"Gila tadi lo keren banget ga. Gue lihat lo dari lantai atas, beh lo kejam banget marahin kedua dokter yang berpengaruh di rumah sakit ini. Mantap banget lo ga, berani banget lo sumpah." Cerocos Denada tidak berhenti sedari tadi. Mega hanya menganggap dengan anggukan saja, malas menjawab cerocosan Denada.
"Lo kejam tahu ga, siap-siap lo dapat surat PHK dari atasan. Siapa tahu tuh anak pemilik rumah sakit ngadu sama bokapnya." Ujar Gavin membenarkan jika akan terjadi badai besar, suatu saat nanti atau nantinya ini.
Mega terdiam sebentar, "Lo jangan buat gue deg-degan dong. Gimana kalau semau itu terjadi, gue bakal di keluarin lagi." Gelisah Mega
"Jalan satu-satunya ya lo harus minta maaf sama kedua dokter yang udah lo marahi habis-habisan. Apa lagi dokter Elardo yang paling mendapatkan amuian dari lo. Siap-siap aja lo ga, gur si tinggal nunggu hasilnya bagaimana." Jelas Roby menakut-nakuti Mega, Mega jadi bingung sendiri. Mau minta maaf atau gak usah, kalau gak minta maaf Mega bakal di depan dari pekerjaan yang sudah ada bersamanya lama. Kalau minta maaf, mereka akan menganggap Mega penakut.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu dari ruangan mereka. Roby berjalan membuka pintu ruangan, dan terkejut melihat siapa yang datang ke ruangan administrasi.
"Silahkan masuk Pak," hormatnya dengan atasan. Abass Gabriell, pemilik rumah sakit Belarus. Beliau juga seorang dokter sama seperti anaknya Darren Gabriell.
Mati kau Mega! baru juga di omongin, orangnya malah ke sini batin Roby.
Abass Gabriell masuk ke dalam ruangan bagian administrasi. Menatap semua karyawan administrasi satu-satu. Jantung mereka berdetak sangat cepat, mereka sungguh sangat takut di tatap seperti itu oleh sang pemilik rumah sakit. Tempat mereka bekerja mencari ilmu dan uang tentunya.
"Permisi, maaf menganggu pekerjaan kalian semua. Saya yakin anda yang bernama Mega Aurum." Tunjuknya ke arah Mega, Mega mengangguk pelan.
Abbas Gabriell terkekeh melihat raut wajah ketakutan Mega. "Jangan takut nak, saya di sini hanya mau kasih kamu ini." Abass memberikan sebuah amplop berwarna hitam ke Mega. Mega menerima dengan baik.
"Kalau boleh tahu, ini amplop apa Pak." Ujar Mega
"Amplop undangan makan malam bersama saya dan keluarga besar saya. Kamu, saya undang makan malam, saya takjub melihat sikap tegas kamu ke anak saya tadi di lantai dasar. Kamu perempuan yang sangat tangguh, tidak usah minta maaf nak. Apa yang kamu lakukan sangat benar. Tidak ada perempuan setegas kamu, kamu benar-benar idaman semua orang nak." Jelas Abbas membuat semua orang terkejut, terutama Mega Aurum.
"Sa_ya melakukan dengan benar Pak. Bapak tidak memarahi saya, karena saya sudah memarahi anak Bapak." Abass menggeleng tidak, tidak marah dengan apa yang di lakukan Mega pada anaknya. Bagi Abbas, apa yang Mega lakukan sudah sangat benar.
"Kamu sudah benar Mega, saya bangga mempunyai karyawan seperti kamu. Perempuan tangguh dan tegas, yang pasti bentakan kamu membuat anak saya uring-uringan. Pengin tahu siapa kamu sebenarnya, anak saya kayanya udah mulai suka sama kamu." Canda Abbas
"Hahaha Bapak bisa aja, saya hanya perempuan biasa aja Pak." Katanya
"Bagi saya...kamu sungguh luar biasa Mega. Kalau begitu saya permisi, selamat bekerja kembali." Ujarnya
Abbas keluar dari ruangan administrasi. Mereka semua langsung bernafas lega, mereka tersenyum ke arah Mega. Kayanya Mega udah dapat lampu hijau dari bokap Elardo si pemilik rumah sakit Belarus.
