Pagi harinya Mega baru saja bangun dari tidurnya. Memandang keadaan kamar hotelnya bersama Elardo. Elardo sudah berdiri di hadapan Mega, Mega duduk di ranjang sambil menatap Elardo dengan wajah angkuhnya. Elardo bersedekap dada dan menatap sengit ke arah istrinya yang sudah membuat dirinya khawatir tadi malam. Harusnya malam pertama mereka, lah...Mega malam masuk bar dan berjoget heboh sambil minum Vodka. Jelas! jelas membuat Elardo murka dan langsung menghempaskan Mega kasar ke ranjang, menciun Mega beringas dari bibir, wajah dan juga leher. Mega belum menyadari lehernya yang banyak sekali tanda merah atau bisa di bilang dengan kissmark. "Kapan kamu izin aku ke tempat kaya semalam. enak ya? enak banget, sampai gak kasih kabar aku atau minta izin aku dulu. Oke...kamu gak pernah menganggap aku suami, tapi kamu harus ingat dengan status kamu Mega. Kamu sudah menjadi seorang istri, aku mohon rubah diri kamu saat ini juga." Tegas Elardo, Elardo langsung masuk
Tadi aku udah kirim chat sama istri, kenapa gak ada balasan. Ini juga udah 30 menit aku nunggu kamu beb, kamu belum juga datang. Pasti kamu lagi makan siang sama sahabat kamu, gak izin aku sama sekali lagi. "Gak makan siang lo?" tanya Rico langsung masuk ke ruangan Elardo. "Gak! nunggu istri tapi istri gue sedari tadi belum juga muncul." Lirih Elardo sudah mulai bete dengan Mega. Rico terkekeh dan duduk di ranjang pasien. "Ngapain lo nunggu wanita yang jelas-jelas cuek banget sama lo. Terlalu membuang waktu lo aja, mendingan lo ikut gue dan yang lain makan siang di cafe seberang rumah sakit." Ujar Rico menawarkan makan siang ke sahabatnya yang lagi bete sama istrinya yang belum juga datang ke ruangannya. "Ya udah yuk, nanti di rumah gue kurung Mega samapai gak bisa jalan lagi." Rico tertawa ngakak mendengar ucapan gamblang sahabatnya yang masih di mode buruk ini. "Buat Mega kewalahan, sampai bilang nyerah sama lo." Ledek Rico
"Aku tadi nyuruh kamu ke ruangan aku loh. Kamu gak datang! kamu malah pergi makan siang saya sahabat kamu. Kamu anggap aku angin lalu, aku udah berusaha baik sama kamu. Aku mencintai kamu tulus, tapi kamu tidak bisa menghargai aku sepeser pen. Kesalahan aku memaksa kqmu menikah, itu semua sudah takdir. Kamu tahu aku marah sama kamu. Hal pertama yang tidak aku inginkan, akhirnya terjadi. Aku mau kita pisah ranjang, aku mau menginap di apartemen pribadi aku. Aku mau memberikan waktu buat kamu menyadarkanmu diri sendiri!!"marah Elardo langsung keluar dari kamarnya dengan membanting pintu kamar. "Elardo!" teriak Mega keras. Sial! cuman gara-gara gue gak ke ruangan dia, dia langsung marah. Kekanak-kanakan banget tuh laki-laki pemaksa. Mega membaringkan tubuhnya di ranjang. Salahkah aku bersiap kurang ajar dengan Elardo. Elardo memang baik denganku, tapi aku tidak bisa menerimanya begitu saja. Pemaksaan dia yang membuat aku tidak bisa menerima dia dengan ikhlas. Andai aku tidak bertemu d
