Home / Rumah Tangga / Why / Episode 3

Share

Episode 3

Author: Amy L Yanto
last update Last Updated: 2021-01-09 19:54:27

Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, tapi Jaden sama sekali tidak memejamkan matanya untuk istirahat barang sebentar saja. Ia malah asyik dengan dunianya, tepatnya ia begitu semangat menceritakan awal mula ia bertemu dengan seorang gadis cantik. Idola bagi semua cowok di masa sekolah SMA dahulu.

Gadis cantik itu tidak lain adalah Aina, meskipun parasnya yang cantik dan modis. Aina tidak pernah bersikap sombong, dan tidak pernah merendahkan orang lain. Seperti itulah yang dirasakan oleh Jaden saat itu.

Jaden pun mengingat semua kenangan, saat ia bertemu dengan Aina waktu itu, dengan sedikit tersenyum seraya memandang Aina yang tertidur dengan masker oksigen di mulut dan hidungnya. Ia menceritakan semua itu, seperti dongeng sengaja ia bacakan untuk Aina.

Flashback On 

9 Tahun yang lalu

Di dalam sebuah pesta dansa yang di adakan oleh pihak sekolah SMA Garuda, sebagai acara tahunan untuk memilih King dan Queen. Mengharuskan semua murid berpenampilan layaknya pangeran dan ratu, semua murid berlomba menampilkan yang sempurna.

Salah satunya adalah Jaden, seorang murid dengan penampilan cupu. Ya, saat masih sekolah ia selalu menggunakan kacamata besar dengan rambut klimis dan berponi. Saat itu ia memakai stelan jas berwarna putih, dengan hati takut ia mulai memasuki aula sekolah yang telah di sulap menjadi acara pesta.

Hal pertama yang ia dengar adalah musik DJ, dan tarian teman-temannya. Saat ia tengah berjalan masuk, ia mendapatkan tatapan sinis dari teman-temannya. Hingga ia menabrak seseorang, yang kebetulan tengah membawa minuman. Seseorang orang itu adalah Aina.

"Ma--maafkan aku, aku tidak sengaja. Ma--maaf," ucap Jaden terbata, dengan tangan gemetar berniat membersihkan minuman yang tumpah di gaun Aina.

Plakk!

"Berengsek! Berani sekali kamu berniat menyentuh cewekku, bosan hidup kamu," marah seorang pemuda tampan yang tidak lain adalah Rafael.

"Maa--maaf, Rafa. Aku tidak sengaja tadi," ucap Jaden, seraya meringis menahan sakit di pipinya.

"Sudah, Rafael. Dia tidak sengaja menumpahkan minuman ke gaunku, dan dia berniat baik ingin membersihkannya. Jadi, jangan marahin dia lagi, ya," jelas Aina dan berusaha menenangkan Rafael, dengan menggenggam tangan cowoknya lembut.

"Tapi ---"

"Sudah, jangan marah lagi. Aku malu dilihatin teman-teman yang lain," rengek Aina, dengan nada manjanya dan membuat Rafael luluh.

"Baiklah, malam ini kamu lolos dari tanganku. Tapi, tidak lain kali," peringat Rafael dengan senyuman sinisnya ketika memandang Jaden. Setelah itu ia melangkah pergi, tidak lupa menarik Aina kekasihnya.

Namun, sebelum Aina jauh ia masih sempat menenangkan keresahan Jaden dengan tersenyum manis dan berbicara lembut padanya.

"Sudah tidak apa ... aku membawa gaun lagi, kok, jangan dipikirkan,"  ucap Aina dengan nada lembut, setelah itu ia mengikuti Rafael.

'Gadis manis, meskipun aku telah berbuat salah. Tapi, dia membelaku,' batin Jaden seraya memandang punggung Aina yang semakin menjauh.

Malam semakin larut acara dansa sudah di mulai lima belas menit lalu, Aina terus mencari Rafael tapi tidak kunjung ia menemukannya.

Drrrttt

📱Sayang

"Hallo, Sayang. Maaf aku pulang dahulu, dan tidak sempat memberitahumu. Mama menelepon, katanya ada hal penting di rumah," ucap Rafael begitu mengangkat telepon darinya.

"Oh ... ya sudah, tidak apa-apa," jawab Aina dengan nada lesu.

"Maaf, ya. Aku tidak bisa berdansa denganmu kali ini," sesal Rafael.

"Tidak apa-apa, lain kali saja," jawab Aina cepat setelah itu ia mematikan telepon, tanpa ucapan sayang seperti biasanya.

'Ah, menjengkelkan. Padahal malam ini aku sudah tampil cantik, tapi Rafael malah tidak ada di sini,' kesal Aina, lalu mulai menaiki tangga menuju lantai atas.

Ia berniat melihat bintang, karena percuma saja ia berdiri di dalam aula sedangkan pasangan dan dansanya tidak bersamanya. 