Mega duduk di kursi kerjanya, menatap tumpukan kertas yang belum di selesaikan dengan baik. Mega masih memikirkan undangan makan malas bersama sang pemilik rumah sakit dengan keluarga besarnya. Astaga bisa sampai kaya gini, Mega pikir dirinya akan di keluarkan dari pekerjaannya.
"Lo harus datang Mega. Lagian kayanya akan ada something yang terjadi di makan malam nanti. Semangat terus Mega, jangan sampai lo ketinggalan apa yang akan terjadi." Ujar Elsa menyemangati Mega, Mega lesu. Apakah Mega akan datang ke sana atau tidak.
"Gue ragu mau datang apa nggak." Lesu Mega
"Datang aja ga, kesempatan emas ini namanya. Lo beruntung bisa dapat undangan makan malam bersama keluarga Gabriell yang terkenal itu. Apa lagi bisa bertemu Darren yang ganteng nya kaya Manurios." Jelas Denada
"Birt urusin sana, jangan ngomong ganteng sama laki-laki lain." Celetuk Roby
Denada langsung menye-menye, Denada lagi gak mau bahas Bird.
"Lo aja yang urusin," kesal Denada.
"Ogah!" sarkas Roby. Enak aja dirinya yang ngurusin Bird, emang Bird siapanya dirinya.
Skip
Elardo sedari tadi senyum-senyum tidak jelas. Membayangkan wajah galak dan wajah ceria Mega. Sangat cantik dan terlihat mempesona.
Bisa di katakan Elardo mulai menyukai Mega. Mega perempuan yang sangat tegas dan baik tentunya. Mengutamakan pekerjaan yang di kerjakan, dari pada mengutamakan pekerjaan orang lain. Elardo sungguh sangat tertarik dengan Mega, Darren menginginkan Mega menjadi istrinya.
Laki-laki paruh baya sedari tadi menyaksikan wajah ceria putra pertamanya. Senyum sendiri seperti orang gila, anaknya pasti sedang memikirkan hal yang tidak akan terjadi menjadi terjadi.
"Kamu jatuh cinta boy, dengan siapa? Mega atau yang lain?" tanya Abbas Papi, Elardo menoleh ke arah Papinya.
"Lagi bahagia pi, Elardo gak nyangka bisa bertemu bidadari secantik Mega Aurum. Cantik banget, tegas lagi, terus galaknya yang membuat Elardo menyukainya pi. Elardo ingin memiliki Mega pi, semoga Papi mengizinkan Elardo memiliki Mega." Apa yang Abbas pikirkan semuanya benar. Ternyata anaknya sudah menyukai Mega, berniat menjadikan Mega masa depannya.
"Perjuangkan Mega nak, Papi setuju kalau kamu sama Mega. Papi juga udah undang Mega makan malam di rumah kita nanti malam. Kamu datang ya, kalau gak datang kamu rugi sendiri." Elardo mengangguk dan mengiyakan, mana ada kesempatan emas kaya gini lagi. Jelas Elardo mau banget lah, apa lagi ini perempuan yang Darren sukai.
Elardo sudah tidak sabar menunggu malam. Menunggu pujaan hatinya datang ke rumah untuk makan malam bersama keluarganya. Elardo juga penasaran dengan penampilan Mega, pasti Mega akan sangat cantik.
"Sudah jangan menayangkan Mega. Kamu kerjakan pekerjaan kamu hari ini. Kalau udah waktunya pulang, langsung pulang ke rumah. Jangan mampir kesl sana kemari, nanti lupa kalau mau makan malam sama calon gebetan." Ledek Abbas Papi Elardo yang humoris.
"Elardo gak akan pernah lupa pi, Elardo akan selalu ingat. Jika Elardo akan makan malam bersama kalian dan Mega tentunya." Sahut Elardo semangat 45, ada-ada aja ya si Elardo ini.
Waktu yang sangat cepat, sampai akhirnya malam pun datang.
Di apartemen sudah ada Mega, Elsa, ada Denada juga. Elsa dan Denada sedang mendandani seorang Mega Aurum yang akan datang ke ruamh pemilik Belarus. Mereka membantu Mega untuk tampil cantik dan elegan.
