Share

Alih

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 20:33:45

Di tengah kekacauan, Wijaya dan Mr.Bad tiba-tiba muncul dari ujung lorong bersama tim pengawalnya. Dengan sigap, mereka membantu Toni memukul mundur para penyerang. Dalam waktu singkat, situasi berhasil dikendalikan, meskipun beberapa pengawal terluka.

Setelah situasi mulai terkendali, Wijaya berdiri tegak di tengah lorong, memastikan semua penyerang sudah dilumpuhkan atau ditahan. Di sebelahnya, Mr. Bad memberikan isyarat kepada timnya untuk memeriksa area sekitar, memastikan tidak ada ancaman tambahan.

"Dea, kau baik-baik saja?" tanya Wijaya, nadanya tenang namun penuh kewaspadaan. Ia memindai wajah putrinya untuk mencari tanda-tanda luka.

Dea mengangguk perlahan, meskipun wajahnya masih tegang. Kejadian ini diluar prediksinya, ia tak mengira situasinya akan serumit ini. Jadi ia yang baru saja mengenal dunia penuh tantangan ini mengalami keterkejutan. "Aku baik-baik saja, Ayah. Tapi beberapa dari tim kita terluka. Kita harus segera membawa mereka ke tempat aman."

Pria paruh baya ter
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • When I Start (Indonesia)   AREA

    Di bawah cahaya lampu redup lorong-lorong markas, Dea melangkah dengan keyakinan penuh, meskipun ketegangan masih menyelimuti setiap sudut pikirannya. Toni berjalan di depannya, memimpin tim pengawal yang membentuk barisan pelindung, sementara Mr. Bad berada di sisi belakang, memastikan tidak ada yang mengejar mereka. Di genggaman Dea, sebuah kotak abu-abu kecil terasa dingin, mengingatkan pada tugas berat yang menantinya.Perjalanan ke bunker tak semulus yang direncanakan. Di salah satu persimpangan lorong, mereka dihadang oleh sekelompok penyerang bersenjata. Suara tembakan menggema, dan Toni segera memberikan perintah, "Lindungi Nyonya Dea! Jangan biarkan mereka mendekat!"Dea bersembunyi di balik dinding, tubuhnya gemetar saat suara peluru bersiul di sekitar. Namun, ia menahan ketakutannya, mengingat pesan ayahnya, tugas ini lebih besar dari dirinya sendiri. Toni bergerak dengan cekatan, memimpin beberapa pengawal untuk menekan penyerang. Dalam waktu singkat, musuh berhasil dilum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • When I Start (Indonesia)   AFTER

    Setelah menyimpan semua berkas yang baru ia dapat dengan nyaman, Dea kembali ke kamar. Baru saja ia mengunci pintu, terlihat Aiden keluar dari lift."Sudah selesai?" tanya pria itu mendekat ke arah istrinya. Dea tersenyum lantas menjawab, "sudah.""Ayo kembali ke kamar. Kita harus istirahat." Aiden menggandeng tangan istrinya penuh kasih.Dea membiarkan dirinya digandeng oleh Aiden menuju kamar mereka. Sentuhan tangan suaminya terasa hangat, berbeda dari ketegangan yang memenuhi hari mereka sebelumnya. Ketika mereka memasuki kamar, Aiden menutup pintu perlahan, lalu menatap Dea dengan lembut. "Kamu pasti lelah," katanya, membimbing Dea untuk duduk di tepi tempat tidur. "Hari ini adalah salah satu hari terberat yang pernah kita lalui, aku sangat mengagumi keberanianmu."Dea menghela napas panjang, membiarkan dirinya sejenak tenggelam dalam suasana yang lebih tenang. "Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan, Aiden. Tidak lebih."Aiden berjongkok di depannya, menggenggam kedua tang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • When I Start (Indonesia)   AKSES

    Devano yang mendengar kabar sohibnya murka di kantor segera meluncur. "Apa ada sesuatu yang perlu kubantu?" tanya pria itu setelah membuka pintu ruang kerja CEO tersebut.Aiden menghela lega mendapati sahabatnya berkunjung. Namun, ada perasaan bersalah untuk masalah pribadi. CEO itu segera menggelengkan kepala. "Untuk sementara belum ada."Devano duduk di sofa yang panjang, sembari membuka laptop. Alisnya berkerut sembali jari sibuk menyentuh layar tablet miliknya. Kemudia pria itu mengode empu perusahaan untuk mendekat. Aiden yang penasaran pun langsung duduk di sampingnya."Bon yang dibuang ke tempat sampah. Setelah sekian lama, setingg-tingginya tupai melompat akan jatuh juga," ucap Devano sembari menggeser bukti bon yang ia temukan di tempat sampah. "Semua bukti ada di rumahku. Terus ini laporan jika meruntut dari penghasilan perhari swalayan yang kamu buka di salah satu kota."Napas Aiden menghembus layaknya banteng yang siap menubruk matador. Sementara itu, di rumah, Dea masih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • When I Start (Indonesia)   Nightmare

