'Ya Tuhan dia tampan sekali.
'Tubuhnya seperti Idol Korea yang sedang trending topik.
'Pangeran dari mana dia, tampan sekali.
'Astaga! aku baru saja bertemu dengan masa depan. Semoga dia menjadi masa depan aku.
'Pasti dia masih single, aku sangat yakin.
Semua orang sedang membicarakan laki-laki dewasa yang sangat tampan. Baru saja tiba di rumah sakit Belarus, di sambut baik oleh semua karyawan yang bekerja di rumah sakit Belarus. Laki-laki itu adalah Elardo Gabriell, laki-laki yang baru saja pindah dari Bali.
Elardo memakai kaos berlengan panjang dan di padukan dengan celana jeans berwarna hitam. Jangan lupakan sepatu hak berwarna hitam. Di lengkapi jas dokternya yang berwarna putih. Aura wajahnya beh jangan katakan apapun lagi kecuali sempurna. Sangat sangat sempurna untuk kaum Hawa seperti mereka. Et...jangan lupakan yang ini, bukan kaum Hawa semuanya yang memuji seorang Elardo. Masih ada karyawan dari administrasi pembayaran. Mereka belum bertemu dan menyambut dokter Elardo. Dokter baru di rumah sakit Belarus.
Tak Tak Tak
Suara high heels terdengar di telinga mereka semua. Mereka semua sudah menduga siapa yang datang, kecuali Elardo yang masih belum tahu siapa yang datang.
Seorang perempuan cantik bertubuh langsing, rambut panjangnya menghiasi penampilannya yang memukau. Perempuan itu membuka kacamata hitamnya, kedua matanya menatap sengit ke arah depan.
Ini rumah sakit bukan pasar, kenapa mereka malah membuat keramaian di sini. Membuang waktu saja! Elardo menatap Mega tanpa berkedip sama sekali.
Ya perempuan di hadapan Elardo sekarang ini adalah Mega. Mega Aurum, perempuan yang terkenal angkuh dan tidak suka dengan keramaian.
Menarik. Satu kata yang keluar dari pikiran Elardo saat ini. Menarik di tatap dan menarik untuk di miliki.
"Kalian sudah tahu ini rumah sakit bukan? kenapa kalian membuat keramaian di rumah sakit. Ini rumah sakit, bukan pasar." Jelas Mega
Setelah mengatakan itu, Mega langsung berjalan angkuh menuju lift. Sebelum Mega masuk ke dalam lift, suara seseorang menghentikan Mega untuk masuk ke dalam lift. Suara dari snag dokter tampan, siapa lagi kalau bukan Elardo Gabriell.
"Bersikap sopan nona, anda tidak sopan dengan saya dan yang lain. Seenggaknya mengucapkan permisi atau apa. Tidak seperti yang anda lakukan, anda ingin di hargai bukan. Hargai lah kita semua dan orang lain di luar sana." Tegas Elardo tidak menyukai sifat angkuh yang melekat pada diri Mega.
Mega terkekeh sebentar, membalikkan tubuhnya ke arah belakang. "Saya tidak peduli! mau kalian atau orang lain menghargai saya atau tidak. Saya tidak akan peduli, saya tetap dengan pendirian saya. Angkuh dengan mereka dan orang di luar angkasa sana, seperti mereka yang selalu menghibahkan saya. Saya tidak mempermasalahkan saya sopan atau tidak, itu urusan saya." Sahut Mega lantang dan tegas.
Elardo mendekati Mega, keduanya saling menatap satu sama lain. "Tidak sopan nona yang cantik, seharusnya anda sudah tahu apa arti dari kesopanan yang jelas." Timpal Elardo
"Membuang waktu saya saja, saya akan bekerja bukan berdebat unfaedah dengan anda dokter junior, alias dokter baru yang masih bau kencur." Ujar Mega tersenyum kecut...tidak ada rasa takut sama sekali mengatakan kalimat menohok ke Elardo.
"Sangat angkuh sekali anda nona. Suatu saat nanti saya akan merubah diri anda menjadi lebih baik dari ini." Katanya, Mega terkekeh sebentar.
"Tidak akan terjadi," Mega segera masuk ke dalam lift. Sangat membuang waktunya, hanya karena berdepat dengan laki-laki tidak tahu dori seperti dokter junior itu.
...
