"Bisa kamu jelaskan boy, apa yang kamu lakukan ke Mega. Kamu melecehkan Mega, kamu keterlaluan boy. Apa pernah Papi mengajarkan kamu melecehkan seorang perempuan." Tegas Papi Abass ke Elardo, aslinya mah senang kalau anaknya dan Mega sudah ada kata sentuhan. Sentuhan dalam artian saling menganalisis dan dekat.
Elardo menatap ke arah Papinya serius, lalu menatap ke arah Mega. "Aku mencintainya pi, aku ingin memilikinya. Dari pada diam saja, aku cium Mega dan menikmati ciuman pertama yang memabukkan." Sahut Elardo, mereka semua menepuk pelipisnya pelan kecuali Mega. Mega membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban Elardo.
Udah gila kali ya, ya kali ciuman kaya gitu memabukkan. Sudah melecehkan, tidak merasa bersalah lagi. Sinting kali nih orang, awas aja lo! gue akan buat lo menderita dan buat lo sakit hati.
Enak banget nih orang udah cium bibir seksi gue. Jadinya ibir seksi gue udah gak perawan, siapan banget nih orang.
"Maafkan Elardo ya nak, saya merasa sangat tidak enak saat Elardo melecehkan kamu. Seharusnya kamu tidak mendapatkan lecehan seperti ini, saya benar-benar minta maaf." Jelas Papi Abass
Bapak sama anak beda banget, Bapaknya ramah dan sopan santun. Lah ini anaknya kurang ajar banget, perbedaan yang sangat jauh bukan.
"Saya hanya kecewa Pak, saya sengaja datang ke sini karena menghargai Anda. Tapi nyatanya anak Bapak melecehkan saya seperti tadi. Semuanya sudah terjadi, saya hanya bisa diam. Mau protes gimana lagi, udah gak bisa Pak. Saya bukan kalian yang mempunyai wewenang dimana-mana, saya hanya orang biasa." Sahut Mega dengan wajah sedihnya, mereka terharu mendengar jawab Mega. Mereka semakin merasa bersalah dengan Mega, aksi bejat Elardo membuat Mega sedih seperti ini.
Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, Mami Melita segera menenangkan Mega. Di peluknya Mega dan langsung mengusap punggung Mega sayang.
"Kamu jangan sedih lagi ya, tante yang akan kasih hukuman buat Elardo. Biar Elardo merasakan apa yang kamu rasakan." Mega mengangguk saja, hahaha acara sedihnya berhasil membuat mereka iba dengannya. Gak papa lah bohong, yang penting dirinya bahagia.
Mega tersenyum kecut ke arah Elardo. Elardo menatap tanda tanya dengan Mega, oh kamu berani berbohong hanya demi kepentingan kamu sendiri sayang. Puaskan semuanya dan aku akan buat kamu menjadi milik aku seutuhnya. Aku akan buat kamu patuh sama aku sayang, lihat aja hari itu terjadi.
Mega Aurum kamu akan menjadi milik Elardo Gabriell. Hidup kamu akan selalu bersama aku, aku akan buat kamu mencintai dan tidak akan pernah meninggalkan aku sayang.
"Apa yang membuat kamu seperti itu boy?" tanya Mami Melita.
"Aku mencintai Mega, saat pertama kali aku bertemu dengan Mega. Aku udah jatuh cinta sama Mega, aku ingin menikah dengan Mega." Senyum smirk dari Elardo terpancar ke arah Mega.
Anjir banget nih orang, "Kamu tertarik dengan anak tante sayang?" tanya Mami Melita ke Mega. Mega menggeleng lirih, "Mega sudah punya calon suami tante." Jawab Mega
Elardo tidak percaya dan tidak terima. Mega hanya miliknya, milik Elardo seorang. Tidak akan Elardo biarkan laki-laki lain kecuali dirinya, mendekati Mega Aurum.
"Mega sudah punya calon suami boy, kamu tetap memperjuangkan atau mundur saja." Elardo menatap Mega tajam, "Aku akan tetap akan menikah sama kamu, apapun yang terjadi. Selagi kamu masih belum menikah dengan calon suami yang kamu sebut. Aku juga ragu kamu punya calon suami. Kamu kan angkuh, emang ada laki-laki yang mencintai kamu kecuali aku." Astaga nih orang kalau ngomong gamblang banget.