    Dea mencoba menenangkan dirinya dengan secangkir teh hangat. Namun, pikirannya terus berputar, memikirkan kemungkinan bahwa Andre, kakak ipar yang selama ini dianggapnya sebagai sosok pendukung utama adiknya dan tak mau mencampuri urusan perusahan sedikipun, ternyata menyimpan niat jahat. Entah ini benar atau tidak, tetapi kecurigaan terhadap Andre sulit dialihkan. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Andre memiliki akses dan cukup alasan untuk menjatuhkan Aiden baik dari sisi bisnis maupun pribadi.Ponselnya berbunyi, mengalihkan perhatian Dea. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal:"Hati-hati dengan siapa kau percaya. Semua orang punya rahasia, termasuk mereka yang paling dekat."Dea membaca pesan itu berulang kali, jantungnya berdegup kencang. Pesan itu terasa seperti peringatan sekaligus ancaman. Ia mencoba melacak nomor tersebut, tetapi hasilnya nihil. Rasa cemas semakin menguasai dirinya."Apa ini ada hubungannya dengan Andre?" gumamnya pelan.Dea segera memanggil Toni me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • When I Start (Indonesia)   INTERRUPTION

    Aiden segera bangkit dari kursinya, panik melihat Dea yang terjatuh dari kursinya sambil memegang lehernya. Cairan merah yang keluar dari mulutnya jelas bukan anggur. Devano sigap berlari ke dapur, mencari sesuatu untuk membantu, sementara Aiden memeluk Dea yang terlihat mulai kehilangan kesadaran."Dea, bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit!" Aiden berkata dengan nada putus asa, wajahnya memucat saat ia melihat darah di tangan dan bibir Dea.Devano kembali dengan segelas air hangat. "Mungkin dia keracunan! Kita harus segera tahu apa yang ia konsumsi terakhir!""Tidak ada waktu untuk itu sekarang! Kita ke rumah sakit dulu!" balas Aiden sambil mengangkat tubuh Dea. Ia segera memerintahkan Asih, kepala pelayan yang setia bekerja di rumahnya selama lebih dari satu dekade, untuk menjaga situasi di rumah."Asih, panggil Toni ke sini sekarang dan sterilkan semua orang dari ruangan ini! Pastikan dia memeriksa semua yang ada di ruang makan dan dapur. Jangan biarkan siapa pun menyentu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • When I Start (Indonesia)   Extruded

    Aiden merasa darahnya mendidih. "Siapa pelayan itu, Asih? Kita tidak bisa membiarkan seseorang seperti itu bebas berkeliaran di rumah ini."Asih menyebutkan nama pelayan yang dimaksud. "Zoe. Dia baru bekerja di sini selama beberapa bulan, dan tidak banyak yang tahu tentang latar belakangnya."Aiden mengangguk, otaknya berputar cepat. "Zoe? Kita harus segera mencari tahu lebih banyak tentang dia. Toni, pastikan pelayan itu diinterogasi dan ditahan sementara waktu. Jangan biarkan dia kabur."Toni mengangguk tegas. "Saya akan segera mengatur semuanya, Tuan."~Kembali ke rumah sakit, Dea akhirnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meski masih lemah. Aiden duduk di samping ranjangnya, memegang tangan Dea, menatapnya dengan penuh perhatian. Dea membuka matanya perlahan, melihat suaminya yang tampak lelah namun penuh perhatian."Aiden," suara Dea terdengar lirih.Aiden tersenyum tipis, meskipun wajahnya terlihat sangat cemas. "Dea, kamu baik-baik saja. Kamu selamat. Aku hampir kehilanganmu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • When I Start (Indonesia)   Tense