Lantai 2, Mega sudah sampai di ruang kerjanya. Mega menceritakan semua kejadian yang baru saja di alaminya di lobby rumah sakit. Mereka mendengar cerita Mega dengan baik. Sesekali mereka menyarankan Mega agar tidak terlalu angkuh. Mega tetap lah Mega, Mega tidak akan pernah merubah dirinya yang angkuh. Mega akan tetap menjadi Mega yang angkuh.
"Lo gak tahu dokter Elardo anaknya Pak Abass. Yang punya rumah sakit Belarus Mega, lo gak tahu atau jangan-jangan baru tahu." Ucap Elsa membuat Mega terkejut, fakta yang baru saja Mega tahu tentang dokter baru itu.
"Gue gak tahu ya Tuhan, terus gue harus apa kalau ketemu dia lagi." Sahut Mega kalang kabur tidak tahu harus bagaimana. Seharusnya Mega cari tahu dulu, sebelum mengatakan hal menohok dengannya. Bodoh kamu Mega! ya Mega memang sangat bodoh. Tidak bisa mengendalikan kalimat pedasnya yang keluar dari mulut seksinya.
"Biasa aja ga, lagian dia gak gigit lo kan. Nanti juga reda sendiri, dia gak akan pernah melaporkan lo sama bokapnya." Jelas Gavin membuat Mega agak sedikit lega. Agak bukan keseluruhan Mega lega, Mega hembuskan nafas kamu dan keluarkan perlahan dari mulut.
"Jika dia melapor sama bokapnya. Fix di banci, tidak bisa menyelesaikan dengan baik. Lagian cuman hal sepele, kenapa harus di besarkan segala." Sahut Roby membenarkan semua hal yang teman-temannya pikirkan.
"Elardo Gabriell itu kalem guys, gue tahu karena Elardo sahabat baik Bird. Gue cukup mengenal dia dengan baik, tapi jangan meremehkan Elardo. Elardo bisa bertindak, jika ada yang meremehkan dirinya." Timpal Denada membuat mereka tambah pusing, apa lagi Mega. Mega sudah terduduk di lantai sambil memakan sandwich yang Gavin bawa untuknya.
"Bisa jadi lo malah terikat ga sama Elardo. Bisa jadi loh, lo gak boleh menolak atau mengumpat amit-amit. Lihat saja ke depannya nanti, lo bakal tahu sendiri." Celetuk Elsa
Lah kenapa Elsa mikirnya sampai ke sana, Mega saja tidak sampai berpikir ke sana sana.
Jadi gimana ini? jangan buat Mega pusing kepayang dan membuat dirinya tidak mood bekerja.
"Minta maaf aja ga, dari pada lo terbayang bayang rasa bersalah lo sama Elardo." Saran baik dari Roby, Mega menggeleng tidak mau. Gengsi jelas! Mega tidak mau meminta maaf dengan Elardo. Laki-laki yang membuat hari Mega siap kaya gini.
"Gak penting banget. Ganti topik, jangan bahas ini. Jangan buat gue gak mood, sampai kapan pun gue gak mau minta maaf sama laki-laki sok kalem kaya dokter junior itu." Sarkas Megasudah tidak mau membahas Elardo.
Akhirnya mereka mengalihkan pembicaraan yang lain. Mereka juga tidak mau membuat Mega jadi pusing.
Skip
Tring
Istirahat untuk para karyawan administrasi pembayaran. Mereka sudah keluar dari ruangan mereka di lantai 2
Mereka berjalan ke arah lantai dasar, menuju kantin. Perut mereka harus di beri asupan gizi, takutnya malah pada demo karena gak di kasih makan.
Mereka berlima duduk di salam satu kursi pojok kantin. Tempat biasa mereka duduk jika makan di kantin rumah sakit.
"Seharusnya kita itu bekerja di Akutan loh, lah kita malah kesasar kerja di rumah sakit. Kalian harus tahu, tetangga gue tahu nya gue kerja di Akutan. Meraka gak tahu aja gue kerja di rumah sakit, bagian administrasi lagi." Curhat Mega nyerocos kaya kereta api gak berhenti berhenti.
"Gue setuju sama lo ga, kita berlima kaya salah haluan gak sih. Kita itu lulusan akuntasi, kok bisa-bisanya kita nyasar di rumah sakit. Bagian administrasi yang seharusnya di pegang lulusan managemen. Kita berlima fix salah haluan," timpal Denada.
Mereka mengganguuk paham, membenarkan ucapan Mega dan Denada.
