PLAK!
"Memalukan! Adek membuat Kakak kehilangan muka, di mata petarung-petarung yang sudah kakak persiapkan dengan matang. Kakak melakukan ini semua demi masa depanmu. Tapi kalau kelakuan Adek memang seperti ini, buat apa Kakak capek-capek membuat laga untuk Adek? Mereka bertarung hidup mati cuma untuk mendapatkan perempuan rusak sepertimu. Kakak malu, Dek. Malu!"
Axel mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia adalah type laki-laki yang tidak akan menjilat ludahnya sendiri. Ia sudah berjanji akan memberikan adik yang ia bangga-banggakan kemurniannya pada pemenang laga, yang ia buat sendiri juga. Tetapi ternyata adiknya itu malah hamil!
Ia terpaksa membubarkan pertarungan. Padahal masih menyisakan Badai dan Bima sebagai challenger. Axel merasa kepalanya seakan-akan mau pecah. Ia merasa gagal sebagai seorang kakak.
"Siapa ayah bayi itu?" tanya Axel gusar.
Lily bergeming. Kalau ia m
"Gambarnya bagus ya, Kan? Lily pengen deh bisa menggambar sebagus itu. Ajarin Lily dong, Kan?" "Sabtu depan deh ya, kalau gue nginep sini lagi. Soalnya papa udah BBM nih, mau jemput sebentar lagi. Gue mandi dulu ya? Lo beresin nih semua kanvas dan cat-cat kita. Ntar aunty Aimee ngomel-ngomel lagi kalau ruangan ini kayak kapal pecah." "Kamu penghianat!" "Kamu salah besar. Bukan saya yang berkhianat, tetapi kamu! Kamu adalah manusia paling serakah yang pernah saya kenal di muka bumi ini!" Astaghfirullahaladzimmm! Lily terduduk diranjang dengan sekujur tubuh gemetaran. Ia bermimpi rupanya. Ruangan itu, Lily mulai mengingatnya sedikit-sedikit. Ruangan itu adalah tempat favoritnya dan Arkan saat belajar melukis. Di tempat itu juga, ia mendengar suara-suara pertengkaran. Tapi masalahnya, itu rumah siapa? Dan yang bertengkar dengan orang tuanya itu siapa
Lily sedang mencuci piring-piring kotor bekas makan Heru di wastafel, saat tiba-tiba saja sepasang lengan kekar berbulu memeluk pinggangnya dari belakang. Bukan itu saja, Lily pun mulai merinding saat merasakan hidung Heru mulai ndusel-ndusel ceruk lehernya. Sepertinya selain dada, leher adalah spot favoritnya."Awas, Pak. Gerah saya dipeluk-peluk begini. Kalau pengen banget peluk-pelukan kayak teletubbies, ntar saya telponin Mbak Raline mau?Dijamin deh bukan cuma peluk-pelukan yang Bapak dapet, plus kuda-kudaan bersuara ah ih uh juga pasti di kasih. Mau?!!""Mau. Mau kamu maksudnya, Perempuan."Dan kali ini, tangannya mulai meremas-remas gemas bongkahan dada montok Lily yang semakin membesar akibat kehamilannya. Lily meringis saat jemari Heru memutar-mutar ujung dadanya yang sedikit lecet karena ulah nakal Heru."Aduh! Sakit, Pak. Lecet itu!" Lily menepis tangan Heru yang masih saja berusaha mengger
Heru tersenyum penuh kepuasan dan kebuasan, ditengah-tengah wajahnya yang babak belur dan nyaris tak berbentuk. Akhirnya si gadis mesum itu akan menjadi miliknya juga. Di sampingnya Bima, yang wajahnya juga tidak kalah hancur, menatap penuh permohonan maaf tanpa kata pada Axel atas ketidakmampuannya untuk mengalahkan Heru. Teman sekaligus clientnya itu memang sangat mumpuni. Bima dengan sikap kesatria harus mengakuinya.Bahkan setelah babak belur karena baru saja bertarung dengan Badai, Heru ternyata masih sanggup untuk mengkanvaskannya di ring tadi dalam ronde ke 5. Heru memang benar-benar Hercules gila. Mungkin cocoknya ia diadu saja dengan Khabib Nurmagomedov yang baru saja mengalahkan Conor McGregor di UFC kemarin.Dia bahkan hanya meminta jeda waktu lima belas menit untuk mengobati luka-lukanya, setelah mengalahkan Badai. Heru pun langsung menghadapinya saat itu juga.Memang Heru yang meminta pada Axel untuk menggab