Jujur saja Mega sangat deg-degan datang ke acara makan malam keluarga Belarus. Takutnya ada salah satu keluarga Gabriell yang tidak menyukai dirinya. Mega takut di rendahkan yang tidak tidak oleh salah satu keluarga Gabriell.
Mega memakai dress sampai lutut berwarna merah. Menggerai rambut panjangnya, ada jepitan kecil yang menghiasi rambut panjangnya. Memakai high heels 10 cm berwarna hitam, membawa dompet berwarna hitam. Memakai make-up natural, karena Mega tidak suka pakai make-up tebal-tebal kaya tante-tante girang.
Perfect Mega❤
Tbc
Mega sudah berada di rumah megah milik keluarga Gabriell. Mega menatap intens semua orang di meja makan. Malam ini Mega begitu terpesona dengan mereka semua. Sebuah keluarga yang sangat harmonis, mereka saling melengkapi satu sama lain. Ingin rasanya Mega seperti mereka, nyatanya Mega tidak akan pernah seperti mereka. Berkumpul dan bersama-sama untuk meluangkan waktu kebahagiaan. "Selamat malam semuanya, terima kasih sudah hadir di acara makan malam sederhana yang sayang buat bersama istri saya. Terima kasih nak Mega, kamu sudah datang di acara makan malam hari ini. Saya sangat berterima kasih sekali dengan kehadiran kamu." Jelas Abass ke semua orang dan Mega tentunya. Mega mengangguk sopan, ingin rasanya Mega pingsan. Atasannya ini menatap Mega dengan baik dan sopan. Tidak pernah memandang kalau Mega adalah bawahannya. "Saya sengaja mengadakan acara makan malam sederhana ini untuk mempererat silaturahmi." Lanjutnya Acara makan malam di mulai, mer
"Bisa kamu jelaskan boy, apa yang kamu lakukan ke Mega. Kamu melecehkan Mega, kamu keterlaluan boy. Apa pernah Papi mengajarkan kamu melecehkan seorang perempuan." Tegas Papi Abass ke Elardo, aslinya mah senang kalau anaknya dan Mega sudah ada kata sentuhan. Sentuhan dalam artian saling menganalisis dan dekat. Elardo menatap ke arah Papinya serius, lalu menatap ke arah Mega. "Aku mencintainya pi, aku ingin memilikinya. Dari pada diam saja, aku cium Mega dan menikmati ciuman pertama yang memabukkan." Sahut Elardo, mereka semua menepuk pelipisnya pelan kecuali Mega. Mega membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban Elardo. Udah gila kali ya, ya kali ciuman kaya gitu memabukkan. Sudah melecehkan, tidak merasa bersalah lagi. Sinting kali nih orang, awas aja lo! gue akan buat lo menderita dan buat lo sakit hati. Enak banget nih orang udah cium bibir seksi gue. Jadinya ibir seksi gue udah gak perawan, siapan banget nih orang. "Ma
"Aku gak suka kamu sama Gavin mesra-mesraan di depan aku." Bentak Elardo membawa Mega ke ruangannya di lantai 3. Mega manatap sengit ke arah Elardo. "Itu bukan urusan anda, Gavin calon suami saya. Gavin berhak melakukan itu dengan saya, mau kita mesra-mesraan di depan siapa pun, kita tidak peduli. Yang penting kita senang," jelas Mega murka. Elardo menghimpit Mega ke dinding, mencium bibir Mega brutal. Mega mencoba mendorong dada bidang Elardo, kedua tangannya di cekal kuat oleh Elardo. Beberapa menit kemudian, Elardo melepaskan bibirnya. Elardo tersenyum manis ke arah Mega, menjilat air liur sisa ciuman mereka tadi, di bibir seksi Mega. Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dirinya mendapatkan pelecehan oleh Elardo. "Manis, kamu candu aku sayang. Aku mau yang lebih dari ini, ayok kita menikah. Tidak usah menunggu lama untuk menikah. Kita bisa menikah besok sayang, resepsi akhiran saja. Yang penting kita udah sah dulu, aku cinta banget sam
Mega hanya diam mengikuti kemana perginya Elardo. Tidak mengucapkan kata pun, Mega hanya diam. Tadinya enggan mengikuti Elardo, Elardo tetap memaksa Mega untuk ikut dengannya. Sudah 5 jam Mega mengikuti Elardo. Dari fitting gaun pernikahan sampai mencari cincin pernikahan. Selama itu, mereka belum juga menemukan yang cocok. Mega tidak mempermasalahkan, tetapi Elardo yang tidak menyetujui. Aneh dan menyebalkan, Mega bersabar setiap detik. Seperti sekarang ini...Mega masih setia mengikuti Elardo masuk ke salah satu butik terkenal di Jakarta Selatan. "Carikan gaun pengantin untuk dia." Suruh Elardo ke mbaknya sambil menunjuk ke arah Mega. "Gaun seperti apa Pak, model sekarang atau model unlimited." Ujar Mbak butiknya, jengah sangat jengah Mega berada di sini. "Terserah mbaknya aja, yang penting bagus dan menarik untuk saya dan calon istri saya." Jelas Elardo "Baik Pak, kalau begitu saya ambilkan gaunnya dulu.