"Mau bagaimana lagi, mau cari kerja udah males. Udah nyaman di sini, lagian kita berlima udah lumayan lama kerja di rumah sakit bagian administrasi. Gak papa lah, kita semua harus bersyukur." Jelas Elsa sangat benar dan menjawab dengan bagus.
Mereka semua tertawa membayangkan saat awal mereka bekerja di rumah sakit Belarus. Direktur rumah sakit tahunya mereka akan melamar kerja sebagai dokter atau perawat. Padahal kan tidak, mereka melamar kerja di bagian administrasi rumah sakit. Administrasi mengurusi masalah pembayaran, penempatan pasien di ruang inap dengan administrasi identitas lengkap, dan sebagainya.
"Kalian udah dengar gosip baru gak guys." Nah biang gosip udah mulai mengeluarkan gosip yang baru di dapat nih. Mereka berempat menggeleng sambil menunggu kelanjutan gosip dari Denada.
"Besok akan ada pengecekan untuk TNI yang akan bertugas ke perbatasan. Sebelum berangkat bertugas, mereka akan mengecek kesehatan mereka ke rumah sakit ini. Gue jadi penasaran melihat mereka yang wajahnya tampan tampan." Nih cewek satu gak kapok apa gimana! kalau Bird tahu udah ngamuk dia. Walaupun hubungan Denada dan Bird di ambang putus. Tetap saja, mengindari sesuatu yang akan terjadi.
Tbc
"Aku kira ada apa, ternyata ada cowok ganteng berdatangan ke rumah sakit mau cek kesehatan." Curhat Denada masuk ke dalam ruang kerjanya bersama Mega. "Terus lo mau apa? mau modus sama mereka. Silahkan aja, tapi kalau Bird ke sini lo jangan sembunyi di belakang gue dan yang lain." Sahut Mega "Gue dan Bird kan udah selesai Mega." Mega memutar bola matanya malas, "Lo dan Bird belum fix putus tunangan. Sabar dulu, jangan bertindak gegabah." Denada misah misuh tidak setuju dengan pendapat Mega. "Tapi kan gue dan Bird udah gak ada apa-apa. Gue dan Bird udah putus komunikasi ga," sabar ga menghadapi orang labil kaya Denada ini. "Lo belum fix putus hubungan saka Bird. Nunggu lo udah benar-benar fix putus hubungan sama Bird. Sabar menunggu itu lebih baik, jangan bertindak gegabah yang merugikan lo." Kesal Mega menjelaskan semuanya ke Denada. Ceklek Pintu ruangan kerja administrasi di buka para dokter tampan.
"Gila tadi lo keren banget ga. Gue lihat lo dari lantai atas, beh lo kejam banget marahin kedua dokter yang berpengaruh di rumah sakit ini. Mantap banget lo ga, berani banget lo sumpah." Cerocos Denada tidak berhenti sedari tadi. Mega hanya menganggap dengan anggukan saja, malas menjawab cerocosan Denada. "Lo kejam tahu ga, siap-siap lo dapat surat PHK dari atasan. Siapa tahu tuh anak pemilik rumah sakit ngadu sama bokapnya." Ujar Gavin membenarkan jika akan terjadi badai besar, suatu saat nanti atau nantinya ini. Mega terdiam sebentar, "Lo jangan buat gue deg-degan dong. Gimana kalau semau itu terjadi, gue bakal di keluarin lagi." Gelisah Mega "Jalan satu-satunya ya lo harus minta maaf sama kedua dokter yang udah lo marahi habis-habisan. Apa lagi dokter Elardo yang paling mendapatkan amuian dari lo. Siap-siap aja lo ga, gur si tinggal nunggu hasilnya bagaimana." Jelas Roby menakut-nakuti Mega, Mega jadi bingung sendiri. Mau minta maaf atau