Tap ... tap ... tap!

Suara langkah sepatu terdengar menggema lantai dua sekolah, mengejutkan Jaden yang saat itu tengah duduk sendiri seraya menikmati minuman cola-nya.

Aina terus melangkah, dengan sedikit kesulitan mengingat gaun putihnya sedikit panjang, lalu pandangannya jatuh pada Jaden yang saat itu membelakanginya. 

Entah iseng atau tidak Aina dengan beraninya berteriak di samping telinga Jaden, seketika itu juga membuat Jaden sedang minum minumannya terkejut hingga ia  terbatuk.

"Wooiiii ....!'' teriak keras Aina, di samping telinga Jaden.

Degh!

"Hahahaa ....!" tawa Aina pecah, ketika melihat wajah Jaden yang menurutnya lucu.

"Uhuk ... uhuk!" Jaden terus terbatuk, tapi netranya tidak berhenti memandang Aina yang tertawa lepas dan itu membuat hatinya menghangat.

"Maaf! Aku mengagetkanmu, ya," sesal Aina dengan membelai punggung Jaden berulang kali, agar batuk Jaden mereda.

"Ti--tidak apa-apa," gugup Jaden, ketika ada wanita cantik begitu dekat dengan dirinya. Bahkan perhatian padanya, karena selama sekolah hingga kelas 3 SMA ia tidak pernah di dekati wanita.

"Hai ... kenapa wajahmu memerah, apa kamu sakit? Apa karena ulahku tadi, ya,'' panik Aina, dengan menyentuh kening Jaden lembut bahkan dengan ia membelai pipi dan kening Jaden.

Perlakuan Aina seperti itu membuat wajah Jaden semakin merona, bahkan jantung Jaden berdegub dengan kencang.

Degh! Degh! 

'Kenapa denganku, kenapa aku menjadi gugup seperti ini? Jantungku, kenapa berdegup dengan kencang, apa ada masalah sama jantungku,' batin Jaden, masih dengan perasaan gugupnya.

"Aa--aku tidak apa-apa, hanya pengaruh batuk tadi," jelas Jaden mencoba menenangkan kepanikan gadis di depannya.

"Oh, syukurlah kirain kamu sakit karena tadi aku mengagetkanmu," ucap Aina sedikit tenang.

"Karena aku telah membuatmu tersedak tadi, maka malam ini aku ingin mengajakmu berdansa denganku. Apa kamu mau?" tanya Aina dengan polosnya.

"Ka--kamu! Kamu mau mengajakku berdansa, denganku?" tanya Jaden tidak percaya, ia bisa di ajak gadis secantik Aina.

"Iya, apa kamu tidak mau berdansa denganku? Lihatlah, aku sudah berpenampilan cantik. Tapi, rasanya tidak ada gunanya karena Rafael tidak ada di sini," guman Aina dengan nada sedih, dan itu tidak lepas dari pandangan Jaden.

'Rafael meninggalkan kekasihnya sendiri, pasti dia sekarang dengan gadis lain. Apa gadis ini tidak tahu jika Rafael suka jalan dengan gadis lain?' monolog Jaden iba melihat Aina yang terlihat murung.

"Baiklah ... a--aku mau berdansa denganmu, tapi jangan menertawakan aku jika aku tidak bisa berdansa," ucap Jaden mantap, dan itu menarik perhatian Aina.

"Benarkah! Wah, jadi tidak sia-sia aku berdandan tadi," jawab Aina antusias.

"Tapi, bisakah kita berdansa di sini. Karena aku tidak mau orang salah paham ketika melihat kita berdansa, apalagi saat ini Rafael tidak ada di sini," pinta Jaden mulai sedikit berani.

"Tentu saja bisa, karena aku juga malas berjalan turun ke aula," setuju Aina.

"Ayo kita mulai," lanjutannya lagi.

Jaden pun mulai mengulurkan tangannya, dengan di sambut ceria oleh Aina. Dengan suara musik mengalun indah dari aula sekolah, Jaden dan Aina mulai berdansa seperti sepasang kekasih. Jaden yang tidak bisa berdansa, sesekali menginjak kaki Aina, wajahnya pun mulai panik, dan terlihat di mata Aina lucu.

"Maaf!" ucap Jaden untuk kesekian kali, ketika tanpa sengaja menginjak kaki Aina.

"Tidak apa, tidak sakit kok. Hanya seperti di gigit semut saja," jawab Aina dengan senyum tulusnya.

Jaden merasa seperti mimpi bisa merasakan hal seperti sekarang ini, ia sama sekali tidak pernah mengharapkan akan berdansa dengan Queen dari sekolahnya. Tanpa sadar ia terus memandang wajah cantik Aina, yang tingginya sebatas dadanya.

"Kamu tinggi sekali, berasa kecil saat aku berdansa denganmu," ucap Aina dengan kekehan kecilnya.

