Lady Annelies sedang duduk di beranda rumah pantai mereka menimang bayi perempuan berambut merahnya.
Jeremy baru datang membawa surat dari keluarganya, sesuatu yang sangat jarang terjadi sebenarnya, karena memang hanya saudara laki-laki nya Edward yang tau alamat mereka sekarang."Lily," kata sang Lady saat mengoreksi kembali surat di tangannya.
"Aku tidak tau kenapa dia banyak bercerita tentang saudara laki-lakimu," Jeremy juga merasa heran.
Anne baru saja mengusap airmatanya, karena dia tau selama ini tidak ada yang cukup peduli pada Brandon. Tidak seperti saudaranya yg lain, dari kecil Brandon memang sudah harus tinggal terpisah dari orangtuanya, Anne baru sadar ternyata dia sudah sangat merindukan saudara laki-lakinya itu.
"Kita akan pulang Jeremy," putus sang Lady tiba-tiba.
"Kau merindukan mereka? "
Anneliess mengangguk, "Seharusnya Brandon juga bahagia."
Bukannya Jeremy tidak pernah menawarkan untuk pulang, t
Henry sengaja membawa kereta keluarga Stanley yang lebih besar untuk membawa mereka ke Lockwood palace yang selalu di jaga ketat oleh para pengawal Duke of Greenock. Para penjaga segera membuka gerbang utama karena sudah mengenali kereta mereka."Selamat siang, Tuanku," salah seorang pengawal yang menjaga pintu gerbang memberi salam hormat pada Henry yang sengaja membuka jendela keretanya, dia hanya sedikit mengangkat telapak tangannya untuk menghormati mereka sementara kereta terus berjalan memasuki Lockwood palace.Anne hampir menangis saat menyaksikan bagaimana bangunan lima lantai itu kembali mengingatkannya betapa sudah begitu jauh dirinya pergi selama ini. Jeremy coba menyentuh telapak tangan istrinya untuk memberinya ketenangan."Tolong mengalahlah dengan saudaraku," kata Annelies saat menatap suaminya, Jeremy hanya mengangguk patuh karena apapun akan dilakukannya asal wanita yang di cintainya itu bahagia."Turunlah Anne," Henry membuka pintu
Malam sudah cukup larut dan Lily pun juga sudah hampir tertidur saat seseorang tiba-tiba mendatangi kamarnya tanpa mengetuk pintu. Lily sempat terkejut dan segera bangkit dari posisi berbaringnya sambil menarik selimut di dadanya, Lily merasa kurang nyaman karena hanya mengunakan gaun tidurnya yang tidak terlalu tebal. Meski Brandon masih berdiri tanpa bicara tapi Lily tau suasana hati pria itu sedang baik, sejak awal dia yakin Brandon pasti akan memaafkan saudarinya asal ada yang mau mulai mengalah lebih dulu."Terimakasih, Your Grace."Bersama seseorang yg bisa membaca pikiran sering kali membuat kita tidak perlu menjelaskan tentang apa pun, tapi kau juga akan kesulitan menyembunyikan kebohongan darinya. Netra biru gadis itu seperti menyala saat menatap Brandon Lington yang masih berdiri dalam keremangan. "Aku tau itu semua adalah ulahmu," Brandon mulai berjalan mendatanginya. "Saya hanya ingin melihat Anda baha
Lady Annelies dan Jeremy pergi ke Newcastle lebih dulu sementara Brandon dan Lily langsung ke Yorkshire karena Brandon masih bersikeras untuk bertemu Lord Harrington. Sepanjang perjalanan Lily tak berhenti berdoa agar Brandon tiba-tiba berubah pikiran dan membawanya pergi kemanapun asal jangan menemui orang tuanya, Lily benar-benar belum siap."Brandon kita bisa berhenti di penginapan jika kau tertarik untuk mempertimbangkan keputusanmu lagi."Brandon hanya menggeleng ringan."Mungkin aku juga bisa memberi kelonggaran untukmu.""Jangan coba menyuapku dengan tubuh Anda, Lady.""Sungguh aku belum siap," Lily mulai rela memohon asal Brandon mau mengurungkan niatnya untuk bertemu orang tuanya."Setauku kau bukan pengecut, Lily.""Ini bukan masalah sepele, Your Grace." Lily coba kembali mengingatkan."Aku akan tetap menemui Lord Harrington !" tegas Brandon membuat Lily kehabisan akal.Sementara Lily tau, orang tuanya tidak ha
THE LAST LADYSemua yang sudah membaca sampai di sini pasti sudah pada tau bagaimana kisah Lady Cecil sudah bergulir selama ini. Sepertinya sang Lady memang tidak pernah terlepas dari kemalangannya yang bertubi-tubi sampai rasanya sudah nyaris seperti kutukan baginya. Meskipun Lady Cecil terlahir dengan fisik sempurna tanpa celah, namun sepertinya seluruh kebaikan dan kelembutannya justru terlalu polos untuk menghadapi kenyataan, hingga berulang kali sang Lady harus kembali tergelincir pada pilihan yang salah. Bukannya dia tidak menginginkan pernikahan sempurna seperti kedua adik perempuannya, Lucy dan Lily, tapi Lady Cecilia Harrington cukup sadar diri jika pria yang di inginkannya memang tidak akan pernah bisa ia miliki. Cecil hanya merasa sangat buruk karena diam-diam menginginkan pria yang dia tau hanya akan mencintai adik perempuannya. *****Lady Marry ingat apa yang pernah di katakan Duke of Greenock ketika menemuinya