"Kamu peluk aku aja kaya tadi malam sampai pagi hari beb. Aku senang kalau kamu peluk aku kaya gitu, aku bahagia. Jadi gini ya rasanya di peluk sama wanita di hati aku." Kata Elardo dengan gamblangnya.Mega malu dan langsung beranjak dari ranjang. Sebelum melangkah ke kamar mandi, pergelangan tangan kanan Mega sudah di cekal Elardo. Elardo menarik pelanggan pergelangan Mega, Mega terjatuh di tubuh kekar suaminya. "Kamu salah tingkah, aku suka sayang." KatanyaAstaga jantung Mega berdetak sangat cepat. Nafasnya memburu, menginginkan yang lebih dari ini. Astaga sadar lo ga, gak mungkin lo minta yang lebih dari ini. Dimana harga diri lo! jangan buat malu diri lo sendiri."Minggir, gue mau mandi." Ketus Mega menutupi wajah merahnya, menetralkan jantungnya yang masih berdetak sangat cepat. Seperti orang sudah lari maraton, Mega cepat-cepat bangkit dari tubuh Elardo. Elardo membiarkan Mega ke kamar mandi, "Mau mandi bareng aku atau sendirian." Goda Elardo,
"Masuk," ucap Elardo di dalam ruangannya. Ceklek Mega membuka pintu ruangan Elardo, Elardo terkejut melihat Mega masuk ke dalam ruangannya. Elardo pikir tadi rekannya atau siapa, ternyata istrinya yang masuk ke dalam ruangannya. "Sini duduk," ucap Elardo menyuruh Mega duduk di sofa ruangannya. Mega berjalan ke sofa dan duduk di samping Elardo. "Kamu mau makan sama apa? nanti aku pesenin?" tanya Elardo. "Apa aja, yang penting jangan rumput." Elardo tertawa mendengar jawaban Mega, "Jangan ngelawak beb, jawaban kamu ada-ada aja. Ya kali aku kasih kamu rumput buat makan siang." Kata Elardo masih saja tertawa ngakak, anjir malu sendiri ngomong kek gitu. "Mau spaghetti apa pizza," Mega menatap Elardo lekat. "Pizza sayur dan daging panggang mozarella." Pinta Mega. "Oke siap, minumnya mau apa?" tanya Elardo lagi. "Milkshake aja satu, rasa blueberry." Elardo mengangguk setuju, aslinya ga
Mega berjalan santai di depan banyak karyawan kantor. Hari ini, adalah hari pertama Mega bekerja di kantor besar dan terkenal milik D'suza group. Siapa direktur D'suza group? jujur Mega tidak tahu siapa direkturnya. Gala hanya memberitahu Mega lulus dalam wawancara sekertaris direktur. Mungkin kalian pikir Gala adalah direkturnya, dugaan kalian salah besar. Gala hanya CEO saja, bukan direktur utama perusahaan. Mega sudah berada di lantai 15. Mega berjalan angkuh ke arah pintu berwarna cokelat terang. Tok Tok Tok "Masuk," kata orang di dalam menyuruh masuk. Ceklek Mega langsung masuk ke dalam ruangan yang bernuanasa putih "Mega Aurum," ucap laki-laki yang berdiri di depan Mega. "Saya," balas Mega. "Halo teman, kita satu alumni loh. Masih belum mengingat," kata laki-laki di depan Mega. "Satu alumni? siapa?" tanya Mega penasaran. "MEGA MEGA MEGA AKU PADAMU." Hah! Mega terdiam lalu tersenyum sumringah. "Lo Ramadhang alias Ramadhan." Celetuk Mega Laki-laki di depan Mega langsu
"Jadi kalian sudah bertemu setelah sekian lama." Mega mengangguk"Kesan pertama bertemu dengan Ramadhan setelah sekian lama apa lo.""Gak ada hanya rindu saja sudah sekian lama tidak bertemu. Eh akhirnya kita berdua kembali dan gak nyangka kalau dia yang jadi bos gue di kantor." Keempat temannya mengangguk dan masih penasaran dengan Ramadhan. Mereka tahu siapa Ramadhan, seorang laki-laki tampan dan pengusaha muda yang sedang naik daun. Mereka belum tahu jika Ramadhan juga alumni dengan mereka. "Elardo tahu jika lo bertemu teman lama." Mega mengangguk"Btw hubungan lo dan Elardo sudah ke tahap mana. Masih sama atau tetap jalan di tempat." Mega mengangkat bahunya acuh, "Kalian sudah tahu hubungan gue dan Elardo. Gue tidak mencintai dan dan tidak ada niatan jatuh cinta dengan dia." Mereka berempat menepuk jidat masing-masing. Ternyata Mega memang belum jatuh cinta dengan suaminya. "Elardo sudah menjadi suami sempurna buat lo. Lo harus mau menerima Elardo sebagai pendamping lo.""Samp
