau tidak memilih putra-putra stanley itu," Edward membawanya duduk ke sofa."Edward apa kau akan marah jika aku memilih bersama orang yang salah ?""Tentu Lilyku," Edwar setengah berjonkok di depan Lily untuk kembali mengecup kedua punggung tangannya."Apa kau juga marah pada Jeremy ?""Oh, Lily apa sebenarnya yang ingin kau katakan ?" Edward mulai curiga dengan bahasa Lily yang berputar-putar.Li
"Kupikir kau tidak akan kembali."Brandon sedang berbaring di ranjangnya saat menyaksikan gadis muda itu baru menurunkan tudung jubahnya. Lily baru datang bersama Hery dan langsung mendatangi kamar sang Duke, tak peduli meski saat itu sudah larut malam dan tidak sopan untuk mendatangi kamar seorang pria. Lily segera berjalan mendekati Brandon Lington yang masih memilih berbaring di ranjangnya, dia sudah duduk di sisi ranjang di sebelahnya saat tiba-tiba menyadari ada yang aneh dengan pria itu."Apa Anda sakit? " Tanya Lily curiga melihat Brandon seperti sedang menahan sesuatu yang menyakitkan di sisi perutnya."Oh apa ini? " Lily menyibak sebagian selimutnya dan terkejut menyaksikan bekas Luka sayatan di sisi perut Brandon yang masih agak basah, jelas itu bukan luka baru melainkan luka lama yang sudah mulai infeksi."Ini bukan apa-apa, dokter sudah menanganinya dan sudah jauh lebih baik.""Oh Tuhan, bagaimana bisa Anda mengabaikan hal seperti ini Y
Lady Annelies sedang duduk di beranda rumah pantai mereka menimang bayi perempuan berambut merahnya.Jeremy baru datang membawa surat dari keluarganya, sesuatu yang sangat jarang terjadi sebenarnya, karena memang hanya saudara laki-laki nya Edward yang tau alamat mereka sekarang."Lily," kata sang Lady saat mengoreksi kembali surat di tangannya."Aku tidak tau kenapa dia banyak bercerita tentang saudara laki-lakimu," Jeremy juga merasa heran.Anne baru saja mengusap airmatanya, karena dia tau selama ini tidak ada yang cukup peduli pada Brandon. Tidak seperti saudaranya yg lain, dari kecil Brandon memang sudah harus tinggal terpisah dari orangtuanya, Anne baru sadar ternyata dia sudah sangat merindukan saudara laki-lakinya itu."Kita akan pulang Jeremy," putus sang Lady tiba-tiba."Kau merindukan mereka? "Anneliess mengangguk, "Seharusnya Brandon juga bahagia."Bukannya Jeremy tidak pernah menawarkan untuk pulang, t
Henry sadar dia sudah sangat terlambat untuk sebuah pesta, dia hanya berharap cukup beruntung untuk bisa menemukan siapapun yang mungkin masih belum tidur di malam selarut ini. Samar-samar Henry mendengar sedikit keributan dari ruang perjamuan yang seharusnya sudah kosong, dia agak terkejut karena melihat Lady Cecilia Harrington yang sedang menikmati minumannya bersama dengan Houl Anderson. Henry hanya tak berminat untuk mengusik obrolan mereka, karena sepertinya Lady Cecil juga terlihat banyak tertawa malam itu. Bahkan saat dia melihat Houl membawa sang lady ke salah satu kamar tamu sepertinya Henry juga tidak merasa memiliki hak untuk melarangnya walaupun dia tau pria macam apa Houl Anderson selama ini.*****Dua bulan kemudian Henry tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Lucy yang mengatakan bahwa Lady Cecil sedang mengandung anaknya. Walaupun berita itu masih mengejutkan, tapi Henry memang tetap akan bertanggung jawab tanpa keraguan. Karena jika mem