Saya terima nikah dan kawinnya Liberty Delacroix Adam binti Pierre Delacroix Adam, dengan mas kawin 500 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Heru dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya pak penghulu."Sahhh!" Koor dari para saksi, dan semua tamu undang yang menjadi saksi menjawab dengan suara lantang.Alhamdullilahhh!Lily mencium punggung tangan Heru sebagai tanda baktinya kepada suami, yang dibalas oleh Heru dengan kecupan singkat di keningnya. Dari sudut mata Lily melirik Axel berkali-kali mengepalkan tangannya. Kakaknya masih tampak tidak rela bahwa dirinya telah dimiliki oleh orang lain. Wajah Bang Gultomnya pun kurang lebih sama. Hanya saja Bang Gultom lebih piawai dalam menutupi perasaannya.Ijab kabulnya kali ini dilakukan di rumah Heru. Dan bukan dilakukan di rumah mempelai perempuan s
"Ya mau pulanglah Mas Heru. Masa mau main bola pakai baju beginian? Ribet dong ntar larinya?" Lily menjawab ketus sembari menunjuk kebaya putih gading berpayetnya."Satu langkah lagi kamu berjalan mengikuti semua antek-antek kakakmu itu, saya pastikan, hari ini juga Bang Gultom tersayangmu itu akan menghabiskan sisa umurnya di penjara. Faham Istriku?!!"Heru mengucapkan kata istriku dengan nada ditekan dalam. Ia seolah-olah ingin menegaskan statusnya yang sekarang telah menjadi suaminya. Lily tertegun. Ia dilema."Adek, ayo cepat jalannya. Semakin lama Kakak di sini, semakin muak saja Kakak rasanya." Axel menghampiri Lily yang menghentikan langkahnya tiba-tiba. Axel bermaksud menggandeng tangan adiknya agar bisa berjalan lebih cepat. Lily masih membisu dengan pikiran kalut. Sementara Heru menatapnya tajam seolah-olah berkata ; selangkah lagi, maka habislah nasib orang yang sangat kamu sayang."A--Ade
"Saya ini bukan bidadara dari surga, Lily. Tapi saya adalah ginekologmu, sekaligus juga sepupu Heru, suamimu. Nama saya Arshaka Abiyaksa. Panggil saja saya Saka."Saka memperkenalkan diri sambil mengedipkan satu matanya dengan mimik wajah penuh konspirasi ingin mengerjai Heru."Lo kegenitan banget pake kenal-kenalan sambil ngedip-ngedipin mata segala. Awas ntar malah bintitan beneran mata lo karena keseringan jelalatan kalo liat perempuan. Bini lo apa kuat ya punya laki keganjenan kayak lo begini?" sindir Heru pedas."Daripada elo sok-sok cool. Ngomong irit-irit. Tapi tetiba anak orang udah bunting aja lo buat. Parahan siapa hayo?" Balas Saka tak kalah pedas."Tapi nggak lama-lama kok si Lily ini jadi istrinya Mas Heru. Kata Mas Heru kemarin, begitu si Lily melahirkan dan Mas Heru sudah mendapatkan hak asuh anak, Mas Heru akan langsung menceraikan si Lily ini. Iya kan Mas? Paling lama juga tinggal de
