"Gambarnya bagus ya, Kan? Lily pengen deh bisa menggambar sebagus itu. Ajarin Lily dong, Kan?"
"Sabtu depan deh ya, kalau gue nginep sini lagi. Soalnya papa udah BBM nih, mau jemput sebentar lagi. Gue mandi dulu ya? Lo beresin nih semua kanvas dan cat-cat kita. Ntar aunty Aimee ngomel-ngomel lagi kalau ruangan ini kayak kapal pecah."
"Kamu penghianat!"
"Kamu salah besar. Bukan saya yang berkhianat, tetapi kamu! Kamu adalah manusia paling serakah yang pernah saya kenal di muka bumi ini!"
Astaghfirullahaladzimmm!
Lily terduduk diranjang dengan sekujur tubuh gemetaran. Ia bermimpi rupanya.
Ruangan itu, Lily mulai mengingatnya sedikit-sedikit. Ruangan itu adalah tempat favoritnya dan Arkan saat belajar melukis. Di tempat itu juga, ia mendengar suara-suara pertengkaran. Tapi masalahnya, itu rumah siapa? Dan yang bertengkar dengan orang tuanya itu siapa
Lily sedang mencuci piring-piring kotor bekas makan Heru di wastafel, saat tiba-tiba saja sepasang lengan kekar berbulu memeluk pinggangnya dari belakang. Bukan itu saja, Lily pun mulai merinding saat merasakan hidung Heru mulai ndusel-ndusel ceruk lehernya. Sepertinya selain dada, leher adalah spot favoritnya."Awas, Pak. Gerah saya dipeluk-peluk begini. Kalau pengen banget peluk-pelukan kayak teletubbies, ntar saya telponin Mbak Raline mau?Dijamin deh bukan cuma peluk-pelukan yang Bapak dapet, plus kuda-kudaan bersuara ah ih uh juga pasti di kasih. Mau?!!""Mau. Mau kamu maksudnya, Perempuan."Dan kali ini, tangannya mulai meremas-remas gemas bongkahan dada montok Lily yang semakin membesar akibat kehamilannya. Lily meringis saat jemari Heru memutar-mutar ujung dadanya yang sedikit lecet karena ulah nakal Heru."Aduh! Sakit, Pak. Lecet itu!" Lily menepis tangan Heru yang masih saja berusaha mengger
Heru tersenyum penuh kepuasan dan kebuasan, ditengah-tengah wajahnya yang babak belur dan nyaris tak berbentuk. Akhirnya si gadis mesum itu akan menjadi miliknya juga. Di sampingnya Bima, yang wajahnya juga tidak kalah hancur, menatap penuh permohonan maaf tanpa kata pada Axel atas ketidakmampuannya untuk mengalahkan Heru. Teman sekaligus clientnya itu memang sangat mumpuni. Bima dengan sikap kesatria harus mengakuinya.Bahkan setelah babak belur karena baru saja bertarung dengan Badai, Heru ternyata masih sanggup untuk mengkanvaskannya di ring tadi dalam ronde ke 5. Heru memang benar-benar Hercules gila. Mungkin cocoknya ia diadu saja dengan Khabib Nurmagomedov yang baru saja mengalahkan Conor McGregor di UFC kemarin.Dia bahkan hanya meminta jeda waktu lima belas menit untuk mengobati luka-lukanya, setelah mengalahkan Badai. Heru pun langsung menghadapinya saat itu juga.Memang Heru yang meminta pada Axel untuk menggab
Saya terima nikah dan kawinnya Liberty Delacroix Adam binti Pierre Delacroix Adam, dengan mas kawin 500 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Heru dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya pak penghulu."Sahhh!" Koor dari para saksi, dan semua tamu undang yang menjadi saksi menjawab dengan suara lantang.Alhamdullilahhh!Lily mencium punggung tangan Heru sebagai tanda baktinya kepada suami, yang dibalas oleh Heru dengan kecupan singkat di keningnya. Dari sudut mata Lily melirik Axel berkali-kali mengepalkan tangannya. Kakaknya masih tampak tidak rela bahwa dirinya telah dimiliki oleh orang lain. Wajah Bang Gultomnya pun kurang lebih sama. Hanya saja Bang Gultom lebih piawai dalam menutupi perasaannya.Ijab kabulnya kali ini dilakukan di rumah Heru. Dan bukan dilakukan di rumah mempelai perempuan s
"Ya mau pulanglah Mas Heru. Masa mau main bola pakai baju beginian? Ribet dong ntar larinya?" Lily menjawab ketus sembari menunjuk kebaya putih gading berpayetnya."Satu langkah lagi kamu berjalan mengikuti semua antek-antek kakakmu itu, saya pastikan, hari ini juga Bang Gultom tersayangmu itu akan menghabiskan sisa umurnya di penjara. Faham Istriku?!!"Heru mengucapkan kata istriku dengan nada ditekan dalam. Ia seolah-olah ingin menegaskan statusnya yang sekarang telah menjadi suaminya. Lily tertegun. Ia dilema."Adek, ayo cepat jalannya. Semakin lama Kakak di sini, semakin muak saja Kakak rasanya." Axel menghampiri Lily yang menghentikan langkahnya tiba-tiba. Axel bermaksud menggandeng tangan adiknya agar bisa berjalan lebih cepat. Lily masih membisu dengan pikiran kalut. Sementara Heru menatapnya tajam seolah-olah berkata ; selangkah lagi, maka habislah nasib orang yang sangat kamu sayang."A--Ade