Tinggal di London memang bukan pilihan mudah, Lady Cecil pasti harus bertemu kembali dengan Houl Anderson di beberapa kesempatan dalam pergaulan masyarakat London. Selain itu Henry juga memiliki beberapa urusan bisnis dengan perusahaan Anderson dalam pembelian beberapa kapal, itulah kenapa mereka jadi lebih sering bertemu akhir-akhir ini. Cecil memang sudah lebih pasrah untuk menghadapi kenyataan hidupnya, bahkan dia sudah rela jika Houl akhirnya memang memilih untuk menghancurkannya.Sementara di sisi lain Houl sepertinya juga hanya bisa menyaksikan keharmonisan keluarga Cecil dan Henry yang terlihat sempurna itu dengan rasa iri yang semakin luar biasa. Houl benar-benar tidak bisa mencegah rasa cemburunya tiap kali melihat kedekatan Henry dengan putrinya. Walaupun Houl sadar sepertinya Lady Cecil memang benar, gadis kecil itu memang sudah tidak membutuhkannya.... *****Lady Cecil sedang bermain bersama pu
Bayi montok itu sepertinya sayup-sayup mulai tertidur di pangkuan ibunya, Cecil sengaja menggunakan kebisuannya sebagai alasan untuk tidak mengganggu jam tidur siang putrinya, dan hal itu memang terlihat wajar oleh Henry. Henry juga tidak banyak bertanya ketika Cecil tadi buru-buru mengajaknya pulang. Jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, sepertinya Mia kecil memang belum benar-benar terlelap ketika kereta mereka sudah kembali berhenti di halaman rumah mereka sendiri.Henry turun lebih dulu untuk mengambil Mia dari pangkuan ibunya, bayi lima bulan itu menghisab-hisab bibir bawahnya sambil tertidur, Henry cukup berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Henry langsung membawa putrinya ke kamar bayi, sementara Cecil hanya berjalan mengekor di belakang mereka dengan langkah malas karena berbagai bayangan mengerikan di otaknya. Cecil takut kehilangan putrinya, Cecil takut kehilangan Henry tapi dari semua itu ternyata Cecil paling takut jika sampai putrinya kehilangan
"Bangunlah Lady, lihat kita sudah terlambat untuk menghadiri pesta pamanmu," bisik Henry menggelitik telinga Cecil yang masih enggan untuk bergerak akibat jam tidurnya yang semakin berantakan belakangan ini."Oh, " keluh Cecil ketika melihat Henry yang sudah duduk setengah menaunginya dengan selimut yang sekedar jatuh di garis rendah pinggangnya."Kita sama-sama bangun kesiangan.""Bagaimana dengan Putri kita? " Cecil baru ingat harus menyiapkan putrinya juga."Lily sudah membawanya, dan kita akan segera menyusul."Henry sudah menarik selimut mereka dan mengangkat Cecil tiba-tiba."Kau akan membawaku kemana? " Protes Cecil bingung."Bak mandi," tambah Henry dengan acuh, "kita perlu menghemat waktu.""Aku ragu dengan hal itu," keluh Cecil meski tidak sungguh-sungguh dengan keberatannya ketika Henry benar-benar memasukkannya kedalam bak yang sudah berisi air hangat. "Oh Tuhan, apa kau serius akan melakukan ini."Henry teta
Cecil terlihat sangat buruk ketika Lucy datang, entah sejak kapan kakak perempuannya itu sudah duduk seperti mayat hidup penunggu bingkai jendela.Lucy yang baru datang dari Newcastle segera mendatangi kediaman kakaknya, entah sudah berapa lama dirinya tidak melihat Cecil, kakaknya itu terlihat agak kurus dan pucat. sambil melepas kancing mantelnya Lucy berjalan menghampiri kakak perempuannya, dia meletakkan mantel tersebut di punggung kursi yang akhirnya dia duduki untuk menghadapi Cecil yang masih diam seperti marmer beku yang sewaktu-waktu bisa hancur atau terbelah. Ya, sepertinya Cecil memang sedang labil seperti apa yang ia tulis dalam surat-suratnya."Sepertinya aku akan gila Lucy," ungkap Cecil seperti sudah benar-benar kehilangan semangat hidup."Apa yang ter jadi?" tanya Lucy yang mulai memperhatikan gadis kecil di pangkuan kakaknya, gadis kecil itu kembali menggeliat saat Cecil coba menahannya di sana. Lucy pun segera mengulurkan tangannya untuk