Sepertinya semua orang masih sangat kelelahan setelah pesta siang tadi, banyak yang melewatkan makan malam dan memilih beristirahat di kamar mereka masing-masing. Malam memang sudah larut dan hanya Lady Cecil yang merasa berkeliaran karena masih belum bisa memejamkan mata setelah berulang kali mencobanya. Cecil bermaksud mendatangi kamar bibi Dorothy karena memang hanya wanita tua itu sekarang yang tersisa untuk menyimak segala keluhan tak bergunanya. Tapi Sepertinya Cecil harus kembali kecewa karena sang bibi tenyata malah sudah tertidur dengan posisi setengah duduk di sofa kamarnya lengkap dengan beberapa benang sulam yang ikut jatuh di dekat kakinya. Cecil sempat merapikan peralatan menyulam sang bibi dan menggeser punggungnya untuk bisa bersandar dengan nyaman.Lady Cecil bermaksud segera kembali kekamarnya, menyusuri Lorong kamar-kamar tamu yang sudah sunyi. Karena dia tidak membawa lilin jadi harus melalalui lorong sunyi itu dengan lebih hati-hati jika tidak
Cecil ingat saat tubuhnya menggigil di atas rumput lembab setelah semalaman dirinya bermalam di taman labirin. Saat itu Henry lah yang tiba-tiba datang padanya, ikut berjongkok di rumput untuk membujuknya dengan lembut dan hati-hati, kesabaran Henry membuat Cecil percaya jika masih ada pria di dunia ini yang layak ia percaya "pria sederhana yang mau belajar" itulah Henry Stanley, seperti apa yang sering dia katakan kepada Lily.Cecil juga akan selalu ingat bagaimana gaun lembabnya yang kotor karena embun dan semak rumput waktu itu ikut mengotori kemeja putih Henry, tapi pemuda itu sama sekali tidak merasa risi atau keberatan saat mengangkat tubuh Cecil dan membawanya pulang kembali kedalam rumah. Bahkan pemuda itu rela menunggu saat bibi Dorothy membersihkan tubuhnya dari sisa rumput dan mengganti gaunnya. Henry memang baru pergi setelah berulang kali bibi Dorothy meyakinkan bahwa Nonanya akan baik-baik saja.Sejak saat itu sang Lady mulai di
Henry sudah duduk di sebelah kakak laki-lakinya Brandon, ketika Cecil bergabung untuk makan malam. Cecil berusaha mengatasi kecanggungan nya untuk meyakinkan Henry bahwa dirinya akan baik-baik saja. Cecil juga sudah cukup berhati-hati karena ada Lily di antara mereka, bagaimanapun dia tidak mau Lily mendengar pikiran sekecil apapun dari kepalanya karena dia akan mengacaukan segalanya. Cecil tau persis sifat Lily, untungnya Cecil juga memang sudah sangat ahli dalam hal mengecoh adik perempuannya itu, dia bisa memikirkan banyak hal menyenangkan untuk memenuhi pikirannya agar tak terbaca oleh Lily. Hal menyenangkan adalah sesuatu yang paling mudah untuk dipikirkan meskipun selama ini yang Cecil tau hanyalah benang sulam dan makanan manis, karena itu sebenarnya Lily tetap akan tau kapan ketika kakak perempuannya sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari nya.Sudah beberapa hari Cecil melewatkan makan malam, rasanya tidak mungkin dirinya akan bersembunyi terus, dan ini ada
Cecil memang tidak pernah berkuda, karena itu dia sempat bingung harus mengenakan pakaian seperti apa, bibi Dorothy bahkan sampai harus beberapa kali mengganti pakaian sang Lady."Sepertinya ini jauh lebih baik. "Cecil mengenakan pakaian musim semi dari bahan katon yang lebih ringan untuk bergerak, tidak terlalu banyak motif dan kerut, potongannya lebih simple dan nyaman untuk kegiatan di luar ruangan."Apa saya perlu mengantar Anda, My Lady? ""Tidak perlu Bibi, aku hanya akan pergi ke istal dan mereka sepertinya sudah menungguku di sana."Cecil Buru-buru keluar setelah menyambar topinya dan memakainya sambil berjalan. Sang Lady berjalan cepat menyebrangi halaman rumput, matahari sudah naik agak tinggi dan udara musim semi memang selalu terasa lebih ringan untuk dihirup. Seperti menikmati kebebasan, ternyata hal sesepele ini juga tidak pernah Cecil nikmati sebelumnya, mungkin karena selama ini dia terlalu sibuk denga jarum dan benang sulamn