    Di dalam mansion, Dea sedang berada di kamar mandi, mencoba menenangkan diri setelah serangkaian kejadian yang mengguncang. Pikirannya penuh dengan pertanyaan dan rasa cemas tentang siapa yang bisa saja menjadi musuh di balik semua serangan yang terjadi. Meskipun tubuhnya masih lemah, ia merasa perlu untuk meresapi semua yang terjadi. Namun, tanpa disadari, sebuah bahaya baru mengintai.Ketika Dea berdiri di dekat wastafel, tangannya menggenggam tepi keramik dengan tubuh yang sedikit terhuyung. Tiba-tiba, lampu kamar mandi berkelip-kelip beberapa kali, dan hawa dingin yang aneh menyelimuti udara. Tanpa peringatan, aliran listrik dari salah satu perangkat listrik di sekitar wastafel mulai berdengung dan memancar. Sumber arus tiba-tiba mengalir melalui keran, menciptakan sebuah medan listrik yang berbahaya mengelilingi seluruh ruang kecil itu.Dea yang terkejut langsung merasakan sensasi kesemutan yang kuat di telapak tangannya. Sebelum bisa berpikir lebih jauh, tubuhnya tersentak. Rasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • When I Start (Indonesia)   CCTV

    Aiden menahan napas sejenak, matanya berpindah antara orangtuanya di layar dan Dea yang sedang terbaring di ranjang, wajahnya masih pucat meskipun dokter telah mengobatinya. Ia merasa ada tekanan besar di dadanya, tetapi ia harus menjaga ketenangannya di depan orangtuanya. Mereka sudah cukup khawatir dengan keadaan mereka, dan Aiden tidak ingin menambah beban itu."Dea baik-baik saja, Pa," jawab Aiden dengan nada yang sedikit lebih keras dari biasanya, berusaha menunjukkan kepercayaan diri meskipun hatinya terasa berat. "Dia sedang beristirahat. Kami akan menghadapinya bersama-sama."Kusuma menatap Aiden dengan mata tajam, mencoba membaca ekspresi putranya. "Aiden, jangan berpura-pura. Kami hanya ingin memastikan bahwa Dea baik-baik saja."Rita ikut bicara dengan lembut, "Jangan sungkan untuk memberitahu kami jika ada yang bisa kami bantu."Aiden mengangguk, meski sedikit terasa canggung. "Terima kasih, Ma, Pa. Tapi saya yakin kami bisa mengatasinya. Jangan terlalu khawatir. Dea sedan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • When I Start (Indonesia)   Hilang

    "Ini di mana, Yah?" tanya Dea selepas ia sadarkan diri. Orang pertama yang ia lihat adalah Wijaya, kemudian Lusi. Keduanya hanya diam saat ia bertanya. Wanita itu pun dibuat kebingungan dengan situasi saat ini. Ketika keduanya memilih keluar, berganti Bad masuk dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. "Kita berada di markas baru, Madam," ucap pria itu penuh hormat.Dea mengerutkan kening, matanya menyapu ruangan asing yang kini menjadi tempatnya terbaring. Aroma antiseptik masih tercium, tapi ini bukan rumah sakit. Ruangan ini lebih luas, tenang, dan tidak ada perawat yang berlalu-lalang. "Markas baru?" ulangnya dengan suara serak, mencoba mencerna kata-kata Bad. Pria itu mengangguk pelan. Sorot matanya penuh kehati-hatian, seolah sedang mengamati reaksi Dea. "Ya, Madam. Ketua membawa Anda ke sini untuk keselamatan Anda." Keselamatan? Dari apa? Dea mencoba duduk, tapi tubuhnya masih terasa lemah. Kepalanya berdenyut ringan, membuatnya memejamkan mata sejenak. Ia mengingat se

  • When I Start (Indonesia)   Vonis

    Hakim menghela napas berat sebelum menatap Sony dengan penuh ketegasan. "Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan kesaksian yang telah diberikan dalam persidangan, pengadilan menjatuhkan vonis kepada terdakwa Sony dengan hukuman 20 tahun penjara tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, serta denda sebesar 5 miliar rupiah."Suasana ruang sidang kembali gemuruh. Hukuman yang lebih berat dari Wendy menunjukkan betapa serius kejahatan yang telah dilakukan Sony.Sony hanya mendengus kecil, tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. Dia menatap ke arah Aiden dan menyeringai. "Kau mungkin menang kali ini, Aiden. Tapi dunia ini tidak akan membiarkanmu hidup tenang."Aiden tidak menanggapi. Ia hanya menatap Sony dalam-dalam, menyadari bahwa musuhnya tidak akan pernah benar-benar berubah.Setelah keputusan hakim, petugas segera memborgol Sony dan membawanya keluar dari ruang sidang. Aiden menarik napas panjang, merasa lega meskipun sebagian dari dirinya masih dihantui oleh luka yang ditinggalka