Mereka semua malah menahan agar tidak tertawa. Elardo yang cemburu atau alibinya saja agar mendapatkan cinta Mega.
"Saya memang angkuh, kenapa? anda merasa terusik dengan keangkuhan saya." Jiwa keangkuhan Mega langsung keluar, Mega menatap angkuh Elardo dan mencibir Elardo kasar.
"Setelah kamu menjadi istri saya. Saya akan menghilangkan sikap angkuh kamu Mega, saya akan didik kamu menjadi lebih baik." Tegas Elardo tanpa bantahan lagi, Mega sudah mendengus kasar. Lagi-lagi kata menikah keluar dari mulut Elardo. Elardo begitu mencintai dirinya atau hanya ada something tersembunyi.
"Saya tidak peduli, yang jelas saya tidak mau menikah dengan laki-laki gila seperti anda. Maaf Pak, saya mengatakan semua itu ke anak Bapak. Apa yang saya ucapkan fakta dan sudah ada buktinya. Kalau begitu saya mau pamit pulang, terima kasih sudah mengundang saya di acara makan malam sederhana ini. Saya pamit," Mega langsung berpamitan dengan ya g lain. Menyalami semua orang, kecuali Elardo.
Mega keluar dari rumah megah keluarga Gabriell. Elardo berlari mengejar Mega, Mega berlari cepat saat tahu Elardo mengejarnya.
Mega langsung masuk ke dalam mobilnya dan langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sialan kamu Mega! umpat kasar Elardo. Dirinya gagal menghentikan Mega yang berlari sangat cepat.
Aku akan segera mendapatkan kamu Mega. Kamu akan menjadi milik aku sampai mau memisahkan kita berdua.
...
Pukul 06.00 pagi, Mega sudah berangkat bekerja bersama Gavin. Di perjalanan menuju rumah sakit, mereka mengobrol bersama. Mereka membahas tentang makan malam yang Mega datangi kemarin malam.
"Lo terima aja lah ga, lumayan dapat dokter ganteng dan anak pemilik rumah sakit." Gavin menyarankan Mega menerima seorang Elardo yang gila dan gak tahu diri. Ogah dan Mega tidak mau ya, tidak mau hidup dengan laki-laki sok ngatur.
"Gak! gue gak suka sama dia. Lo mau bantu gue gak," Gavin menoleh sebentar ke arah Mega. Lalu menatap ke arah depan lagi, "Bantu apa ga?" tanya Gavin.
"Lo mau jadi calon suami pura-pura gue ya. Mohon bantu gue banget, gue bilang sama mereka kalau gue udah punya calon suami. Lo kan sahabat baik gue, lo mau ya bantu gue. Gue mohon vin, mau ya." Pinta Mega pelan dan suaranya lirih. Tapi masih di dengan oleh Gavin...
Ckit
Suara rem mobil terdengar jelas, Gavin memberhentikan mobilnya tiba-tiba. "Lo gila ga, kenapa harus bohong coba." Jelas Gavin terkejut, Mega meringis menahan sakit di pelipisnya.
"Ih lo kok ngerem dadakan kaya gini si! nih pelipis gue sakit anjir." Lah Mega malah marah-marah, "Maaf, lanjutkan topik tadi ga. Lo bisa-bisanya bohong kalau lo punya calon suami hah! lo udah gila atau lo ada rencana buat bikin Elardo cemburu." Mega diam saja, tujuan Mega hanya satu. Membuat Elardo tidak lagi meminta Mega menjadi istrinya.
"Gue gak suka, gue benci banget sama Elardo. Jijik gue kalau dia selalu aja bilang mau nikahin gue atau buat gue jadi miliknnya. Ya udah gue ngaku kalau gue udah punya calon suami. Biar dia menjauhi gue dan gak deketin gue lagi." Sahut Mega
"Oke gue mau bantu lo, lagian gue gak rela sabahat terbaik gue mendapatkan laki-laki yang tidak di cintainya." Senyum Mega langsung mengembang, Gavin memang selalu menjadi yang terbaik untuk Mega.
"Makasih Gavin ganteng, makasih banget." Gavin mengangguk
Skip
Mereka berdua baru saja sampai di rumah sakit. Mereka berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan. Seperti pasangan kekasih, banyak karyawan rumah sakit melihat keromantisan Gavin dan Mega. Padahal mereka sedang berakting saia, sengaja membuat drama agar Elardo menjauhi Mega.