Mega sudah di apit kedua sahabatnya, Denada dan juga Elsa. Ketiga perempuan ini berjalan keluar dari ruangan pengantin. Mega sudah tampil cantik menggunakan kebaya modern. Sungguh sangat cantik, Mega hanya diam saja. Tidak ada kebahagiaan di wajahnya, padahal Denada dan Elsa sudah berusahalah membuat Mega ikhlas. Yang namanya juga Mega, Mega masih tidak rela harus menikah dengan laki-laki yang sudah di cap menjadi musuh bebuyutannya. Mega memejamkan kedua matanya sebentar, lalu membuka kedua matanya kembali. Melihat tatapan semua orang padanya. Tatapan terpesona melihat kecantikan Mega, belum pernah mereka melihat wajah cantik Mega luar biasa seperti sekarang ini. Apa lagi Elardo, Elardo sampai tidak bisa meneguk ludahnya. Sangat susah, kedua matanya masih memandang calon istrinya yang sebentar lagi akan menjadi istri untuk dirinya. Denada dan Elsa mendudukan Mega di samping Elardo. Akad nikah akan di mulai, Elardo sudah berjabat tangan dengan Papa Mega.
Selvia menghampiri Elardo dan Mega di ballroom hotel yang di jadikan tempat resepsi pernikahan kedua sejoli yang baru dah ini. Mega sudah cemberut melihat kedatangan Selvia yang akan menghampiri dirinya dan laki-laki di sampingnya. "Hay kak, happy wedding. Semoga langgeng sama kak Elardo," katanya memberi selamat ke Mega. Mega memutar bola matanya malas, tidak menanggapi ucapan selamat dari Selvia. Elardo berdecak tidak suka melihat respon istrinya. "Makasih Selvia, nikmati makanan di sana. Kamu juga bisa berkenalan dengan adik saya." Jawab Elardo mewakili Mega yang tidak mau menjawab ucapan selamat Selvia. Ada apa dengan istrinya dan Selvia! terlihat tidak akur, seperti kedua kakaknya yang sangat akur dengan Mega. Berbeda dengan Selvia, seolah Selvia hanya butiran debu. "Siap kak, aku permisi dulu. Kak aku ke sana, sekali lagi selamat menempuh hidup baru." Setelah mengucapkan itu, Selvia segera berjalan ke arah jajaran makanan yang tersedia di bagian kiri. "Aku paling gak suka sama
Pagi harinya Mega baru saja bangun dari tidurnya. Memandang keadaan kamar hotelnya bersama Elardo. Elardo sudah berdiri di hadapan Mega, Mega duduk di ranjang sambil menatap Elardo dengan wajah angkuhnya. Elardo bersedekap dada dan menatap sengit ke arah istrinya yang sudah membuat dirinya khawatir tadi malam. Harusnya malam pertama mereka, lah...Mega malam masuk bar dan berjoget heboh sambil minum Vodka. Jelas! jelas membuat Elardo murka dan langsung menghempaskan Mega kasar ke ranjang, menciun Mega beringas dari bibir, wajah dan juga leher. Mega belum menyadari lehernya yang banyak sekali tanda merah atau bisa di bilang dengan kissmark. "Kapan kamu izin aku ke tempat kaya semalam. enak ya? enak banget, sampai gak kasih kabar aku atau minta izin aku dulu. Oke...kamu gak pernah menganggap aku suami, tapi kamu harus ingat dengan status kamu Mega. Kamu sudah menjadi seorang istri, aku mohon rubah diri kamu saat ini juga." Tegas Elardo, Elardo langsung masuk