"Apakah aku harus sedikit menunduk, biar kita sedikit sejajar," jawab Jaden dengan polosnya.

"Hehehe ... tidak perlu, akan merasa aneh kalau kamu menunduk," Aina tertawa geli dengan jawaban Jaden.

"Maaf ," ucap Aina tiba-tiba, dan membuat Jaden mengeryit heran.

"Untuk apa kamu meminta maaf, bukankah kamu tidak pernah salah padaku?'' tanya Jaden dengan nada heran.

"Karena Rafael selalu menyakitimu tadi, dan aku tahu dia juga selalu membullymu. Jadi, aku minta maaf atas nama dia," jawab Aina dengan nada tulus.

"Tidak masalah, karena aku tidak apa-apa," ucap Jaden dengan menghentikan gerakan dansanya.

"Siapa namamu ... meskipun kita satu sekolah, aku tidak tahu nama kamu?" tanya Aina sedikit penasaran.

"Kamu tidak perlu tahu namaku, yang terpenting aku tahu namamu itu sudah cukup," jawab Jaden tanpa sadar.

"Benarkah, memangnya kamu tahu namaku? Kalau begitu sebutkan namaku," ucap Aina dengan nada tidak sabaran, entah kenapa ia begitu nyaman ketika berbicara dengan Jaden.

"Siapa yang tidak kenal dengan Queen sekolah ini, nama kamu sering kali di sebut oleh semua siswa mau pun siswi."

"Aina! Aina Anindya, benar itu nama kamu 'kan?" jawab Jaden, seraya memandang wajah Aina lagi.

"Benar juga, ternyata tidak asyik namaku banyak yang mengenal. Karena orang yang dekat denganku, terkadang tidak tulus. Mereka hanya baik di depanku, tapi tidak di belakangku," tanpa sadar Aina mencurahkan isi hatinya.

'Termasuk Rafael, Aina. Hanya saja kamu tidak menyadari itu,' batin Jaden.

"Oh, sepertinya sudah malam aku harus pulang. Sampai ketemu lagi, Hulk. Hihi ...,'' pamit Aina dengan memanggil Jaden Hulk atau raksasa, karena ia tidak mengetahui nama Jaden.

"Hulk! Aku?" tanya Jaden, seraya meraih telapak tangan Aina yang mulai beranjak pergi.

"Hehe ... iya, maaf. Apa kamu tidak suka dengan panggilanku? Mengingat kamu tadi tidak memberitahu namamu," ucap Aina dan menatap manik Jaden.

Degh! 

'Mata yang indah,' batin Jaden, seraya menggelengkan kepala untuk menghilangkan pemikiran yang mulai merasuki hatinya dan pikirannya.

"Suka! Aku suka panggilan itu," jawab Jaden semangat tanpa sadar, karena ia tidak mau gadis di hadapannya kecewa atau pun sedih karena ia tidak menyukai panggilan yang di berikan Aina padanya.

"Terima kasih, sekarang aku boleh pergi. Apa kamu juga mau turun, kalau begitu kita barengan saja," ajak Aina, dengan cara menyeret Jaden.

Begitu sampai di aula, ada beberapa teman Aina. Lalu melihat Aina yang tengah menggandeng tangan Jaden.

"Aina! Kenapa, sih, kamu bersama pria cupu ini. Kayak tidak ada pria lain saja," ejek salah satu teman Aina merasa tidak suka, jika Aina dekat dengan Jaden.

"Oh, tadi dia membantuku. Karena kakiku sedikit terkilir, ini saja aku berpegangan tangan supaya tidak jatuh saja," bohong Aina, karena ia tidak mau teman-temannya membully Jaden.

"Oh, kirain kalian sedang mojok di atas."

"Tidak, kok, aku tadi ke atas mencari Rafael. Tapi, tidak adak karena dia sudah pulang," terang Aina masih dengan nada bohong, karena ia tidak mau Jaden di marahi.

"Begitu ... sekarang ayo pulang, aku tidak mau Papaku marah karena pulang larut," ajak teman Aina, setelah itu ia meninggalkan Aina dan Jaden.

Sepeninggal ketiga teman Aina tadi, Aina membalikkan badan dan memandang Jaden. Setelah itu ia berpamitan.

"Aku pulang dulu, ya. Kamu pulang juga, kan?" tanya Aina penasaran 

"Iya.''

"Oh, oke. Daaa ...," pamit Aina lalu mulai melangkah pergi.

Namun, baru lima langkah Aina berhenti lalu membalikkan tubuhnya dan mengahadap Jaden kembali.

"Kamu pria baik, Hulk. Jangan membuat dirimu lemah, fisik bukan sebuah halangan untuk membuatmu dihargai orang lain. Jangan pernah menundukkan kepala, pada orang yang menyakitimu. Karena mereka tidak berhak, buat dirimu berbeda setelah ini. Karena aku tidak suka melihat orang baik sepertimu selalu direndahkan orang lain, sebab kamu orang baik Hulk," ucap Aina dengan nada tulus setelah itu ia pergi dengan berlari kecil menyusul temannya.