"Do lihat belakang lo," celetuk Mita rekan kerja Elardo. Elardo langsung membalikkan tubuhnya ke belakang. Betapa kesalnya melihat pujaan hatinya sedang bergandengan dengan laki-laki di sebelahnya.
Elardo menghampiri mereka berdua. Elardo menarik tangan Mega kasar, "Lepas! anda kenapa? kenapa menarik saya seperti ini." Marah Mega
"Kamu gak papa sayang, dokter jangan kasar sama calon istri saya." Jelas Gavin dengan jantung berdetak sangat cepat.
"Oh jadi ini calon suami kamu...masih unggul saya." Kata Elardo tersenyum licik ke arah Gavin dan Mega.
"Saya tidak peduli!" bentak Mega.
Tbc
"Aku gak suka kamu sama Gavin mesra-mesraan di depan aku." Bentak Elardo membawa Mega ke ruangannya di lantai 3. Mega manatap sengit ke arah Elardo. "Itu bukan urusan anda, Gavin calon suami saya. Gavin berhak melakukan itu dengan saya, mau kita mesra-mesraan di depan siapa pun, kita tidak peduli. Yang penting kita senang," jelas Mega murka. Elardo menghimpit Mega ke dinding, mencium bibir Mega brutal. Mega mencoba mendorong dada bidang Elardo, kedua tangannya di cekal kuat oleh Elardo. Beberapa menit kemudian, Elardo melepaskan bibirnya. Elardo tersenyum manis ke arah Mega, menjilat air liur sisa ciuman mereka tadi, di bibir seksi Mega. Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dirinya mendapatkan pelecehan oleh Elardo. "Manis, kamu candu aku sayang. Aku mau yang lebih dari ini, ayok kita menikah. Tidak usah menunggu lama untuk menikah. Kita bisa menikah besok sayang, resepsi akhiran saja. Yang penting kita udah sah dulu, aku cinta banget sam
Mega hanya diam mengikuti kemana perginya Elardo. Tidak mengucapkan kata pun, Mega hanya diam. Tadinya enggan mengikuti Elardo, Elardo tetap memaksa Mega untuk ikut dengannya. Sudah 5 jam Mega mengikuti Elardo. Dari fitting gaun pernikahan sampai mencari cincin pernikahan. Selama itu, mereka belum juga menemukan yang cocok. Mega tidak mempermasalahkan, tetapi Elardo yang tidak menyetujui. Aneh dan menyebalkan, Mega bersabar setiap detik. Seperti sekarang ini...Mega masih setia mengikuti Elardo masuk ke salah satu butik terkenal di Jakarta Selatan. "Carikan gaun pengantin untuk dia." Suruh Elardo ke mbaknya sambil menunjuk ke arah Mega. "Gaun seperti apa Pak, model sekarang atau model unlimited." Ujar Mbak butiknya, jengah sangat jengah Mega berada di sini. "Terserah mbaknya aja, yang penting bagus dan menarik untuk saya dan calon istri saya." Jelas Elardo "Baik Pak, kalau begitu saya ambilkan gaunnya dulu.
Mega sudah di apit kedua sahabatnya, Denada dan juga Elsa. Ketiga perempuan ini berjalan keluar dari ruangan pengantin. Mega sudah tampil cantik menggunakan kebaya modern. Sungguh sangat cantik, Mega hanya diam saja. Tidak ada kebahagiaan di wajahnya, padahal Denada dan Elsa sudah berusahalah membuat Mega ikhlas. Yang namanya juga Mega, Mega masih tidak rela harus menikah dengan laki-laki yang sudah di cap menjadi musuh bebuyutannya. Mega memejamkan kedua matanya sebentar, lalu membuka kedua matanya kembali. Melihat tatapan semua orang padanya. Tatapan terpesona melihat kecantikan Mega, belum pernah mereka melihat wajah cantik Mega luar biasa seperti sekarang ini. Apa lagi Elardo, Elardo sampai tidak bisa meneguk ludahnya. Sangat susah, kedua matanya masih memandang calon istrinya yang sebentar lagi akan menjadi istri untuk dirinya. Denada dan Elsa mendudukan Mega di samping Elardo. Akad nikah akan di mulai, Elardo sudah berjabat tangan dengan Papa Mega.