Mega sudah berada di rumah megah milik keluarga Gabriell. Mega menatap intens semua orang di meja makan. Malam ini Mega begitu terpesona dengan mereka semua. Sebuah keluarga yang sangat harmonis, mereka saling melengkapi satu sama lain. Ingin rasanya Mega seperti mereka, nyatanya Mega tidak akan pernah seperti mereka. Berkumpul dan bersama-sama untuk meluangkan waktu kebahagiaan. "Selamat malam semuanya, terima kasih sudah hadir di acara makan malam sederhana yang sayang buat bersama istri saya. Terima kasih nak Mega, kamu sudah datang di acara makan malam hari ini. Saya sangat berterima kasih sekali dengan kehadiran kamu." Jelas Abass ke semua orang dan Mega tentunya. Mega mengangguk sopan, ingin rasanya Mega pingsan. Atasannya ini menatap Mega dengan baik dan sopan. Tidak pernah memandang kalau Mega adalah bawahannya. "Saya sengaja mengadakan acara makan malam sederhana ini untuk mempererat silaturahmi." Lanjutnya Acara makan malam di mulai, mer
"Bisa kamu jelaskan boy, apa yang kamu lakukan ke Mega. Kamu melecehkan Mega, kamu keterlaluan boy. Apa pernah Papi mengajarkan kamu melecehkan seorang perempuan." Tegas Papi Abass ke Elardo, aslinya mah senang kalau anaknya dan Mega sudah ada kata sentuhan. Sentuhan dalam artian saling menganalisis dan dekat. Elardo menatap ke arah Papinya serius, lalu menatap ke arah Mega. "Aku mencintainya pi, aku ingin memilikinya. Dari pada diam saja, aku cium Mega dan menikmati ciuman pertama yang memabukkan." Sahut Elardo, mereka semua menepuk pelipisnya pelan kecuali Mega. Mega membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban Elardo. Udah gila kali ya, ya kali ciuman kaya gitu memabukkan. Sudah melecehkan, tidak merasa bersalah lagi. Sinting kali nih orang, awas aja lo! gue akan buat lo menderita dan buat lo sakit hati. Enak banget nih orang udah cium bibir seksi gue. Jadinya ibir seksi gue udah gak perawan, siapan banget nih orang. "Ma
"Aku gak suka kamu sama Gavin mesra-mesraan di depan aku." Bentak Elardo membawa Mega ke ruangannya di lantai 3. Mega manatap sengit ke arah Elardo. "Itu bukan urusan anda, Gavin calon suami saya. Gavin berhak melakukan itu dengan saya, mau kita mesra-mesraan di depan siapa pun, kita tidak peduli. Yang penting kita senang," jelas Mega murka. Elardo menghimpit Mega ke dinding, mencium bibir Mega brutal. Mega mencoba mendorong dada bidang Elardo, kedua tangannya di cekal kuat oleh Elardo. Beberapa menit kemudian, Elardo melepaskan bibirnya. Elardo tersenyum manis ke arah Mega, menjilat air liur sisa ciuman mereka tadi, di bibir seksi Mega. Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dirinya mendapatkan pelecehan oleh Elardo. "Manis, kamu candu aku sayang. Aku mau yang lebih dari ini, ayok kita menikah. Tidak usah menunggu lama untuk menikah. Kita bisa menikah besok sayang, resepsi akhiran saja. Yang penting kita udah sah dulu, aku cinta banget sam
Mega hanya diam mengikuti kemana perginya Elardo. Tidak mengucapkan kata pun, Mega hanya diam. Tadinya enggan mengikuti Elardo, Elardo tetap memaksa Mega untuk ikut dengannya. Sudah 5 jam Mega mengikuti Elardo. Dari fitting gaun pernikahan sampai mencari cincin pernikahan. Selama itu, mereka belum juga menemukan yang cocok. Mega tidak mempermasalahkan, tetapi Elardo yang tidak menyetujui. Aneh dan menyebalkan, Mega bersabar setiap detik. Seperti sekarang ini...Mega masih setia mengikuti Elardo masuk ke salah satu butik terkenal di Jakarta Selatan. "Carikan gaun pengantin untuk dia." Suruh Elardo ke mbaknya sambil menunjuk ke arah Mega. "Gaun seperti apa Pak, model sekarang atau model unlimited." Ujar Mbak butiknya, jengah sangat jengah Mega berada di sini. "Terserah mbaknya aja, yang penting bagus dan menarik untuk saya dan calon istri saya." Jelas Elardo "Baik Pak, kalau begitu saya ambilkan gaunnya dulu.