Degh!

'Dia satu-satunya gadis yang memperhatikan aku, dan ingin aku berubah. Apakah harus, di saat dia sudah memiliki kekasih.'

'Tentu aku harus menunjukkan pada Aina, kalau aku bukan pria lemah seperti pemikirannya. Aku bisa saja jadi seperti Rafael, bahkan melebihinya yang terlihat tampan dan banyak di puja setiap wanita. Tapi, aku tidak mau. Kamu saja belum tahu siapa aku sesungguhnya, Aina,' batin Jaden, dengan sedikit sedih.

Setelah Aina pergi, Jaden pun berniat pulang. Tepat di tengah perjalanan pulang, ia mendengar kabar kalau sang kakek akan melakukan operasi jantung, dan operasi itu akan dilakukan di Amerika. 

Jaden yang khawatir langsung menuju bandara, dan ia sudah di tunggu oleh orang suruhan kakeknya. Malam itu, menjadi malam pertama sekaligus terakhir pertemuan Jaden dengan Aina.

Fless back off

"Ya, seperti itu kita bertemu Aina. Anehnya saat itu kamu memanggilku Hulk, pria raksasa yang menurutmu aku terlalu tinggi dengan ukuran tubuhmu."

"Sekarang kalau dipikir itu memang benar, karena yang kulihat tubuhmu sama mungilnya seperti 9 tahun lalu. Meskipun begitu, aku yakin sikapmu tidak akan berubah."

"Dalam hatiku terus bertanya setelah aku melakukan operasi pada tubuhmu, kenapa kamu masih menjalin hubungan dengan Rafael. Bahkan menikah, apa kamu tidak menyadari perilakunya di belakangmu ... hmmm?" 

"Pasti kamu sangat mencintai dia 'kan? Yah, tentu saja kamu mencintai dia. Karena setahuku, sewaktu di SMA dulu, kamu memang tulus mencintainya, dan kamu tidak pernah menduakan cinta Rafael. Sungguh beruntung pria berengsek itu bisa mendapatkan cinta, dan wanita sepertimu Aina."

"Semoga berjalannya waktu, Rafael semakin dewasa dan mengerti arti cinta yang tulus selama ini kamu berikan."

Saat Jaden tengah serius menceritakan masa lalunya saat bertemu Aina, tiba-tiba ponselnya berdering dan menunjukkan nama wanita spesial di dalam hidupnya.

Drrrttt

📲  Sania

"Hallo ...," sapa Jaden dengan suara lembutnya.

"Sayang, kamu di mana?" tanya seseorang dengan suara manjanya.

"Masih di rumah sakit, ada apa?" tanya Jaden to the poin.

"Tidak apa-apa, hanya kangen kamu. Mungkin satu bulan lagi aku kembali le Indonesia," ucap Sania dengan nada semangat.

"Benarkah, aku merasa senang. Dengan begitu kita tidak LDR-an lagi," jawab Jaden sedikit antusias, karena tidak lama lagi ia akan bertemu kekasihnya kembali. 

"Apa kamu tidak akan datang di acara wisudaku nanti, Sayang. Aku harap kamu datang, dan menyempatkan waktu untuk wanita cantik ini," rengek Sania.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa karena aku tidak bisa meninggalkan pasienku," ucap Jaden dengan nada tidak enak hati.

"Apakah pasienmu itu lebih spesial di bandingkan kekasihmu ini, hmm?'' rengek Sania dengan nada sedikit kesal.

"Tentu saja dia sangat spesial," ucap Jaden tanpa sadar.

"Apa!" Sania terkejud dengan ucapan polos Jaden.

''Ah, bukan seperti yang ada dalam pikiranmu. Semua pasienku spesial, karena mereka butuh perawatanku agar cepat pulih dan sehat kembali," ucap Jaden dengan netranya terus menatap wajah Aina.

"Aku tutup dulu, karena ada pasien yang harus ku periksa. Baayyy ...."

Jaden menutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban sayang Sania seperti biasanya.

Tut.

Setelah menutup telepon dari kekasihnya, dan memasukkan ke dalam saku celananya. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, ia pun hanya bisa mendesah menghilangkan perasaan asing yang mulai menghinggapi perasaannya, ia sama sekali tidak tahu jenis apa perasaannya, yang jelas ia hanya ingin berada di samping Aina. Membantu wanita malang itu kembali bangkit, meskipun dengan cara membantu mengobati wanita yang terbaring bak putri tidur itu.