"Saya ulangi, siapa itu Radja Nainggolah? Kenapa kamu diam saja? Selain gagu kamu juga tuli sekarang? Jawab saya?"Heru emosi melihat istrinya yang biasanya somplak, bahkan sudah putus urat malunya, bisa tersipu-sipu malu begitu hanya karena mendengar nama seorang pria. Suami mana yang tidak penasaran?Lily yang sedang lapar-laparnya, memilih mendiamkan saja suaminya yang tingkahnya sudah menyerupai kucing minta kawin. Ribut terus dan tidak berhenti bertanya-tanya. Rasa-rasanya Lily kepengen sekali menyiramkan kuah kari kambing, ke muka si trenggiling gila ini. Sementara dari sudut mata, Lily memindai kedatangan Raline."Mas, ayo kita makan dulu. Nggak enak dengan papa mama dan ibu Mas, kalau mereka harus nungguin Mas kelamaan di sini."Raline muncul setelah merasa Heru kelamaan berbicara dengan istri sementaranya. Raline memperlihatkan sikap seolah-olah Lily itu mahluk tidak berwujud dan berup
"Kamu salah besar. Bukan saya yang berkhianat, tetapi kamu! Kamu adalah manusia paling serakah yang pernah saya kenal dimuka bumi ini!""Kamu bilang saya penghianat? Kapan saya menghianati kamu? Apalagi kata-kata serakah yang kamu ucapkan. Memangnya saya mengambil harta apa dari kamu? Dasar manusia bejat tidak tahu berterima kasih!""Harta apa kamu bilang? Kamu sudah mengambil semua orang-orang yang saya sayangi. Kamu sudah mengambil nyawa ayah saya, ibu saya, merebut kekasih saya bahkan anak saya yang bahkan belum sempat dilahirkan!"Memang sudah menjadi tugas Om Dallas untuk melindungi saya. Jikalau dia gugur dalam tugas, itu memang sudah menjadi resiko pekerjaan bukan? Lagi pula saat itu saya juga masih berusia dua belas tahun. Saya tidak mengerti apa-apa!"Mengenai Tante Arizona, setahu saya beliau itu meninggal karena sakit, kenapa kamu malah menuduh saya yang membunuhnya? Kamu memang sudah gila
"HUAPAHHHHH?!!" Marilyn dan Raline langsung pucat dan kebingungan. Masak Lily melahirkan di cafe? Bisa viral se Indonesia Raya ini mah!"Ja-jadi bagaimana ini, Ly? Kita harus bagimana iniiii? Lo musti gue apain coba?" Marilyn yang kebingungan pun berjalan hilir mudik, mondar-mandir panik seperti setrikaan."Adudududuhhhh..!!! Ya bawa gue ke rumah sakit dong Incess. Masak ke bengkel Bang Abyaz! Emang gue mau bongkar mesin atau balancing? Cepetan Incess! Lo mau gue lahiran di mari?!" Lily yang merasakan perutnya mulai kontraksi pun tidak kuasa lagi menahan jerit kesakitannya.Tiba-tiba saja Raline melihat Aksa yang sedang berjalan santai memasuki cafe bersama beberapa rekan bisnisnya. Sepertinya mereka akan makan siang sambil ngobrol-ngobrol ganteng di sini. Dan Raline pun segera menghambur menuju rombongan Aksa untuk meminta pertolongan. Karena Lily sepertinya bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi, apalagi be
Berkat sandiwara laknat yang penuh dengan adegan sinetron itulah akhirnya Heru tersadar. Raline memang benar. Singgung saja nama Aksa di depan Heru, pasti langsung berasap kepalanya."Mbak, gue berterima kasih banyak atas ide gila lo yang teope begete. Dua jempol deh buat lo, Mbak. Mbak emang ratu pelakor eh ratu antagonis sejati." Lily ber lo gue kembali dengan Raline. Lebih seru rasanya berloe gue daripada saya-sayaan. Pegel rahang, coeg.Raline hanya memutar bola mata melihat bini somplak Heru. Ini orang sudah dibantu, niatnya sih mungkin muji, eh jatuh-jatuhnya malahngenyek yang ada."Duh saking gembiranya gue jadi pengen goyang bebek mabuk di mari. Joget bentaran ah biar lega."Dan Lily pun mulai menundukkan tubuh seksoynya sambil menggoyangkan pantatnya ke kiri satu kali dan ke kanan dua kali. Begitu berulang-ulang sampai ia puas."Goyang bebek mabuk lo