Tadi aku udah kirim chat sama istri, kenapa gak ada balasan. Ini juga udah 30 menit aku nunggu kamu beb, kamu belum juga datang. Pasti kamu lagi makan siang sama sahabat kamu, gak izin aku sama sekali lagi. "Gak makan siang lo?" tanya Rico langsung masuk ke ruangan Elardo. "Gak! nunggu istri tapi istri gue sedari tadi belum juga muncul." Lirih Elardo sudah mulai bete dengan Mega. Rico terkekeh dan duduk di ranjang pasien. "Ngapain lo nunggu wanita yang jelas-jelas cuek banget sama lo. Terlalu membuang waktu lo aja, mendingan lo ikut gue dan yang lain makan siang di cafe seberang rumah sakit." Ujar Rico menawarkan makan siang ke sahabatnya yang lagi bete sama istrinya yang belum juga datang ke ruangannya. "Ya udah yuk, nanti di rumah gue kurung Mega samapai gak bisa jalan lagi." Rico tertawa ngakak mendengar ucapan gamblang sahabatnya yang masih di mode buruk ini. "Buat Mega kewalahan, sampai bilang nyerah sama lo." Ledek Rico
"Ini yang aku mau dari kamu 'BITCH' berani sekali kamu membuat adik saya terluka. Untung ada kedua sepupu saya datang ke rumah. Jika tidak, entah bagaimana nasib adik saya di tangan kamu." Ucap MaximeTangan kanan Maxime menggaet kepala Selvia lalu menenggelamkan kepala Selvia ke dasaran kolam beberapa kali. Lihat saat ini Selvia terbatuk-batuk bahkan nafasnya mulai tercekat. Maxime tidak kasihan jika Selvia kehilangan nyawa di sini. Sementara Mia hanya menonton sambil bermain handphone. Ini kesenangannya melihat sang musuh tersakiti. Ini masih permulaan, masih ada hari-hari menanti untuk menyiksa Selvia. Kesempatan emas untuk Maxime maupun Mia."Apa perlu saya membuat kamu hamil." Selvia menggelengTubuh Selvia di gendong Maxime. Maxime membawa tubuh Selvia ke rumputan di taman belakang rumah. Begitu mengenaskan tubuhnya yang basah dan wajahnya begitu pucat."Jangan mati duluan sebelum kita puas menyakiti kamu." Ujar Maxime memperingati Selvia. Melihat sekilas Selvia memejamkan matan
"Aku pulang duluan kamu baik-baik di sini. Kalau mau ketemu ya kamu kabarin aku. Aku akan mengunjungi kamu bersama mereka." Pamit Mia ke adiknya. Elardo membawa pulang istrinya dari ruang orang tuanya. Dirinya tidak mau kecolongan seperti kemarin lagi. "Kak, simpan laptop aku ya di kamar kamu." Mia mengangguk"Kamu harus fokus kesembuhan kaki kamu. Jangan memikirkan tentang Selvia. Selvia urusan aku sama Maxime. Ingat jika ada yang menyakiti kamu akan aku balas termasuk orang terdekat kamu. Ya udah kamu baik-baik ya." Lalu Mia pamit ke yang lainnya mau pulang duluan. Ada hal yang harus iya selesaikan. Mau memberantas kuman seperti Selvia. Selvia akan iya basmi sekarang juga. Sudah berani menyakiti sang adik yang sakit bahkan tidak merasa bersalah atau sekedar meminta maaf. Tidak punya rasa bersalah! sudah licik tidak mau disalahkan. Nanti kalau Selvia tidak mau mengakui kesalahannya iya akan siksa Selvia seperti biasanya. Kalau perlu siksa fisiknya sampai terluka. Semua orang sudah t
BrukMega terjatuh ke lantai karena dorongan dari Selvia. Kurang ajar sekali Selvia berani mendorongnya terjerembab ke lantai seperti ini. Dirumah memang hanya mereka berdua saja. Suaminya berangkat bekerja lalu orang tuanya sedang ada di luar ada sesuatu harus mereka kerjakan. Kedua Kakaknya juga sibuk dengan urusan mereka. Mega meringis ketika kakinya tertimpa alat bantunya. Tadinya iya berusaha latihan berjalan sendirian eh tiba-tiba Selvia datang lalu mendorongnya. Kalau dirinya tidak lumpuh Mega sudah menyerang Selvia."Aduh sakitnya jatuh ya Mega. Lihat keadaan kamu sekarang...jangan nangis ya harus tegar dan ikhlas. Selamanya jadi orang cacat biar aku sakiti kamu terus. Oh iya aku berniat merebut suaminya kamu loh. Mumpung kamu cacat terus gak bisa melayani suami dengan baik ya udah aku inisiatif menjadi orang tiga di hubungan kamu dan suami kamu." Ucap Selvia begitu gamblang."Berani melakukan itu aku akan bunuh kamu. Kamu pikir aku takut sama kamu hah, kamu hanya benalu di ke