Bersambung 

Related chapters

  • Why   Episode 4

    Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, terdengar suara kicauan burung di luaran sana. Di dalam ruang ICU, tepatnya di mana Aina tengah dirawat terlihat Jaden tengah memeriksa keadaan Aina, yang belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari komanya.Merasa perlu jika Rafael harus mengetahui keadaan Aina, Jaden mengambil ponsel milik Aina yang kebetulan ia bawa. Dengan gerakan cepat ia mencari nama pria yang sedikit banyak membuat Jaden kesal.Drrrttt📱My HusbandJaden terus menelepon, tapi tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Rafael. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim pesan saja, dan memberitahukan keadaan Aina yang berada di rumah sakit.'Di mana pria berengsek itu! Kenapa dari semalam nomernya tidak aktif,' batin Jaden kesal.[Cepat datang ke rumah sakit Modern Hospital, Aina kecelakaan.] Kirim.Jaden mengirim pesan singkat, setelah itu ia men

    Last Updated : 2021-01-10
  • Why   Episode 5

    "Ketika ujian cinta datang pada salah satu pasangan, mampukah pasangan lainnya menerima. Tetap berada di samping pasangan itu, dengan cara menemani, dan mensupport. Atau malah meninggalkan pasangan itu, yang dalam keadaan tidak berdaya."***Mobil yang dikendarai Rafael melaju dengan kecepatan tinggi, hingga tidak membutuhkan waktu lima belas menit. Mobilnya telah masuk di pelataran rumah sakit Modern Hospital, di mana Aina tengah dirawat saat ini.Setelah mobil diparkirkan, Rafael dengan terburu keluar lalu berlari masuk ke dalam rumah sakit. Tujuannya satu, tempat resepsionis. Ia ingin menanyakan di mana istrinya tengah di rawat."Suster! Suster! Di mana kamar pasien bernama Aina Anindya?" tanya Rafael dengan napas memburu, karena ia habis berlari."Tunggu sebentar, ya, Pak. Saya carikan data pasien terlebih dahulu," jawab suster ramah, dan langsung membuka buku di mana ada nama data pasien

    Last Updated : 2021-01-12
  • Why   Episode 6

    Mulai BimbangSetelah mendengar penuturan Dokter Jaden, Rafael dan Alya keluar dari ruangan serba putih itu. Langkah Rafael begitu berat, ketika ia mengingat perkataan Dokter Jaden tentang keadaan Aina istrinya.Beruntung ada Alya yang menyanggah tubuh Rafael, terlihat pria tampan itu tidak bisa menerima jika Aina sang istri koma dan juga lumpuh pada kedua kakinya."Kenapa! Kenapa Aina bisa terluka parah seperti itu, Alya? Sesungguhnya apa yang terjadi, hingga dia bisa terluka dengan luka parah di tubuhnya," tanya Rafael, seraya menoleh ke arah wanita yang mengisi hatinya selama dua tahun ini.Meskipun ia sadar jika Alya tidak akan bisa menggantikan tempat Aina, sebab sang istri mempunyai tempat spesial di hatinya."Aku juga tidak tahu, Rafa. 'Kan semalaman kita bersama, dan menghabiskan malam indah dengan memadu kasih hingga hampir pagi. Ah, bukan bahkan sampai pagi," jawab Alya sok pol

    Last Updated : 2021-01-13
  • Why   Episode 7

    Tidak Tenang'Apakah aku harus memeriksa keadaannya terlebih dahulu, sebelum aku pulang?' batin Dokter Jaden, setelah keluar dari ruangan Dokter samuel.'Tapi, di sana ada Rafael. Apakah aku bisa menahan diri lagi, saat bertemu dengannya? Namun, kalau aku tidak melihat Aina sebelum pulang. Aku tidak akan tenang,' monolog Dokter Jaden bimbang.Langkah Dokter Jaden terasa berat, ketika ia ingin melangkah keluar dari rumah sakit. Ia pun merasa tidak tenang, dan tidak tega meninggalkan Aina saat bersama Rafael dan Alya.Padahal Dokter Jaden sudah berada di lobby rumah sakit, dan ia berniat ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Namun, urung ia memutuskan kembali. Karena ia memang tidak akan bisa tenang bila belum memastikan keadaan Aina baik-baik saja. Meskipun ia tahu, kalau wanita yang tengah terbaring koma itu memang sudah tidak apa-apa, dan dalam kondisi stabil.Tap ... tap ... tap!