Selvia menghampiri Elardo dan Mega di ballroom hotel yang di jadikan tempat resepsi pernikahan kedua sejoli yang baru dah ini. Mega sudah cemberut melihat kedatangan Selvia yang akan menghampiri dirinya dan laki-laki di sampingnya. "Hay kak, happy wedding. Semoga langgeng sama kak Elardo," katanya memberi selamat ke Mega. Mega memutar bola matanya malas, tidak menanggapi ucapan selamat dari Selvia. Elardo berdecak tidak suka melihat respon istrinya. "Makasih Selvia, nikmati makanan di sana. Kamu juga bisa berkenalan dengan adik saya." Jawab Elardo mewakili Mega yang tidak mau menjawab ucapan selamat Selvia. Ada apa dengan istrinya dan Selvia! terlihat tidak akur, seperti kedua kakaknya yang sangat akur dengan Mega. Berbeda dengan Selvia, seolah Selvia hanya butiran debu. "Siap kak, aku permisi dulu. Kak aku ke sana, sekali lagi selamat menempuh hidup baru." Setelah mengucapkan itu, Selvia segera berjalan ke arah jajaran makanan yang tersedia di bagian kiri. "Aku paling gak suka sama
Pagi harinya Mega baru saja bangun dari tidurnya. Memandang keadaan kamar hotelnya bersama Elardo. Elardo sudah berdiri di hadapan Mega, Mega duduk di ranjang sambil menatap Elardo dengan wajah angkuhnya. Elardo bersedekap dada dan menatap sengit ke arah istrinya yang sudah membuat dirinya khawatir tadi malam. Harusnya malam pertama mereka, lah...Mega malam masuk bar dan berjoget heboh sambil minum Vodka. Jelas! jelas membuat Elardo murka dan langsung menghempaskan Mega kasar ke ranjang, menciun Mega beringas dari bibir, wajah dan juga leher. Mega belum menyadari lehernya yang banyak sekali tanda merah atau bisa di bilang dengan kissmark. "Kapan kamu izin aku ke tempat kaya semalam. enak ya? enak banget, sampai gak kasih kabar aku atau minta izin aku dulu. Oke...kamu gak pernah menganggap aku suami, tapi kamu harus ingat dengan status kamu Mega. Kamu sudah menjadi seorang istri, aku mohon rubah diri kamu saat ini juga." Tegas Elardo, Elardo langsung masuk
Tadi aku udah kirim chat sama istri, kenapa gak ada balasan. Ini juga udah 30 menit aku nunggu kamu beb, kamu belum juga datang. Pasti kamu lagi makan siang sama sahabat kamu, gak izin aku sama sekali lagi. "Gak makan siang lo?" tanya Rico langsung masuk ke ruangan Elardo. "Gak! nunggu istri tapi istri gue sedari tadi belum juga muncul." Lirih Elardo sudah mulai bete dengan Mega. Rico terkekeh dan duduk di ranjang pasien. "Ngapain lo nunggu wanita yang jelas-jelas cuek banget sama lo. Terlalu membuang waktu lo aja, mendingan lo ikut gue dan yang lain makan siang di cafe seberang rumah sakit." Ujar Rico menawarkan makan siang ke sahabatnya yang lagi bete sama istrinya yang belum juga datang ke ruangannya. "Ya udah yuk, nanti di rumah gue kurung Mega samapai gak bisa jalan lagi." Rico tertawa ngakak mendengar ucapan gamblang sahabatnya yang masih di mode buruk ini. "Buat Mega kewalahan, sampai bilang nyerah sama lo." Ledek Rico
"Aku tadi nyuruh kamu ke ruangan aku loh. Kamu gak datang! kamu malah pergi makan siang saya sahabat kamu. Kamu anggap aku angin lalu, aku udah berusaha baik sama kamu. Aku mencintai kamu tulus, tapi kamu tidak bisa menghargai aku sepeser pen. Kesalahan aku memaksa kqmu menikah, itu semua sudah takdir. Kamu tahu aku marah sama kamu. Hal pertama yang tidak aku inginkan, akhirnya terjadi. Aku mau kita pisah ranjang, aku mau menginap di apartemen pribadi aku. Aku mau memberikan waktu buat kamu menyadarkanmu diri sendiri!!"marah Elardo langsung keluar dari kamarnya dengan membanting pintu kamar. "Elardo!" teriak Mega keras. Sial! cuman gara-gara gue gak ke ruangan dia, dia langsung marah. Kekanak-kanakan banget tuh laki-laki pemaksa. Mega membaringkan tubuhnya di ranjang. Salahkah aku bersiap kurang ajar dengan Elardo. Elardo memang baik denganku, tapi aku tidak bisa menerimanya begitu saja. Pemaksaan dia yang membuat aku tidak bisa menerima dia dengan ikhlas. Andai aku tidak bertemu d