"Apa kamu baik-baik saja Mega.""Ya aku baik-baik saja. Aku hanya lelah saja gitu." Kata Mega"Kalau ada apa-apa kamu bilang ya sama aku jangan sungkan. Kamu itu udah aku anggap calon masa depan ku eh maksudnya calon adik aku eh bukan maksudnya gini aku udah anggap kamu adik aku." Mega tertawaJarang loh Mega tertawa dan yeah Rama bisa membuat Mega tertawa. "Lucu loh kamu sekarang jadi sering melawak jika bersama aku.""Biar kamu ketawa dan beban dalam diri kamu hilang. Sudah lama tidak membuat kamu tertawa.""Aku kamu nih sekarang sama aku.""Heem ya begitulah gampang aku kamu gak sih kalau lagi ngobrol gini. Berasa dekat banget hubungan kita selain persahabatan." Mega mengangguk lalu merangkul tangannya di lengan Rama. Rama tersentak lalu menatap ke arah Mega. "Lihat laki-laki di sana. Dia suami aku dan aku minta tolong sama kamu buat dia cemburu." Mata Rama mengarah ke arah Elardo dan Liana. Ada orang yang cemburu nih, wah senang sekali meledek seorang Mega. "Cemburu ya melihat
"Ini yang aku mau dari kamu 'BITCH' berani sekali kamu membuat adik saya terluka. Untung ada kedua sepupu saya datang ke rumah. Jika tidak, entah bagaimana nasib adik saya di tangan kamu." Ucap MaximeTangan kanan Maxime menggaet kepala Selvia lalu menenggelamkan kepala Selvia ke dasaran kolam beberapa kali. Lihat saat ini Selvia terbatuk-batuk bahkan nafasnya mulai tercekat. Maxime tidak kasihan jika Selvia kehilangan nyawa di sini. Sementara Mia hanya menonton sambil bermain handphone. Ini kesenangannya melihat sang musuh tersakiti. Ini masih permulaan, masih ada hari-hari menanti untuk menyiksa Selvia. Kesempatan emas untuk Maxime maupun Mia."Apa perlu saya membuat kamu hamil." Selvia menggelengTubuh Selvia di gendong Maxime. Maxime membawa tubuh Selvia ke rumputan di taman belakang rumah. Begitu mengenaskan tubuhnya yang basah dan wajahnya begitu pucat."Jangan mati duluan sebelum kita puas menyakiti kamu." Ujar Maxime memperingati Selvia. Melihat sekilas Selvia memejamkan matan
"Aku pulang duluan kamu baik-baik di sini. Kalau mau ketemu ya kamu kabarin aku. Aku akan mengunjungi kamu bersama mereka." Pamit Mia ke adiknya. Elardo membawa pulang istrinya dari ruang orang tuanya. Dirinya tidak mau kecolongan seperti kemarin lagi. "Kak, simpan laptop aku ya di kamar kamu." Mia mengangguk"Kamu harus fokus kesembuhan kaki kamu. Jangan memikirkan tentang Selvia. Selvia urusan aku sama Maxime. Ingat jika ada yang menyakiti kamu akan aku balas termasuk orang terdekat kamu. Ya udah kamu baik-baik ya." Lalu Mia pamit ke yang lainnya mau pulang duluan. Ada hal yang harus iya selesaikan. Mau memberantas kuman seperti Selvia. Selvia akan iya basmi sekarang juga. Sudah berani menyakiti sang adik yang sakit bahkan tidak merasa bersalah atau sekedar meminta maaf. Tidak punya rasa bersalah! sudah licik tidak mau disalahkan. Nanti kalau Selvia tidak mau mengakui kesalahannya iya akan siksa Selvia seperti biasanya. Kalau perlu siksa fisiknya sampai terluka. Semua orang sudah t