    Last Updated : 2021-01-15
  • Why   Episode 8

    Rayuan AlyaTing!Terdengar suara pesan dari ponsel milik Rafael, ia terlihat malas merogoh saku celananya, lalu bertanya-tanya siapakah gerangan yang mengirim pesan di tengah malam begini.Ia pun hanya berpikiran satu wanita yang berani mengirim pesan padanya selarut ini, tidak lain dan tidak bukan adalah kakak iparnya sendiri Alya.'Pasti Alya yang mengirim pesan, apa dia tidak capek mengirim pesan terus sedari tadi,' gumam Rafael, lalu membuka aplikasi berwarna hijau.Degh!Terlihat foto dengan pose erotis, dan sangat menggoda dari kakak iparnya. Ya, setelah semua pesan diabaikan oleh Rafael. Namun, Alya tidak kehilangan akal untuk menarik perhatian pria yang sangat ia cintai.'Apa ini, Alya! Apa kamu berniat menggodaku, demi Tuhan! Aku saat ini menahan diri agar tidak lari pulang, lalu menyerangmu. Karena di sini masih ada Aina yang harus kujaga dan

    Last Updated : 2021-01-17
  • Why   Episode 9

    Terkuaknya Identitas Jaden"Kenapa lama sekali, Sayang?" tanya Devan begitu melihat Sania kembali dari toilet."Di toilet sedikit ramai, jadi aku menunggu giliran masuk ke toilet dulu," jelas Sania, dan langsung duduk di samping Devan. Devan dengan senyuman langsung merangkul mesra Sania, tapi sebelum itu ia mengambil minuman di meja untuk Sania.''Ini, minumlah. Kamu pasti haus 'kan dari toilet, setelah kamu minum ini kita berdansa," rayu Devan dan memberikan gelas yang sudah ia bubuhi dengan obat perangsang.Sania tanpa curiga langsung menerima gelas pemberian kekasihnya, setelah itu ia meneguk minuman itu hingga tandas.Devan yang melihat itu merasa senang, apalagi saat melihat Sania menghabiskan semua minuman dalam gelas tanpa sisa."Ayo kita berdansa sekarang, Sayang. Kita habiskan malam ini untuk bersenang-senang, karena setelah ini kita sudah kembali ke Indonesia. P

    Last Updated : 2021-01-22
  • Why   Episode 10

    Sadar Dari KomaMasih di dalam pesawat jet pribadi keluarga Tamawijaya, terlihat Jaden tengah menyantap makan siangnya. Meskipun ia hanya menyuapkan sedikit makanan ke dalam perutnya, setidaknya ia memakan sesuatu. Mengingat sedari pagi ia belum makan apa-apa.Setelah ia menyuapkan makanan terakhir ke dalam mulutnya, ia memerintahkan sesuatu pada Martin tangan kanannya untuk mengajaga keamanannya sebaik mungkin selama dalam perjalanan ke rumah sakit nanti. Bukan ia takut penjahat, atau musuhnya. Tapi, ia tidak mau identitasnya cepat diketahui khalayak umum.Sebab ia tidak mau wartawan mengendus keberadaan, dan identitasnya yang bekerja sebagai seorang dokter. Apalagi saat ini di rumah sakit ada Aina, dan Aina akan menjadi prioritas utamanya mulai dari sekarang.Jaden sudah tidak percaya lagi pada siapa pun, mengingat sahabatnya sendiri yang diberikan amanah bisa saja lalai dan tidak melaksanakan apa yang ia minta.

    Last Updated : 2021-01-27
  • Why   Episode 11

    Tangisan Ainahuk ... uhuk!"Aina tiba-tiba terbatuk, seketika membuat Jaden yang berada di samping Aina merasa khawatir."Nona! Nona, kamu tidak apa-apa? Apa ada yang sakit, di mana? Cepat katakan, Aina?!" tanya Jaden dengan tidak sabaran, hingga ia memanggil Aina dengan sebutan nama saja dan tidak berkata formal."Saya tidak apa-apa, Dokter. Hanya saja, mulut saya kering," keluh Aina dengan memegangi lehernya.Tanpa menjawab Jaden dengan sigap mengambil minuman yang berada di atas meja, dan langsung memberikan pada Aina. Namun, gerakkannya terhenti ketika ia melihat Aina masih terbaring di tempat tidur."Apa Nona mau minum menggunakan dengan sedotan, atau duduk saja?" tanya Jaden, seraya menunjukkan air putih dalam gelas ke arah Aina."Saya ingin minum dengan duduk saja, bisakah Dokter membantu saya. Karena saya tidak kuasa untuk bangun sendiri," jawab Aina

    Last Updated : 2021-01-29

Latest chapter

  • Why   Epilog

    Bahagia BersamamuMalam semakin larut, setelah mandi dan mengganti gaun pengantin yang tadi Aina kenakan.Kini ia telah memakai baju tidur, terlihat baju itu begitu tipis dan ia merasa tidak nyaman mengenakannya. Ia merasa malu apabila nanti dilihat oleh Jaden, meskipun ia telah resmi menjadi istrinya tetap saja rasa malu menghinggapi hatinya.'Siapa, sih, yang memesan pakaian ini?' tanya Aina dalam batinnya, seraya menghela napas ketika melihat pantulan tubuhnya di cermin.'Jika Mas Jaden melihatku memakai pakaian ini, bagaimana reaksinya. Aku takut dia mengira kalau aku ingin menggodanya, padahal di sini memang tidak ada pakaian yang lebih pantas dipandang,' gumam Aina sedikit kesal.Jaden yang baru saja keluar dari kamar mandi samar-samar mendengar keluhan sang istri, ia tahu betul sifat Aina dan ia membenarkan jika sang istri tidak akan mungkin mau menggodanya terlebih dahulu. Mengingat Aina bukanlah wanita seperti di luaran sana, tapi untuk k