"Kamu peluk aku aja kaya tadi malam sampai pagi hari beb. Aku senang kalau kamu peluk aku kaya gitu, aku bahagia. Jadi gini ya rasanya di peluk sama wanita di hati aku." Kata Elardo dengan gamblangnya.Mega malu dan langsung beranjak dari ranjang. Sebelum melangkah ke kamar mandi, pergelangan tangan kanan Mega sudah di cekal Elardo. Elardo menarik pelanggan pergelangan Mega, Mega terjatuh di tubuh kekar suaminya. "Kamu salah tingkah, aku suka sayang." KatanyaAstaga jantung Mega berdetak sangat cepat. Nafasnya memburu, menginginkan yang lebih dari ini. Astaga sadar lo ga, gak mungkin lo minta yang lebih dari ini. Dimana harga diri lo! jangan buat malu diri lo sendiri."Minggir, gue mau mandi." Ketus Mega menutupi wajah merahnya, menetralkan jantungnya yang masih berdetak sangat cepat. Seperti orang sudah lari maraton, Mega cepat-cepat bangkit dari tubuh Elardo. Elardo membiarkan Mega ke kamar mandi, "Mau mandi bareng aku atau sendirian." Goda Elardo,
"Ini yang aku mau dari kamu 'BITCH' berani sekali kamu membuat adik saya terluka. Untung ada kedua sepupu saya datang ke rumah. Jika tidak, entah bagaimana nasib adik saya di tangan kamu." Ucap MaximeTangan kanan Maxime menggaet kepala Selvia lalu menenggelamkan kepala Selvia ke dasaran kolam beberapa kali. Lihat saat ini Selvia terbatuk-batuk bahkan nafasnya mulai tercekat. Maxime tidak kasihan jika Selvia kehilangan nyawa di sini. Sementara Mia hanya menonton sambil bermain handphone. Ini kesenangannya melihat sang musuh tersakiti. Ini masih permulaan, masih ada hari-hari menanti untuk menyiksa Selvia. Kesempatan emas untuk Maxime maupun Mia."Apa perlu saya membuat kamu hamil." Selvia menggelengTubuh Selvia di gendong Maxime. Maxime membawa tubuh Selvia ke rumputan di taman belakang rumah. Begitu mengenaskan tubuhnya yang basah dan wajahnya begitu pucat."Jangan mati duluan sebelum kita puas menyakiti kamu." Ujar Maxime memperingati Selvia. Melihat sekilas Selvia memejamkan matan
"Aku pulang duluan kamu baik-baik di sini. Kalau mau ketemu ya kamu kabarin aku. Aku akan mengunjungi kamu bersama mereka." Pamit Mia ke adiknya. Elardo membawa pulang istrinya dari ruang orang tuanya. Dirinya tidak mau kecolongan seperti kemarin lagi. "Kak, simpan laptop aku ya di kamar kamu." Mia mengangguk"Kamu harus fokus kesembuhan kaki kamu. Jangan memikirkan tentang Selvia. Selvia urusan aku sama Maxime. Ingat jika ada yang menyakiti kamu akan aku balas termasuk orang terdekat kamu. Ya udah kamu baik-baik ya." Lalu Mia pamit ke yang lainnya mau pulang duluan. Ada hal yang harus iya selesaikan. Mau memberantas kuman seperti Selvia. Selvia akan iya basmi sekarang juga. Sudah berani menyakiti sang adik yang sakit bahkan tidak merasa bersalah atau sekedar meminta maaf. Tidak punya rasa bersalah! sudah licik tidak mau disalahkan. Nanti kalau Selvia tidak mau mengakui kesalahannya iya akan siksa Selvia seperti biasanya. Kalau perlu siksa fisiknya sampai terluka. Semua orang sudah t