Heru tengah menghitung berapa kubik yang akan di cor dengan menggunakan sistem readymix, saat salah seorang pekerjanya mengetuk pintu ruangannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak cemas dan bingung."Ada apa Denny? Kenapa kamu tidak ke lapangan saja membantu yang lain memelester?""Anu eh itu. Sebaiknya Bapak pulang dulu ke rumah eh warung." Denny menjawab takut-takut. Heru mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang tidak beres ini."Ada masalah apa di warung Den? Apa ada orang usil yang mencoba mengganggu istri saya lagi?" Heru langsung berdiri."Bu-bukan mengganggu Neng Bu-eh Bu Heru. Tapi mereka menghancurkan rumah Bu Heru dengan dua excavator sampai rata dengan tanah."Apa?" Heru pun langsung berlari sekencang mungkin menuju rumahnya.Oh Tuhan semoga istri dan anak dalam kandungannya dalam keadaan baik-baik saja!Sementara itu Lily ber
"Apa maksud kamu membuka pintu rumah dengan keadaan setengah telanjang begitu hah? Apa kamu memang terbiasa untuk membuka pintu dengan begitu saja tanpa mengintip dulu, atau minimal bertanya siapa yang datang? Kamu ini ceroboh sekali, Perempuan?! Untung ada Mas di antara mereka tadi. Kalau Mas nggak ada, apa jadinya coba? Jangan-jangan kamu bakal di rame-ramein oleh mereka berdua!"Heru sangat emosi mengingat moment tadi. Pak Kades dam Pak RW seketika melotot dengan ekspresi mupeng. Mereka menatapi tubuh istrinya yang tambah bohay akibat proses kehamilannya. Dua orang tua bangka itu bahkan tidak mau bergerak saat Heru menyeret mereka untuk menjauhi pintu rumah. Kalau saja mereka berdua tidak seusia dengan ayahnya, pasti sudah bonyok mereka menerima bogem mentahnya.Heru sedang lelah lahir batin saat ini. Setelah menghajar Gilang habis-habisan dan mengancam Fahri sengan SP1, dia juga memecat dengan tidak hormat Seno Prasetyo dan semua anak bu
"ASTAGA LILY?!!"Lily kaget saat melihat Heru ada di depan matanya. Antara percaya nggak percaya dia-nya sih. Mau ngucek-ngucek mata juga kagak bisa. Secara tangannya 'kan megang nampan full minuman para pelanggan. Lily cepat-cepat meletakkan minuman-minuman itu di meja. Lebih baik begitu sih, biar aman. Lily tidak mau bereaksi seperti sinetron-sinetron di televisi yang kalau kaget suka menjatuhkan minuman. Terus tangan dipakai untuk menutup mulut, mata berkaca- kaca dan bibirnya bergetar. Menyebut nama orang yang mengagetkannya. Lantas wajah di zoom bolak balik dengan backsound musik jreng jreng! Lily mah sumpah kagak mau begitu. Norak coeg!Sudah rugi waktu, capek berkali-kali mengaduk- aduk minuman, eh rugi gelas yang pecah lagi. Itu kan namanya auto oon. Ye kan? Ye kan? Lily mah kalo disuruh drama-drama seperti itu sumpah kagak bisa dia! Mana ini Mas suami diem aja kayak patung sambil natap Lily kayak orang linglung lagi, kan syerem!