  • Why   Episode 45

    Bersatunya Dalam Mahligai PernikahanHari yang ditunggu Aina dan Jaden kini telah tiba, di mana keduanya telah resmi menjadi pasangan suami-istri dalam mahligai pernikahan.Ya, pagi tadi seorang Kieran Jaden Tamawijaya telah resmi mempersunting janda muda bernama Aina Anindya.Meskipun Aina dalam status janda, tapi tidak mengurungkan niat Jaden untuk mempersunting wanita cantik nan mungil itu sebagai istrinya.Mengingat begitu besar rasa cinta Jaden pada Aina, membuat ia memantapkan niatnya menjadikan Aina sebagai istri. Apalagi setelah ia mendapatkan restu dari sang kakek, membuat ia begitu semangat membawa Aina ke tengah-tengah keluarganya besarnya.Tidak hanya Jaden yang bahagia hari ini, tapi Aina juga turut merasakan perasaan sama. Begitu pula orang-orang di sekitar Aina dan Jaden, juga turut merasakan kebahagiaan mereka.Mengingat selama setahun belakangan Aina pernah merasakan namanya luka karena pengkhianatan dari orang-o

  • Why   Episode 44

    🍂 Kondisi Alya yang Memprihatinkan'Kak Alya?' gumam Aina yang bisa di dengar semua orang di dalam ruang tamu.Aina masih saja memperhatikan foto sang kakak kini berada dalam tangannya, ia terkejut sekaligus bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi pada Alya Kakaknya.Polisi yang melihat Aina terpaku seraya melihat foto sang kakak, tidak bisa membendung rasa ingin tahunya. Karena tujuan kedua polisi itu memang ingin tahu, jika Aina adalah salah satu keluarga Alya. Mengingat dua polisi itu mendapatkan tugas untuk mencari tahu, sebab pemilik rumah sakit merasa tidak enak hati bila datang sendiri ke kediaman keluarga Tamawijaya."Apa Anda mengenal wanita di dalam foto itu, Nona?" tanya polisi ingin tahu."Iya, saya mengenalnya. Dia adalah kakak kandung saya, Alya. Kenapa dengannya, Pak?""Tolong katakan padaku, apa yang terjadi dengan Kak Alya?" tanya Aina bertubi, dan mulai mengkhawatirkan keadaan sang kakak."Wanita yang berada

  • Why   Episode 43

    Rasa SyukurSetelah pulang dari menyelamatkan Aina, kini Jaden membawa wanitanya ke kamar Aina sendiri. Terlihat pria tampan itu sama sekali tidak meninggalkaan Aina barang sebentar saja, ia setia menanti calon istrinya sadar dari pengaruh obat bius yang diberikan Rafael saat mau menculik Aina.Waktu sudah menunjukkan pukul enam malam, terlihat Aina mulai membuka matanya. Sesaat ia dihinggapi rasa ketakutan, ketika teringat mantan suaminya berniat menculiknya."Aku tidak mau ... lepaskan aku, Rafael!" teriak Aina seraya terbangun, dan langsung terduduk dengan seluruh badan bergetar karena ketakutan.Jaden yang terkejut mendengar suara wanitanya, seketika berdiri dan berusaha menenangkan Aina dari rasa ketakutannya."Sstt, tenanglah. Kamu sudah aman, Sayang," gumam Jaden, dan langsung memberikan pelukan dan membelai punggung Aina pelan."Aku takut sekali, Mas.""Aku takut kalau Rafael akan menculikku, tadi aku masih ingat kalau dia mene

  • Why   Episode 42

    Penyelamatan AinaIring-iringan mobil yang dikendarain oleh preman suruhan Rafael, kini tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Karena Rafael baru teringat kalau koper, beserta isinya masih berada di rumahnya. Apalagi ada paspor yang harus iya bawa mengingat ia akan membawa Aina pergi dari kota Jakarta, sebelum Jaden menyadari kalau ia-lah dalang dalam penculikan Aina."Cepat kendarai mobil ini, kita ke rumahku terlebih dulu," perintah Rafael seraya merangkul Aina di kursi penumpang.Terlihat Aina tengah menutup matanya, karena pengaruh obat bius yang diberikan Rafael padanya."Baik, Pak," jawab salah satu preman yang tengah mengendarai mobil Rafael, terlihat satu mobil di belakang mobil Rafael terdapat beberapa preman yang sengaja Rafael bayar untuk membantunya melancarkan aksinya dalam menculik mantan istrinya itu.'Semoga saja anak buahnya Jaden tidak menyadari kalau Aina tengah kuculik,' batin Rafael, seraya mengecup puncak kepala Aina.