"Hai cantik gimana nih kabarnya.""Ya ampun Mega udah lama ya kita gak ketemu. Hu kangen tahu pengin ketemu kamu tapi aku sibuk eh kita ketemu sekarang." Cerocos Elsa"Kamu itu sibuknya gak ketulungan. Denada sibuk tapi masih bisa menyempatkan ketemu aku. Tapi, makasih ya udah mau ke sini. Elsa lihat aku sekarang...gak bisa jalan sedih banget." Elsa mengelus lemgannya lembut. "Harus semangat buat sembuh cantik. Aku mau kok bantu menyembuhkan kamu, nanti aku ke dukun ya biar bisa menyembuhkan kamu lewat mantra." Ini yang Mega kangenin dari Elsa, membuat lelucon ketika iya sedih. Semua sahabatnya Sadang berkunjung untuk menjenguknya. Mereka membawa beberapa parsel buah, paket jajanan favoritnya juga. Merwka memang sahabat yang mengerti Mega. Walaupun sakit masih membutuhkan asupan jajan hehe."Aku janji deh kamu sembuh aku ajak kemping ke Bromo sama yang lain juga. Kamu bebas mau ajak suami atau gak." Aduh itu plan aku bersama mereka sebulan yang lalu. Plan mau kemping ke Bromo tapi
Mega tidak mau melihat ke arah suami atau keluarganya. Iya malu saat ini, keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Kakinya lumpuh tidak bisa di gerakkan sama sekali. Mau menangis juga percuma. Mungkin ini karma untuknya. Tuhan maha adil, menyesal atau bagaimana. Ikhlas itu yang harus iya lakukan tapi bukan sekarang. Begitu menyakitkan untuknya tidak bisa berjalan seperti biasanya lagi. "Makan ya kamu belum makan loh dari kemarin." "Untuk apa kamu baik sama aku." Air matanya kembali mengalir. Elardo mengusap air matanya berulang kali sejak tadi. "Kamu bakal sembuh sayang. Kemoterapi rutin akan membantu kesembuhan kamu." Mega tertawa "Percuma kemoterapi rutin tapi ujung-ujungnya tidak bisa jalan. Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawa aku saja. Skait rasanya saat aku cacat seperti ini. Makin banyak yang menghujat aku sekarang terutama dia." Matanya mengarah ke Selvia sedari tadi menahan tawanya melihat penderitaan Mega saat ini. "Jangan fitnah kak, aku sama sekali tidak akan menghujat ka
"Kakak lihat jari-jari kak Mega bergerak." Seru Ester ke Kakaknya. Elardo bangkit lalu mengecek kondisi sang istri begitu cepat. Senyum terbit di bibirnya melihat tubuh istrinya sudah mulai stabil lagi bahkan dirinya melihat istrinya mulai membuka matanya di tengah malah seperti ini.Mega membuka kedua matanya perlahan lalu melihat ke sekitar ruangan bercat putih. Mega menoleh ke salah satu dari mereka lalu mencoba mengangkat tangannya. "Jangan ya. Kamu jangan dulu bergerak ya." Mega diam saja lalu matanya mengarah ke suaminya. "Jalan itu...jalan yang merenggut nyawa aku." Ucapnya terbata-bataMega ingat jika dirinya menjadi korban kecelakaan beruntun. Dirinya terlibat dari kecelakaan itu bahkan dirinya menjadi korban utama kecelakaan itu terjadi. Mega merasakan pusing di kepalanya lalu memegang kepalanya. Elardo mengusap kepala yang istri yang diperban."Papah...Mamah... Mega mau ketemu kalian." Denada langsung menghubungi kedua orang tua Mega agar datang ke rumah sakit. Memberi