BrukMega terjatuh ke lantai karena dorongan dari Selvia. Kurang ajar sekali Selvia berani mendorongnya terjerembab ke lantai seperti ini. Dirumah memang hanya mereka berdua saja. Suaminya berangkat bekerja lalu orang tuanya sedang ada di luar ada sesuatu harus mereka kerjakan. Kedua Kakaknya juga sibuk dengan urusan mereka. Mega meringis ketika kakinya tertimpa alat bantunya. Tadinya iya berusaha latihan berjalan sendirian eh tiba-tiba Selvia datang lalu mendorongnya. Kalau dirinya tidak lumpuh Mega sudah menyerang Selvia."Aduh sakitnya jatuh ya Mega. Lihat keadaan kamu sekarang...jangan nangis ya harus tegar dan ikhlas. Selamanya jadi orang cacat biar aku sakiti kamu terus. Oh iya aku berniat merebut suaminya kamu loh. Mumpung kamu cacat terus gak bisa melayani suami dengan baik ya udah aku inisiatif menjadi orang tiga di hubungan kamu dan suami kamu." Ucap Selvia begitu gamblang."Berani melakukan itu aku akan bunuh kamu. Kamu pikir aku takut sama kamu hah, kamu hanya benalu di ke
"Hai cantik gimana nih kabarnya.""Ya ampun Mega udah lama ya kita gak ketemu. Hu kangen tahu pengin ketemu kamu tapi aku sibuk eh kita ketemu sekarang." Cerocos Elsa"Kamu itu sibuknya gak ketulungan. Denada sibuk tapi masih bisa menyempatkan ketemu aku. Tapi, makasih ya udah mau ke sini. Elsa lihat aku sekarang...gak bisa jalan sedih banget." Elsa mengelus lemgannya lembut. "Harus semangat buat sembuh cantik. Aku mau kok bantu menyembuhkan kamu, nanti aku ke dukun ya biar bisa menyembuhkan kamu lewat mantra." Ini yang Mega kangenin dari Elsa, membuat lelucon ketika iya sedih. Semua sahabatnya Sadang berkunjung untuk menjenguknya. Mereka membawa beberapa parsel buah, paket jajanan favoritnya juga. Merwka memang sahabat yang mengerti Mega. Walaupun sakit masih membutuhkan asupan jajan hehe."Aku janji deh kamu sembuh aku ajak kemping ke Bromo sama yang lain juga. Kamu bebas mau ajak suami atau gak." Aduh itu plan aku bersama mereka sebulan yang lalu. Plan mau kemping ke Bromo tapi
Mega tidak mau melihat ke arah suami atau keluarganya. Iya malu saat ini, keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Kakinya lumpuh tidak bisa di gerakkan sama sekali. Mau menangis juga percuma. Mungkin ini karma untuknya. Tuhan maha adil, menyesal atau bagaimana. Ikhlas itu yang harus iya lakukan tapi bukan sekarang. Begitu menyakitkan untuknya tidak bisa berjalan seperti biasanya lagi. "Makan ya kamu belum makan loh dari kemarin." "Untuk apa kamu baik sama aku." Air matanya kembali mengalir. Elardo mengusap air matanya berulang kali sejak tadi. "Kamu bakal sembuh sayang. Kemoterapi rutin akan membantu kesembuhan kamu." Mega tertawa "Percuma kemoterapi rutin tapi ujung-ujungnya tidak bisa jalan. Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawa aku saja. Skait rasanya saat aku cacat seperti ini. Makin banyak yang menghujat aku sekarang terutama dia." Matanya mengarah ke Selvia sedari tadi menahan tawanya melihat penderitaan Mega saat ini. "Jangan fitnah kak, aku sama sekali tidak akan menghujat ka
"Kakak lihat jari-jari kak Mega bergerak." Seru Ester ke Kakaknya. Elardo bangkit lalu mengecek kondisi sang istri begitu cepat. Senyum terbit di bibirnya melihat tubuh istrinya sudah mulai stabil lagi bahkan dirinya melihat istrinya mulai membuka matanya di tengah malah seperti ini.Mega membuka kedua matanya perlahan lalu melihat ke sekitar ruangan bercat putih. Mega menoleh ke salah satu dari mereka lalu mencoba mengangkat tangannya. "Jangan ya. Kamu jangan dulu bergerak ya." Mega diam saja lalu matanya mengarah ke suaminya. "Jalan itu...jalan yang merenggut nyawa aku." Ucapnya terbata-bataMega ingat jika dirinya menjadi korban kecelakaan beruntun. Dirinya terlibat dari kecelakaan itu bahkan dirinya menjadi korban utama kecelakaan itu terjadi. Mega merasakan pusing di kepalanya lalu memegang kepalanya. Elardo mengusap kepala yang istri yang diperban."Papah...Mamah... Mega mau ketemu kalian." Denada langsung menghubungi kedua orang tua Mega agar datang ke rumah sakit. Memberi