BrukMega terjatuh ke lantai karena dorongan dari Selvia. Kurang ajar sekali Selvia berani mendorongnya terjerembab ke lantai seperti ini. Dirumah memang hanya mereka berdua saja. Suaminya berangkat bekerja lalu orang tuanya sedang ada di luar ada sesuatu harus mereka kerjakan. Kedua Kakaknya juga sibuk dengan urusan mereka. Mega meringis ketika kakinya tertimpa alat bantunya. Tadinya iya berusaha latihan berjalan sendirian eh tiba-tiba Selvia datang lalu mendorongnya. Kalau dirinya tidak lumpuh Mega sudah menyerang Selvia."Aduh sakitnya jatuh ya Mega. Lihat keadaan kamu sekarang...jangan nangis ya harus tegar dan ikhlas. Selamanya jadi orang cacat biar aku sakiti kamu terus. Oh iya aku berniat merebut suaminya kamu loh. Mumpung kamu cacat terus gak bisa melayani suami dengan baik ya udah aku inisiatif menjadi orang tiga di hubungan kamu dan suami kamu." Ucap Selvia begitu gamblang."Berani melakukan itu aku akan bunuh kamu. Kamu pikir aku takut sama kamu hah, kamu hanya benalu di ke
"Hai cantik gimana nih kabarnya.""Ya ampun Mega udah lama ya kita gak ketemu. Hu kangen tahu pengin ketemu kamu tapi aku sibuk eh kita ketemu sekarang." Cerocos Elsa"Kamu itu sibuknya gak ketulungan. Denada sibuk tapi masih bisa menyempatkan ketemu aku. Tapi, makasih ya udah mau ke sini. Elsa lihat aku sekarang...gak bisa jalan sedih banget." Elsa mengelus lemgannya lembut. "Harus semangat buat sembuh cantik. Aku mau kok bantu menyembuhkan kamu, nanti aku ke dukun ya biar bisa menyembuhkan kamu lewat mantra." Ini yang Mega kangenin dari Elsa, membuat lelucon ketika iya sedih. Semua sahabatnya Sadang berkunjung untuk menjenguknya. Mereka membawa beberapa parsel buah, paket jajanan favoritnya juga. Merwka memang sahabat yang mengerti Mega. Walaupun sakit masih membutuhkan asupan jajan hehe."Aku janji deh kamu sembuh aku ajak kemping ke Bromo sama yang lain juga. Kamu bebas mau ajak suami atau gak." Aduh itu plan aku bersama mereka sebulan yang lalu. Plan mau kemping ke Bromo tapi
Mega tidak mau melihat ke arah suami atau keluarganya. Iya malu saat ini, keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Kakinya lumpuh tidak bisa di gerakkan sama sekali. Mau menangis juga percuma. Mungkin ini karma untuknya. Tuhan maha adil, menyesal atau bagaimana. Ikhlas itu yang harus iya lakukan tapi bukan sekarang. Begitu menyakitkan untuknya tidak bisa berjalan seperti biasanya lagi. "Makan ya kamu belum makan loh dari kemarin." "Untuk apa kamu baik sama aku." Air matanya kembali mengalir. Elardo mengusap air matanya berulang kali sejak tadi. "Kamu bakal sembuh sayang. Kemoterapi rutin akan membantu kesembuhan kamu." Mega tertawa "Percuma kemoterapi rutin tapi ujung-ujungnya tidak bisa jalan. Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawa aku saja. Skait rasanya saat aku cacat seperti ini. Makin banyak yang menghujat aku sekarang terutama dia." Matanya mengarah ke Selvia sedari tadi menahan tawanya melihat penderitaan Mega saat ini. "Jangan fitnah kak, aku sama sekali tidak akan menghujat ka
"Kakak lihat jari-jari kak Mega bergerak." Seru Ester ke Kakaknya. Elardo bangkit lalu mengecek kondisi sang istri begitu cepat. Senyum terbit di bibirnya melihat tubuh istrinya sudah mulai stabil lagi bahkan dirinya melihat istrinya mulai membuka matanya di tengah malah seperti ini.Mega membuka kedua matanya perlahan lalu melihat ke sekitar ruangan bercat putih. Mega menoleh ke salah satu dari mereka lalu mencoba mengangkat tangannya. "Jangan ya. Kamu jangan dulu bergerak ya." Mega diam saja lalu matanya mengarah ke suaminya. "Jalan itu...jalan yang merenggut nyawa aku." Ucapnya terbata-bataMega ingat jika dirinya menjadi korban kecelakaan beruntun. Dirinya terlibat dari kecelakaan itu bahkan dirinya menjadi korban utama kecelakaan itu terjadi. Mega merasakan pusing di kepalanya lalu memegang kepalanya. Elardo mengusap kepala yang istri yang diperban."Papah...Mamah... Mega mau ketemu kalian." Denada langsung menghubungi kedua orang tua Mega agar datang ke rumah sakit. Memberi