Mega sudah di apit kedua sahabatnya, Denada dan juga Elsa. Ketiga perempuan ini berjalan keluar dari ruangan pengantin. Mega sudah tampil cantik menggunakan kebaya modern. Sungguh sangat cantik, Mega hanya diam saja. Tidak ada kebahagiaan di wajahnya, padahal Denada dan Elsa sudah berusahalah membuat Mega ikhlas. Yang namanya juga Mega, Mega masih tidak rela harus menikah dengan laki-laki yang sudah di cap menjadi musuh bebuyutannya. Mega memejamkan kedua matanya sebentar, lalu membuka kedua matanya kembali. Melihat tatapan semua orang padanya. Tatapan terpesona melihat kecantikan Mega, belum pernah mereka melihat wajah cantik Mega luar biasa seperti sekarang ini. Apa lagi Elardo, Elardo sampai tidak bisa meneguk ludahnya. Sangat susah, kedua matanya masih memandang calon istrinya yang sebentar lagi akan menjadi istri untuk dirinya. Denada dan Elsa mendudukan Mega di samping Elardo. Akad nikah akan di mulai, Elardo sudah berjabat tangan dengan Papa Mega.
Selvia menghampiri Elardo dan Mega di ballroom hotel yang di jadikan tempat resepsi pernikahan kedua sejoli yang baru dah ini. Mega sudah cemberut melihat kedatangan Selvia yang akan menghampiri dirinya dan laki-laki di sampingnya. "Hay kak, happy wedding. Semoga langgeng sama kak Elardo," katanya memberi selamat ke Mega. Mega memutar bola matanya malas, tidak menanggapi ucapan selamat dari Selvia. Elardo berdecak tidak suka melihat respon istrinya. "Makasih Selvia, nikmati makanan di sana. Kamu juga bisa berkenalan dengan adik saya." Jawab Elardo mewakili Mega yang tidak mau menjawab ucapan selamat Selvia. Ada apa dengan istrinya dan Selvia! terlihat tidak akur, seperti kedua kakaknya yang sangat akur dengan Mega. Berbeda dengan Selvia, seolah Selvia hanya butiran debu. "Siap kak, aku permisi dulu. Kak aku ke sana, sekali lagi selamat menempuh hidup baru." Setelah mengucapkan itu, Selvia segera berjalan ke arah jajaran makanan yang tersedia di bagian kiri. "Aku paling gak suka sama
"Ini yang aku mau dari kamu 'BITCH' berani sekali kamu membuat adik saya terluka. Untung ada kedua sepupu saya datang ke rumah. Jika tidak, entah bagaimana nasib adik saya di tangan kamu." Ucap MaximeTangan kanan Maxime menggaet kepala Selvia lalu menenggelamkan kepala Selvia ke dasaran kolam beberapa kali. Lihat saat ini Selvia terbatuk-batuk bahkan nafasnya mulai tercekat. Maxime tidak kasihan jika Selvia kehilangan nyawa di sini. Sementara Mia hanya menonton sambil bermain handphone. Ini kesenangannya melihat sang musuh tersakiti. Ini masih permulaan, masih ada hari-hari menanti untuk menyiksa Selvia. Kesempatan emas untuk Maxime maupun Mia."Apa perlu saya membuat kamu hamil." Selvia menggelengTubuh Selvia di gendong Maxime. Maxime membawa tubuh Selvia ke rumputan di taman belakang rumah. Begitu mengenaskan tubuhnya yang basah dan wajahnya begitu pucat."Jangan mati duluan sebelum kita puas menyakiti kamu." Ujar Maxime memperingati Selvia. Melihat sekilas Selvia memejamkan matan
"Aku pulang duluan kamu baik-baik di sini. Kalau mau ketemu ya kamu kabarin aku. Aku akan mengunjungi kamu bersama mereka." Pamit Mia ke adiknya. Elardo membawa pulang istrinya dari ruang orang tuanya. Dirinya tidak mau kecolongan seperti kemarin lagi. "Kak, simpan laptop aku ya di kamar kamu." Mia mengangguk"Kamu harus fokus kesembuhan kaki kamu. Jangan memikirkan tentang Selvia. Selvia urusan aku sama Maxime. Ingat jika ada yang menyakiti kamu akan aku balas termasuk orang terdekat kamu. Ya udah kamu baik-baik ya." Lalu Mia pamit ke yang lainnya mau pulang duluan. Ada hal yang harus iya selesaikan. Mau memberantas kuman seperti Selvia. Selvia akan iya basmi sekarang juga. Sudah berani menyakiti sang adik yang sakit bahkan tidak merasa bersalah atau sekedar meminta maaf. Tidak punya rasa bersalah! sudah licik tidak mau disalahkan. Nanti kalau Selvia tidak mau mengakui kesalahannya iya akan siksa Selvia seperti biasanya. Kalau perlu siksa fisiknya sampai terluka. Semua orang sudah t