  • Why   Episode 41

    Niat Rafael Menculik AinaAina telah sampai di mall, ia pun berjalan ke stand tempat aneka perlengkapan bahan kue. Saat ia tengah asyik memilih bahan, tiba-tiba ia merasa ingin buang air kecil.Aina pun bergegas mencari letak di mana toilet berada, Martin dan Rio hanya bisa mengawal calon istri bosnya dari jauh. Mengingat Aina merasa tidak nyaman saat dilihatin banyak orang, makanya ia menyuruh dua orang suruhan Jaden mengawalnya sedikit jauh."Bisa kalian sedikit menjaga jarak, aku janji tidak akan pergi jauh selama di mall," ucap Aina sedikit merasa tidak nyaman, saat Martin dan Rio begitu ketat mengawalnya.''Tapi, Nona. Saya takut Tuan marah pada kami, karena kami tidak bisa menjaga Nona dengan baik," jawab Martin jujur."Tenang saja, pasti Mas Jaden tidak akan marah pada kalian. Selama kalian tidak mengatakannya,'' kekeh Aina.''Aku akan ke toilet sebentar, bisa kalian berdua berada di sini saja. Jangan mengikutiku, karena akueras

  • Why   Episode 40

    Firasat JadenHampir seminggu waktu berlalu, dan Aina kini telah resmi menjadi tunangan seoarang Kieran Jaden Tamawijaya. Segala sesuatu bagi Aina kini terasa indah, serta membahagiakan dalam hidupnya.Setelah begitu banyak Aina melewati rasa sakit dalam diri akan pengkhianatan, yang dilakukan oleh mantan suami dan kakaknya sendiri.Meskipun begitu, Aina tidak menaruh dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya, ia hanya percaya keadilan Allah itu jauh lebih adil dan ia percaya setiap perbuatan pasti suatu saat akan mendapatkan balasan sesuai takaran perbuatan yang pernah dilakukan.Saat Aina merasakan syukur akan kebahagiaan dalam hidupnya, dalam lamunannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh calon suaminya yang memeluknya dari belakang."Sedang apa kamu di sini, aku mencarimu sedari tadi," gumam Jaden seraya memeluk wanitanya yang tengah berdiri di dekat taman bunga, sengaja taman di belakang rumah Jaden ia buat taman karena wanitanya begitu menyukai bu

  • Why   Episode 39

    Kemarahan Rafael dan Juga ObsesinyaSetelah menyeret Alya dekat dengan mobilnya, kini Rafael mencoba menanyakan sebuah kebenaran bahwa Alya yang berada di balik perceraian dengan sang istri Aina."Katakan, apa benar kamu dibalik perceraianku dengan Aina?" tanya Rafael dengan menyengkeram mulut Alya. hingga Alya mengaduh kesakitan."Akkhh ... sakit, Rafael," adu Alya dengan netra mulai berkaca-kaca."Rasa sakitmu tidak seberapa dibandingkan aku kehilangan Aina dari hidupku sekarang, bukankah kamu sudah tahu seberapa besar aku mencintai dia, hah!" bentak Rafael.Alya mendengar kata cinta untuk Aina dari mulut pria yang sangat dicintai seketika merasa cemburu, dengan percaya diri ia menatap netra Rafael tanpa rasa takut."Cih, cinta katamu. Lalu kenapa kamu berselingkuh denganku, bahkan istrimu sendiri melihat adegan panas kita, dan itu saat kita bercinta. kemudian dia pergi meninggalkanmu, apakah itu semua salahku?"Degh!Merasa

  • Why   Episode 38

    Penyesalan yang Terlambat"Apa maksudmu kita sudah bercerai, Sayang?" tanya Rafael seraya ingin mendekati Aina, tapi Kakek Mark langsung menghadan langkahnya.Merasa kesal karena ulah Rafael mengganggu acara pertunangan cucunya, Kakek Mark mulai tegas."Berhenti di tempatmu anak muda, sebelum orang-orangku menyeretmu keluar dari pesta pertunangan cucuku!" tekan Kakek Mark dengan nada rendah dan dingin.Rafael yang mendapatkan kemarahan dari Kakek Mark bukannya takut malah menantang, dan ia berniat menyingkirkan Kakek Mark. Namun, Jaden yang tahu jika tangan Rafael berniat mendorong sang kakek dengan kemarahannya ia maju melindungi kakeknya tepat di depan Kakek Mark."Jangan berani-berani menyentuh Kakekku, dengan tangan kotormu ini. Jika, kamu berani menyentuhnya aku tidak segan untuk mematahkan tanganmu ini," ucap Jaden dingin."Memangnya aku takut ancamanmu, Pria Cupu!Jawabannya, tidak! aku sama sekali tidak takut padamu, dan lagi wanita c

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status