  • When I Start (Indonesia)   Persidangan

    Ruang sidang dipenuhi dengan suara bisik-bisik dan tatapan tajam yang tertuju pada satu sosok di tengah ruangan, Wendy. Wanita itu duduk di kursi terdakwa dengan tangan yang terborgol, tetapi ekspresinya tetap penuh keangkuhan.Hakim mengetukkan palunya, menandakan persidangan dimulai."Saudari Wendy, Anda didakwa atas berbagai tuduhan, termasuk percobaan pembunuhan terhadap Nyonya Dea, persekongkolan untuk menghancurkan perusahaan Tuan Aiden, serta keterlibatan dalam berbagai tindakan ilegal lainnya. Apakah Anda mengakui dakwaan ini?" tanya Hakim dengan suara tegas.Wendy tersenyum miring. "Saya mengakui semuanya," jawabnya santai, membuat riuh kecil di dalam ruang sidang.Aiden, yang duduk di kursi saksi bersama pengacaranya, menatap Wendy dengan rahang mengatup rapat. Dea, yang masih dalam pemulihan, hadir dalam persidangan dengan wajah pucat tetapi sorot mata tajam.Jaksa kemudian berdiri dan mulai berbicara. "Bisa Anda jelaskan motif Anda melakukan semua ini? Apa alasan Anda ingi

  • When I Start (Indonesia)   BALASAN

    Insiden penyekapan berjalan dengan cepat hingga semua pelaku dikumpulkan dalam persidangan Sayangnya ada satu orang yang disinyalir menreh luka mendalam untuk keluarga Aiden, yakni Andre. Pria itu mendapat panggilan dari pihak kepolisian, tetapi dia sudah terbang ke luar negeri.Rita dan Kusuma tidak bisa menghubungi anak sulung mereka. Wajah keduanya tampak pias ketika melihat Aiden. "Sampai sekarang Mama dan Papa tidak bisa menghubungi Andre," ujar Rita pada putranya. "Tidak bisakah kamu melepaskan, Andre? Bagaimanapun dia adalah Kakakmu." Wanita itu tampak tak berdaya merasakan dilema di dalam hatinya. Pada akhirnya, Kusuma yang sedari tadi membisu mulai angkat bicara. "Biar Papa yang menghukum Kakakmu, Nak. Sebagai gantinya, sebagian warisan yang akan kami turunkan pada Andre kini kualihkan ke kamu, Aiden." Aiden hanya diam mendengarkan ucapan orangtuanya. Tak berselang lama, ia memilih pergi tanpa memberikan jawaban. Helaan napas terdengar dari mulutnya. Entah bagaimana, ia me

  • When I Start (Indonesia)   HOSPITAL

    Sesampainya di rumah sakit, Wijaya dengan panik membawa Dea yang tak sadarkan diri ke ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat dengan sigap membawa Dea ke dalam, meninggalkan Wijaya yang berdiri di luar ruang tindakan dengan wajah tegang.“Pak Wijaya, kami akan melakukan yang terbaik. Mohon tenang,” kata salah satu dokter sebelum pintu ruang tindakan tertutup rapat.Wijaya hanya bisa menatap pintu itu dengan perasaan campur aduk. Tangan kirinya mengepal, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Namun, rasa khawatir terus menghantui pikirannya. Dea adalah harapan besar baginya dan melihatnya terluka parah seperti ini menghancurkan hatinya.Tak lama, Kusuma dan Rita tiba di rumah sakit setelah dihubungi oleh asistennya. Wajah keduanya menunjukkan kepanikan yang sama. Kusuma segera menghampiri Wijaya, menggenggam lengannya dengan kuat. “Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Dea?” tanyanya dengan suara bergetar.Wijaya menghela napas panjang, mencoba menenangkan sahabat sekaligus besannya