BrukMega terjatuh ke lantai karena dorongan dari Selvia. Kurang ajar sekali Selvia berani mendorongnya terjerembab ke lantai seperti ini. Dirumah memang hanya mereka berdua saja. Suaminya berangkat bekerja lalu orang tuanya sedang ada di luar ada sesuatu harus mereka kerjakan. Kedua Kakaknya juga sibuk dengan urusan mereka. Mega meringis ketika kakinya tertimpa alat bantunya. Tadinya iya berusaha latihan berjalan sendirian eh tiba-tiba Selvia datang lalu mendorongnya. Kalau dirinya tidak lumpuh Mega sudah menyerang Selvia."Aduh sakitnya jatuh ya Mega. Lihat keadaan kamu sekarang...jangan nangis ya harus tegar dan ikhlas. Selamanya jadi orang cacat biar aku sakiti kamu terus. Oh iya aku berniat merebut suaminya kamu loh. Mumpung kamu cacat terus gak bisa melayani suami dengan baik ya udah aku inisiatif menjadi orang tiga di hubungan kamu dan suami kamu." Ucap Selvia begitu gamblang."Berani melakukan itu aku akan bunuh kamu. Kamu pikir aku takut sama kamu hah, kamu hanya benalu di ke
"Hai cantik gimana nih kabarnya.""Ya ampun Mega udah lama ya kita gak ketemu. Hu kangen tahu pengin ketemu kamu tapi aku sibuk eh kita ketemu sekarang." Cerocos Elsa"Kamu itu sibuknya gak ketulungan. Denada sibuk tapi masih bisa menyempatkan ketemu aku. Tapi, makasih ya udah mau ke sini. Elsa lihat aku sekarang...gak bisa jalan sedih banget." Elsa mengelus lemgannya lembut. "Harus semangat buat sembuh cantik. Aku mau kok bantu menyembuhkan kamu, nanti aku ke dukun ya biar bisa menyembuhkan kamu lewat mantra." Ini yang Mega kangenin dari Elsa, membuat lelucon ketika iya sedih. Semua sahabatnya Sadang berkunjung untuk menjenguknya. Mereka membawa beberapa parsel buah, paket jajanan favoritnya juga. Merwka memang sahabat yang mengerti Mega. Walaupun sakit masih membutuhkan asupan jajan hehe."Aku janji deh kamu sembuh aku ajak kemping ke Bromo sama yang lain juga. Kamu bebas mau ajak suami atau gak." Aduh itu plan aku bersama mereka sebulan yang lalu. Plan mau kemping ke Bromo tapi
Mega tidak mau melihat ke arah suami atau keluarganya. Iya malu saat ini, keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Kakinya lumpuh tidak bisa di gerakkan sama sekali. Mau menangis juga percuma. Mungkin ini karma untuknya. Tuhan maha adil, menyesal atau bagaimana. Ikhlas itu yang harus iya lakukan tapi bukan sekarang. Begitu menyakitkan untuknya tidak bisa berjalan seperti biasanya lagi. "Makan ya kamu belum makan loh dari kemarin." "Untuk apa kamu baik sama aku." Air matanya kembali mengalir. Elardo mengusap air matanya berulang kali sejak tadi. "Kamu bakal sembuh sayang. Kemoterapi rutin akan membantu kesembuhan kamu." Mega tertawa "Percuma kemoterapi rutin tapi ujung-ujungnya tidak bisa jalan. Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawa aku saja. Skait rasanya saat aku cacat seperti ini. Makin banyak yang menghujat aku sekarang terutama dia." Matanya mengarah ke Selvia sedari tadi menahan tawanya melihat penderitaan Mega saat ini. "Jangan fitnah kak, aku sama sekali tidak akan menghujat ka