3 jam menunggu akhirnya operasi Mega sudah selesai. Elardo keluar dari ruang operasi untuk menemui keluarganya serta keluarga sang istri. Hancur hatinya saat ini untung istrinya masih tertolong.Melita menghampiri anaknya yang baru saja keluar dari ruang operasi. " Nak, bagaimana keadaan menantu Mami?" tanya Kami Melita.Elardo mengembuskan nafasnya. "Jauh di katakan baik Mi. Alhamdulillah Mega tertolong karena penanganan medis begitu cepat. Membutuhkan waktu yang cukup lama menyembuhkan fisik dan mentalnya. Aku yakin Mega terguncang dengan kecelakaan yang terjadi dalam dirinya. Aku sudah berusaha menyelamatkan Mega dari maut. Pembuluh darahnya pecah bahkan kedua kakinya tidak berfungsi dengan baik." Jelasnya membuat semua orang terkejut.Raisa terduduk di lantai lalu Oland membantu istrinya berdiri. Mia memeluk Mamahnya yang terguncang hebat. "Kenapa swmua terjadi sama anak kita Mas." Tangis Raisa pecah saat tahu anaknya mengalami kecelakaan hebat sampai parah."Mamah, maaf aku tid
Mega mengendarai mobilnya dengan kecepatan cepat. Bangun kesiangan alhasil dirinya telat berangkat kerja. Untung saja dirinya sudah menghubungi bosnya. Dirinya berangkat terlambat tanpa mengatakan kalau dirinya bangun kesiangan. Biarkan dirinya dan Tuhan saja yang tahu. TringSuara handphonenya berbunyi lalu Mega mengambil handphonenya dan langsung mengangkat panggilan dari Gavin."Kamu bilang mau cerai sama Elardo." "Iya. Aku udah bilang sama kamu. Aku mau cerai sama Elardo. Hubungan aku dan dia tidak bisa dipertahankan lagi, Vin." Gavin menghela nafasnya. "Kamu pikirkan lagi lah jangan kaya anak kecil." Pasti Gavin tidak setuju dieinya sudah menduga. "Aku tetap akan bercerai dengan Elardo. Ini smeua menyangkut kehidupan aku. Jujur aku tetsiskda selama menjadi istri dia. Hidup aku banyak tuntutan karena dia. Dia tidak pernah mengerti perasaan aku. Dia egois, Vin." Jelasnya membuat si Gavin percaya dengannya. Di sana Gavin terkekeh. "Bukannya selama ini yang egois itu kamu buka
"INGAT BAIK-BAIK SELVIA! SELAMA INI GUE TIDAK PERNAH MENERIMA KEBERADAAN KAMU DI RUMAH INI." Teriak Mega lalu membanting tubuh Selvia sampai terdengar bunyi tulang retak. Selvia sontak meringis lalu memegang pinggangnya yang sakit luar biasa. Mega tertawa senang melihat penderitaan Selvia."Kenapa harus ada lo di dunia ini. Kenapa lo harus singgah di kehidupan keluarga gue. Lo tahu, kehadiran lo di keluarga gue tidak di terima dengan baik. Hanya orang tua gue saja yang peduli sama lo. Sedangkan yang lain minus, mereka tidak pernah menerima kehadiran lo. Lo hanya benalu! mendingan lo mati sekalian. Orang kek lo harus musnah dari dunia ini." Teriak MegaMega kembali menarik rambut panjang Selvia. Mega menampar kedua pioinya lagi dan lagi sampai Selvia pingsan. Mega bangkit lalu melihat ke arah Tara. Tara menyunggingkan senyumnya lalu menepuk bahunya. Mereka bertos bersama lalu keluar dari kamar Selvia. Membiarkan Selvia terkapar di lantai dengan keadaan mengenaskan. Mereka berdoa semog