Bagaimana semua ini bisa terjadi, dirinya menikahi wanita yang juga tidak menginginkannya. Bahkan kali ini dirinya juga sedang melakukan saran sang Lady untuk mencari wanita untuk kesenangannya. Henry memasuki sebuah rumah hiburanyang terkenal menyajikan wanita-wanita dengan kualitas terbaik di seluruh London. Tadinya dia pikir beberapa wanita akan cukup untuk melupakan masalahnya, tapi ternyata dirinya tetap tidak bisa menikmati apa pun di tempat itu, begitulah akhirnya Henry kembali memilih pulang dengan berjalan kaki. Henry sampai kembali dirumahnya setelah lewat tengah malam, dan dia hanya ingin segera kembali melihat putrinya. Dia segera berjalan menaiki tangga tanpa memanggil pelayan dia hanya melempar mantelnya di sofa kemudian langsung menuju kamar bayi. Henry hanya tidak menyangka bakal menemukan Lady Cecil yang sedang tertidur di kamar bayinya sambil menyusui putrinya, Henry yang masih berdiri di ambang pintu hanya memperhatikannya sampai bebe
Akhirnya lady Cecil siuman setelah hampir dua minggu, bibi Dorothy segera membantu sang Lady untuk duduk."Oh, Nona, apa Anda ingin minum, " sang bibi sudah mengambil cangkir berisi air putih untuk nonanya yang sepertinya belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi."Bibi dimana bayiku?, tanya Cecil setelah menyentuh perutnya yang rata."Putri Anda sedang tidur di kamarnya," terang sang bibi sambil kembali membenahi selimut Lady Cecil."Putri, " kutip Cecil, dan sang bibi hanya mengangguk dan tersenyum." Istirahatlah, Nona, ini masih larut. ""Aku ingin melihatnya," mohon Cecil."Bayi Anda masih tidur. ""Aku hanya ingin melihatnya, antarkan aku ke kamar bayiku, " Cecil benar-benar mulai berkeras sampai sang bibi tidak punya pilihan kecuali menuruti keinginan nonanya."Baik lah tapi Anda masih harus berhati-hati saat berjalan, Nona. "Cecil mengangguk dan mengikuti instruksi sang bibi untuk tetap berpegangan p
"Bangunlah Cecil... Bangun! " Henry kembali memberinya udara untuk mendorong paru-parunya kemudian memompa lagi, berulang-ulang sampai tiba-tiba nafas Lady Cecil kembali tersengal berat dan Henry merasakan jantunya ikut berdenyut kembali."Oh Tuhan...! " Mia terlonjak dari keterpurukannya dan segera kembali memeriksa denyut nadi dan jantung putrinya"George tolong aku! "Henry segera bangkit dan mundur menjauh, membiarkan George dan Mia menangani putrinya. Mia menggosok telapak tangan dan telapak kaki Cecil agar tetap hangat, George menarik batal memiringkan putrinya ke kiri sebentar sambil menekan-nekan pangkal tenggorokannya agar bisa kembali bernafas, karena Cecil seperti masih tersengal-sengal untuk mendapatkan udara. Sebuah tarikan nafas dalam mengakhiri ketegangan mereka karena selanjutnya, nafas sang Lady mulai menjadi teratur setelah sempat terbatuk-batuk kecil. George membaringkan tubuh putrinya pelahan, meluruskannya agar peredaran darahnya segera kemb
James dan Alex sengaja berkunjung ke Canterbury untuk berlibur di akhir pekan, kadang Alex memang masih sering rindu pada sang bibi, jadi selama dia tinggal di London Alex memang sengaja memanfaatkan waktunya untuk sesering mungkin berkunjung. Kadang hanya untuk menemani sang Bibi mengurus taman mawarnya atau hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menyulam. Entah bagaimana kegiatan yang dulu sangat di bencinya itu belakangan mulai menjadi kegiatan yang menyenangkan, mengingat betapa Alex pernah sangat merindukan hal sepele itu selama dia tinggal di Amerika. Mungkin benar jika tempat terbaik untuk hidup itu adalah tempat dimana orang-orang yang kita kenal berada, itulah kenapa Alex mulai kembali mempertimbangkan keinginannya untuk kembali menetap di Inggris.Ini adalah kali pertama Lady Cecil bisa menemukan cukup banyak teman untuk menyulam di rumahnya, karena dulu Lucy dan Lily memang lebih sering mengabaikannya, Lucy lebih suka mengurung diri dengan buku-bukunya,dan bagi Lil