3 jam menunggu akhirnya operasi Mega sudah selesai. Elardo keluar dari ruang operasi untuk menemui keluarganya serta keluarga sang istri. Hancur hatinya saat ini untung istrinya masih tertolong.Melita menghampiri anaknya yang baru saja keluar dari ruang operasi. " Nak, bagaimana keadaan menantu Mami?" tanya Kami Melita.Elardo mengembuskan nafasnya. "Jauh di katakan baik Mi. Alhamdulillah Mega tertolong karena penanganan medis begitu cepat. Membutuhkan waktu yang cukup lama menyembuhkan fisik dan mentalnya. Aku yakin Mega terguncang dengan kecelakaan yang terjadi dalam dirinya. Aku sudah berusaha menyelamatkan Mega dari maut. Pembuluh darahnya pecah bahkan kedua kakinya tidak berfungsi dengan baik." Jelasnya membuat semua orang terkejut.Raisa terduduk di lantai lalu Oland membantu istrinya berdiri. Mia memeluk Mamahnya yang terguncang hebat. "Kenapa swmua terjadi sama anak kita Mas." Tangis Raisa pecah saat tahu anaknya mengalami kecelakaan hebat sampai parah."Mamah, maaf aku tid
Mega mengendarai mobilnya dengan kecepatan cepat. Bangun kesiangan alhasil dirinya telat berangkat kerja. Untung saja dirinya sudah menghubungi bosnya. Dirinya berangkat terlambat tanpa mengatakan kalau dirinya bangun kesiangan. Biarkan dirinya dan Tuhan saja yang tahu. TringSuara handphonenya berbunyi lalu Mega mengambil handphonenya dan langsung mengangkat panggilan dari Gavin."Kamu bilang mau cerai sama Elardo." "Iya. Aku udah bilang sama kamu. Aku mau cerai sama Elardo. Hubungan aku dan dia tidak bisa dipertahankan lagi, Vin." Gavin menghela nafasnya. "Kamu pikirkan lagi lah jangan kaya anak kecil." Pasti Gavin tidak setuju dieinya sudah menduga. "Aku tetap akan bercerai dengan Elardo. Ini smeua menyangkut kehidupan aku. Jujur aku tetsiskda selama menjadi istri dia. Hidup aku banyak tuntutan karena dia. Dia tidak pernah mengerti perasaan aku. Dia egois, Vin." Jelasnya membuat si Gavin percaya dengannya. Di sana Gavin terkekeh. "Bukannya selama ini yang egois itu kamu buka
"INGAT BAIK-BAIK SELVIA! SELAMA INI GUE TIDAK PERNAH MENERIMA KEBERADAAN KAMU DI RUMAH INI." Teriak Mega lalu membanting tubuh Selvia sampai terdengar bunyi tulang retak. Selvia sontak meringis lalu memegang pinggangnya yang sakit luar biasa. Mega tertawa senang melihat penderitaan Selvia."Kenapa harus ada lo di dunia ini. Kenapa lo harus singgah di kehidupan keluarga gue. Lo tahu, kehadiran lo di keluarga gue tidak di terima dengan baik. Hanya orang tua gue saja yang peduli sama lo. Sedangkan yang lain minus, mereka tidak pernah menerima kehadiran lo. Lo hanya benalu! mendingan lo mati sekalian. Orang kek lo harus musnah dari dunia ini." Teriak MegaMega kembali menarik rambut panjang Selvia. Mega menampar kedua pioinya lagi dan lagi sampai Selvia pingsan. Mega bangkit lalu melihat ke arah Tara. Tara menyunggingkan senyumnya lalu menepuk bahunya. Mereka bertos bersama lalu keluar dari kamar Selvia. Membiarkan Selvia terkapar di lantai dengan keadaan mengenaskan. Mereka berdoa semog