  • When I Start (Indonesia)   Father

    Tiba-tiba, suara dentuman keras mengguncang udara. Mobil yang mereka tumpangi berguncang hebat sebelum terlempar ke sisi jalan. Dea berteriak kaget, tubuhnya menghantam kursi depan sementara kaca mobil pecah berkeping-keping.Di depan mereka, sebuah truk tronton besar terlihat menghantam bagian depan mobil, membuatnya terguling hingga akhirnya berhenti di bahu jalan. Asap mengepul dari kap mesin, dan suara klakson tronton terdengar terus-menerus, seolah pengemudinya sengaja menekan klakson sebagai bentuk peringatan."Lars! Toni!" Dea memanggil dengan panik, tubuhnya terasa berat karena sabuk pengaman yang menahan pergerakannya. Rasa sakit di lengannya semakin terasa, ditambah serpihan kaca menusuk beberapa area wajahnya, tetapi itu bukan prioritasnya sekarang. "Apa kalian baik-baik saja?"Lars yang berada di kursi pengemudi tampak memegangi kepala, darah mengalir di dahinya. " Saya tidak apa-apa, Nyonya," jawabnya dengan suara parau, meskipun jelas ia sedang menahan rasa sakit.Toni,

  • When I Start (Indonesia)   Go Home

    Sony menggeram marah, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Apa yang sedang terjadi di luar?!" Ia melirik anak buahnya yang kembali berlari ke dalam dengan wajah panik."Bos! Ada serangan! Mereka bersenjata lengkap dan bergerak cepat. Kami kewalahan!" teriak salah satu anak buahnya. Semua mafia yang langsung berubah mode serius.Dea tak ingin menyia-nyiakan waktu. Wendy tampak panik apalagi saat Dea berusaha kabur. "Dia kabur, Pa!" kejar Wendy. Ia bahkan mengeluarkan pisau tangan dan berusaha menusuk Dea. Sayangnya ujung pisau tersebut hanya merobek lengan targetnya. "Akh!" ringin Dea tetapi kakinya tetap berlari ke luar, tempat ledakan itu berasal. "Toni!" teriak Dea. Namun, matanya terbelalak karena sosok yang dipanggil tidak ada justru yang dia temukan adalah Devano."Cepat keluar, Dea!" sambut Devano dengan senyum merekah. Kemudian di sampingnya ada Pak Hando sosok yang selama ini selalu ia kunjungi. "Syukurlah aku menemukanmu, Nak. Ayahmu pasti senang."Sayangnya di belakang, te

  • When I Start (Indonesia)   Pelaku

    Ketua mafia menghela napas, dan berucap, "Bawa mereka masuk." Setelah mengucapkan itu, tanpa diduga dia melepaskan tali yang mengikat tubuh targetnya.Dea terperangah mendapati sikap orang yang dari tadi sangat nafsu ingin menghajarnya. "Kenapa?" Wanita itu tak bisa menahan diri untuk bertanya. "Sedikit kelonggaran untuk wanita semenarik dirimu. Aku sangat menyukai keberanianmu, Dea. Kalau saja bukan karena profesionalitas aku tidak akan memberikanmu pada mereka," uar ketua mafia dengan senyum licik. 'apa maksudnya?' batin Dea yang semakin bingung. Tak berselang lama, beberapa orang memasuki ruangan. Dan pada saat itu pula mata Dea berubah tajam saat seseorang berdiri angkuh di hadapannya.Wendy melangkah masuk dengan anggun, mengenakan setelan blazer mahal berwarna hitam yang memancarkan aura percaya diri dan keangkuhan. Senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi matanya dipenuhi dengan kepuasan yang sulit disembunyikan. Di sampingnya, seorang pria paruh baya bertubuh besar dengan wa

  • When I Start (Indonesia)   Pisah

    "Tidak. Nyonya!" teriak Toni, suaranya penuh kepanikan dan amarah ketika Dea ditarik semakin jauh dari pandangannya. Ia meronta sekuat tenaga, tetapi tali yang mengikat tangannya terlalu kuat, dan dua pria berbadan besar menahan tubuhnya dengan kasar. Toni hanya bisa melihat punggung Dea yang semakin menjauh, diiringi suara langkah kaki berat dari pria yang membawanya.Namun, sebelum Dea benar-benar menghilang di balik bayangan, Toni melihat gerakan bibir majikannya. Dea mengucapkan sesuatu, tanpa suara, tetapi Toni tahu persis apa yang dikatakannya. "Pergi. Bawa tim, lalu selamatkan aku."Pesan itu menancap tajam di benak Toni. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena rasa takut atau frustrasi, tetapi karena ia tahu Dea sedang mempertaruhkan segalanya untuk memberinya peluang. Namun, bagaimana mungkin ia meninggalkan Dea di tangan ketua mafia yang jelas-jelas berbahaya? Toni mengepalkan tangan, rasa bersalah dan tekad bercampur dalam pikirannya.Sementara itu, Dea dibawa melalui lorong y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status