"Kakak lihat jari-jari kak Mega bergerak." Seru Ester ke Kakaknya. Elardo bangkit lalu mengecek kondisi sang istri begitu cepat. Senyum terbit di bibirnya melihat tubuh istrinya sudah mulai stabil lagi bahkan dirinya melihat istrinya mulai membuka matanya di tengah malah seperti ini.Mega membuka kedua matanya perlahan lalu melihat ke sekitar ruangan bercat putih. Mega menoleh ke salah satu dari mereka lalu mencoba mengangkat tangannya. "Jangan ya. Kamu jangan dulu bergerak ya." Mega diam saja lalu matanya mengarah ke suaminya. "Jalan itu...jalan yang merenggut nyawa aku." Ucapnya terbata-bataMega ingat jika dirinya menjadi korban kecelakaan beruntun. Dirinya terlibat dari kecelakaan itu bahkan dirinya menjadi korban utama kecelakaan itu terjadi. Mega merasakan pusing di kepalanya lalu memegang kepalanya. Elardo mengusap kepala yang istri yang diperban."Papah...Mamah... Mega mau ketemu kalian." Denada langsung menghubungi kedua orang tua Mega agar datang ke rumah sakit. Memberi
3 jam menunggu akhirnya operasi Mega sudah selesai. Elardo keluar dari ruang operasi untuk menemui keluarganya serta keluarga sang istri. Hancur hatinya saat ini untung istrinya masih tertolong.Melita menghampiri anaknya yang baru saja keluar dari ruang operasi. " Nak, bagaimana keadaan menantu Mami?" tanya Kami Melita.Elardo mengembuskan nafasnya. "Jauh di katakan baik Mi. Alhamdulillah Mega tertolong karena penanganan medis begitu cepat. Membutuhkan waktu yang cukup lama menyembuhkan fisik dan mentalnya. Aku yakin Mega terguncang dengan kecelakaan yang terjadi dalam dirinya. Aku sudah berusaha menyelamatkan Mega dari maut. Pembuluh darahnya pecah bahkan kedua kakinya tidak berfungsi dengan baik." Jelasnya membuat semua orang terkejut.Raisa terduduk di lantai lalu Oland membantu istrinya berdiri. Mia memeluk Mamahnya yang terguncang hebat. "Kenapa swmua terjadi sama anak kita Mas." Tangis Raisa pecah saat tahu anaknya mengalami kecelakaan hebat sampai parah."Mamah, maaf aku tid
Mega mengendarai mobilnya dengan kecepatan cepat. Bangun kesiangan alhasil dirinya telat berangkat kerja. Untung saja dirinya sudah menghubungi bosnya. Dirinya berangkat terlambat tanpa mengatakan kalau dirinya bangun kesiangan. Biarkan dirinya dan Tuhan saja yang tahu. TringSuara handphonenya berbunyi lalu Mega mengambil handphonenya dan langsung mengangkat panggilan dari Gavin."Kamu bilang mau cerai sama Elardo." "Iya. Aku udah bilang sama kamu. Aku mau cerai sama Elardo. Hubungan aku dan dia tidak bisa dipertahankan lagi, Vin." Gavin menghela nafasnya. "Kamu pikirkan lagi lah jangan kaya anak kecil." Pasti Gavin tidak setuju dieinya sudah menduga. "Aku tetap akan bercerai dengan Elardo. Ini smeua menyangkut kehidupan aku. Jujur aku tetsiskda selama menjadi istri dia. Hidup aku banyak tuntutan karena dia. Dia tidak pernah mengerti perasaan aku. Dia egois, Vin." Jelasnya membuat si Gavin percaya dengannya. Di sana Gavin terkekeh. "Bukannya selama ini yang egois itu kamu buka
"INGAT BAIK-BAIK SELVIA! SELAMA INI GUE TIDAK PERNAH MENERIMA KEBERADAAN KAMU DI RUMAH INI." Teriak Mega lalu membanting tubuh Selvia sampai terdengar bunyi tulang retak. Selvia sontak meringis lalu memegang pinggangnya yang sakit luar biasa. Mega tertawa senang melihat penderitaan Selvia."Kenapa harus ada lo di dunia ini. Kenapa lo harus singgah di kehidupan keluarga gue. Lo tahu, kehadiran lo di keluarga gue tidak di terima dengan baik. Hanya orang tua gue saja yang peduli sama lo. Sedangkan yang lain minus, mereka tidak pernah menerima kehadiran lo. Lo hanya benalu! mendingan lo mati sekalian. Orang kek lo harus musnah dari dunia ini." Teriak MegaMega kembali menarik rambut panjang Selvia. Mega menampar kedua pioinya lagi dan lagi sampai Selvia pingsan. Mega bangkit lalu melihat ke arah Tara. Tara menyunggingkan senyumnya lalu menepuk bahunya. Mereka bertos bersama lalu keluar dari kamar Selvia. Membiarkan Selvia terkapar di lantai dengan keadaan mengenaskan. Mereka berdoa semog