Dua bulan sudah berlalu. dan Heru sama sekali tidak mendapati jejak Lily dimanapun. Axel mengerahkan seluruh jaringannya untuk menjelajahi setiap sudut negeri ini, bahkan sampai keluar negeri. Tetapi hasilnya masih nol besar!Begitu juga Heru. Setiap hari dia sudah seperti orang gila. Mengukur jalan centi demi centi. Memeriksa rumah sakit setiap hari, mendatangi rumah-rumah kontrakan sampai kost-kostan di seluruh penjuru kota ini. Rutinitas itu sudah dia jalani selama hampir dua bulan terakhir ini. Tetapi hasilnya tetap saja nihil!Dimulai dengan pencarian manual sendiri sampai mulai menyewa detektif professional. Semua sudah dilakoninya. Tetapi tetap belum menampakkan hasil juga. Namun dia tetap tidak putus asa. Selama napasnya masih ada, dia akan terus berusaha mencari istri dan calon anaknya bahkan hingga keujung dunia.Heru juga sudah menegaskan pada Raline, bahwa dia sama sekali tidak ingin bercerai dari istrinya. D
Heru mengendarai mobilnya dengan kecepatan 160km/jam. Itu adalah rekor ngebut tergilanya di saat-saat jam-jam sibuk orang-orang yang akan pulang bekerja. Heru berdecak kesal saat jalan menuju kompleks perumahannya ditutup karena ada hajatan pernikahan.Sambil memukul geram setir mobil yang tidak bersalah, Heru pun segera melambaikan tangannya, ketika mengenali salah seorang SATPAM yang bertugas di kompleks perumahannya sedang lewat.Heru memanggil sang SATPAM untuk mengendarai mobilnya sementara dia sendiri berlari pulang ke rumah demi menghemat waktu. Setelah berlari sekencangnya tanpa henti selama kurang lebih dua puluh menit, Heru pun akhirnya tiba di depan rumahnya dengan nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran. Saat membuka jas hitamnya, kemeja putihnya pun seakan lengket bagaikan kulit kedua akibat keringat yang membanjir."Lily mana Pa, Ma?""Dia sudah pergi, Ru." Pak Trustan dan Bu Widya ta
Sudah seminggu Bang Gultom berpulang ke rahmatullah. Sudah seminggu ini juga Lily terus berfikir untuk mulai menata hidupnya kembali. Dia sudah tidak takut lagi dengan gertakan Heru tentang flash disk yang berisi tentang daftar kejahatan Bang Gultom. Karena Bang Gultom sekarang kan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Heru mau melaporkan flash disk itu ke mana coba? Apa emang ada jalur khusus untuk membuat laporan dan menemui Yang Maha Kuasa di atas sana? Itu artinya si Herder itu juga harus mati dulu kan ya? Ya mana mau lah dia. Secara dosanya juga masih seabrek-abrek. Kan dia juga takut kalau mati nanti bakalan masuk neraka? Ye kan? Ye kan?Sambil melamun Lily pun mulai memasuki sebuah gerai es krim populer. Lily memang mempunyai kebiasaan makan es krim di saat galau. Sepertinya anak dalam perutnya juga kepengen makan es krim sejak dari tadi pagi. Tetapi baru kesampian sore ini karena pekerjaannya yang terus menumpuk seakan tiada habisnya. Banyaknya kasus percer
"Kita mau makan malam kemana sih ini, Mbak?" Lily bingung mengikuti mbak Clara yang katanya sih ingin makan malam untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi ini kok malah masuk ke dalam club malam coba?"Mbak minta maaf karena membohongi kamu ya, Ly? Tapi kepala Mbak lagi mumet banget ini setelah lihat photo beginian di salah satu IG mantan Bang Anton. Mbak takut mereka ngapa-ngapain di club itu dan Mbak nggak kuat melihatnya. Makanya Mbak ajak kamu. Mengenai hari ulang tahun Mbak, Mbak kan memang ulang tahun hari ini."Mbak Clara yang biasanya tegas, ceria dan tempat curhat semua umat di kantor, tampak begitu sedih dan galau hari ini. Lily mengerti. Istri mana yang tidak galau kalau suami ketemu mantan pacar di club coba? Mungkin kalau boleh masuk bawa golok ke club, udah bawa golok berikut teman-temannya kali itu si mbak Clara.Suasana semarak langsung memasuki telinga Lily, saat memasuki salah satu club papan atas itu. Dia