3 jam menunggu akhirnya operasi Mega sudah selesai. Elardo keluar dari ruang operasi untuk menemui keluarganya serta keluarga sang istri. Hancur hatinya saat ini untung istrinya masih tertolong.Melita menghampiri anaknya yang baru saja keluar dari ruang operasi. " Nak, bagaimana keadaan menantu Mami?" tanya Kami Melita.Elardo mengembuskan nafasnya. "Jauh di katakan baik Mi. Alhamdulillah Mega tertolong karena penanganan medis begitu cepat. Membutuhkan waktu yang cukup lama menyembuhkan fisik dan mentalnya. Aku yakin Mega terguncang dengan kecelakaan yang terjadi dalam dirinya. Aku sudah berusaha menyelamatkan Mega dari maut. Pembuluh darahnya pecah bahkan kedua kakinya tidak berfungsi dengan baik." Jelasnya membuat semua orang terkejut.Raisa terduduk di lantai lalu Oland membantu istrinya berdiri. Mia memeluk Mamahnya yang terguncang hebat. "Kenapa swmua terjadi sama anak kita Mas." Tangis Raisa pecah saat tahu anaknya mengalami kecelakaan hebat sampai parah."Mamah, maaf aku tid
Mega mengendarai mobilnya dengan kecepatan cepat. Bangun kesiangan alhasil dirinya telat berangkat kerja. Untung saja dirinya sudah menghubungi bosnya. Dirinya berangkat terlambat tanpa mengatakan kalau dirinya bangun kesiangan. Biarkan dirinya dan Tuhan saja yang tahu. TringSuara handphonenya berbunyi lalu Mega mengambil handphonenya dan langsung mengangkat panggilan dari Gavin."Kamu bilang mau cerai sama Elardo." "Iya. Aku udah bilang sama kamu. Aku mau cerai sama Elardo. Hubungan aku dan dia tidak bisa dipertahankan lagi, Vin." Gavin menghela nafasnya. "Kamu pikirkan lagi lah jangan kaya anak kecil." Pasti Gavin tidak setuju dieinya sudah menduga. "Aku tetap akan bercerai dengan Elardo. Ini smeua menyangkut kehidupan aku. Jujur aku tetsiskda selama menjadi istri dia. Hidup aku banyak tuntutan karena dia. Dia tidak pernah mengerti perasaan aku. Dia egois, Vin." Jelasnya membuat si Gavin percaya dengannya. Di sana Gavin terkekeh. "Bukannya selama ini yang egois itu kamu buka
"INGAT BAIK-BAIK SELVIA! SELAMA INI GUE TIDAK PERNAH MENERIMA KEBERADAAN KAMU DI RUMAH INI." Teriak Mega lalu membanting tubuh Selvia sampai terdengar bunyi tulang retak. Selvia sontak meringis lalu memegang pinggangnya yang sakit luar biasa. Mega tertawa senang melihat penderitaan Selvia."Kenapa harus ada lo di dunia ini. Kenapa lo harus singgah di kehidupan keluarga gue. Lo tahu, kehadiran lo di keluarga gue tidak di terima dengan baik. Hanya orang tua gue saja yang peduli sama lo. Sedangkan yang lain minus, mereka tidak pernah menerima kehadiran lo. Lo hanya benalu! mendingan lo mati sekalian. Orang kek lo harus musnah dari dunia ini." Teriak MegaMega kembali menarik rambut panjang Selvia. Mega menampar kedua pioinya lagi dan lagi sampai Selvia pingsan. Mega bangkit lalu melihat ke arah Tara. Tara menyunggingkan senyumnya lalu menepuk bahunya. Mereka bertos bersama lalu keluar dari kamar Selvia. Membiarkan Selvia terkapar di lantai dengan keadaan mengenaskan. Mereka berdoa semog