"Saya ini bukan bidadara dari surga, Lily. Tapi saya adalah ginekologmu, sekaligus juga sepupu Heru, suamimu. Nama saya Arshaka Abiyaksa. Panggil saja saya Saka."Saka memperkenalkan diri sambil mengedipkan satu matanya dengan mimik wajah penuh konspirasi ingin mengerjai Heru."Lo kegenitan banget pake kenal-kenalan sambil ngedip-ngedipin mata segala. Awas ntar malah bintitan beneran mata lo karena keseringan jelalatan kalo liat perempuan. Bini lo apa kuat ya punya laki keganjenan kayak lo begini?" sindir Heru pedas."Daripada elo sok-sok cool. Ngomong irit-irit. Tapi tetiba anak orang udah bunting aja lo buat. Parahan siapa hayo?" Balas Saka tak kalah pedas."Tapi nggak lama-lama kok si Lily ini jadi istrinya Mas Heru. Kata Mas Heru kemarin, begitu si Lily melahirkan dan Mas Heru sudah mendapatkan hak asuh anak, Mas Heru akan langsung menceraikan si Lily ini. Iya kan Mas? Paling lama juga tinggal de
"Saya ulangi, siapa itu Radja Nainggolah? Kenapa kamu diam saja? Selain gagu kamu juga tuli sekarang? Jawab saya?"Heru emosi melihat istrinya yang biasanya somplak, bahkan sudah putus urat malunya, bisa tersipu-sipu malu begitu hanya karena mendengar nama seorang pria. Suami mana yang tidak penasaran?Lily yang sedang lapar-laparnya, memilih mendiamkan saja suaminya yang tingkahnya sudah menyerupai kucing minta kawin. Ribut terus dan tidak berhenti bertanya-tanya. Rasa-rasanya Lily kepengen sekali menyiramkan kuah kari kambing, ke muka si trenggiling gila ini. Sementara dari sudut mata, Lily memindai kedatangan Raline."Mas, ayo kita makan dulu. Nggak enak dengan papa mama dan ibu Mas, kalau mereka harus nungguin Mas kelamaan di sini."Raline muncul setelah merasa Heru kelamaan berbicara dengan istri sementaranya. Raline memperlihatkan sikap seolah-olah Lily itu mahluk tidak berwujud dan berup
"Kamu salah besar. Bukan saya yang berkhianat, tetapi kamu! Kamu adalah manusia paling serakah yang pernah saya kenal dimuka bumi ini!""Kamu bilang saya penghianat? Kapan saya menghianati kamu? Apalagi kata-kata serakah yang kamu ucapkan. Memangnya saya mengambil harta apa dari kamu? Dasar manusia bejat tidak tahu berterima kasih!""Harta apa kamu bilang? Kamu sudah mengambil semua orang-orang yang saya sayangi. Kamu sudah mengambil nyawa ayah saya, ibu saya, merebut kekasih saya bahkan anak saya yang bahkan belum sempat dilahirkan!"Memang sudah menjadi tugas Om Dallas untuk melindungi saya. Jikalau dia gugur dalam tugas, itu memang sudah menjadi resiko pekerjaan bukan? Lagi pula saat itu saya juga masih berusia dua belas tahun. Saya tidak mengerti apa-apa!"Mengenai Tante Arizona, setahu saya beliau itu meninggal karena sakit, kenapa kamu malah menuduh saya yang membunuhnya? Kamu memang sudah gila
Lily turun dari ojek online, dan terheran-heran saat melihat mobil hitam milik mertua laki-lakinya sudah terparkir manis di garasi. Tidak sari-sarinya mertuanya itu pulang kantor secepat ini. Papa Tristan dan Heru itu sama-sama workoholic. Kalau belum pukul 18.00 WIB, biasanya mereka berdua belum sampai di rumah."Selamat sore semuanyaaa... Lily syantikk menantu papa mama sudah pulangggg!" jerit Lily lantang. Awal-awal dia tinggal di pondok mertua indah ini, Tristan dan Widya memang sempat stress melihat kelakuan ajaibnya. Tetapi setelah dua minggu ini mereka pun akhirnya menyerah dan membebaskannya untuk berbuat sesukanya. Toh delapan bulan itu tidak lama, pikir kedua mertuanya."Lho Papa kenapa? Kok pucat gitu Lily lihat mukanya? Dan tumben deh Papa jam segini juga udah pulang. Papa sakit?" Lily duduk di samping kiri Pak Tristan dan memperhatikan lebih seksama wajah mertua laki-lakinya."Papa pulang cep