Mira termenung merenungi pertemuan singkat antara dirinya dengan Denny sang suami di kantor tadi. Menurutnya, tak ada masalah apapun yang terjadi antara dirinya dengan Denny. Akan tetapi ia teringat dengan sikap dan ucapan ibu mertuanya yang sangat menusuk hatinya.~"Lihat Denny! Kurang adab dia itu! Seharusnya dia menjelaskan semua rencana busuknya itu!""Rencana busuk? Ah, ayolah Bu, tenangkan diri ...~Berulang kali ia mencoba mengerti ucapan itu, yang ia dengar saat keluar dari ruangan tersebut, bahwa ia sungguh dituduh memiliki rencana busuk."Apa maksudnya ucapan ini sebenarnya?" lirihnya mencoba mencerna perkataan Magdalena. "Rencana busuk apa yang mereka maksud?" gusarnya, sementara tangannya membelai lembut rambut Azrah yang masih tertidur lelap."Sebaiknya memang aku harus bersamanya sebagai seorang istri, tapi kondisi Azrah masih seperti ini...aku harus bagaimana?"Hati kecilnya selalu mendambakan hidup bersama Denny, tapi kenyataannya masih belum menghendaki. Takdir adalah
Seakan Mira mendapatkan hantaman di jantungnya sehingga jantung itu serasa berhenti berdetak. Ada ruang kosong dan hampa di dalam tubuhnya saat Denny mengatakan itu.Hal yang paling mungkin baginya adalah tuduhan bahwa dirinya pernah berzina dan membuatnya mengandung Azrah. Lalu ia menyodorkan kebohongan itu untuk Denny. Apakah sekejam itu tuduhan Denny untuknya?"Mas, hati-hati kalau bicara. Apa mas Denny tau, tuduhan seperti itu membutuhkan saksi dan akan membuatmu menanggung dosa yang teramat besar?" jawab Mira sedih. "Apa tidak cukup pengakuan dariku soal siapa ayah Azrah sebenarnya? Haruskah aku melakukan hal senista itu? Lalu untuk apa aku melakukannya, Mas?"Meskipun ia sedikit menyesal karena ia tau Mira tidaklah semudah itu bakal disentuh lelaki lain, tapi...apa yang ia lakukan jika ternyata dugaan ibunya benar? Toh ibunya cuma butuh bukti tertulis.Bibir Denny melengkung ke bawah, ia sedikit mencibir demi membuat Mira sakit hati."Apa yang tidak mungkin? Oh ya, kamu juga tid
Terlalu cepat berubah? Terkadang Denny menyimpulkan dirinya sendiri yang kurang bisa tegas dalam urusan rumah tangganya. Saat Mira pergi, betapa susahnya ia mencari di mana keberadaan wanita itu. Dan saat wanita itu kembali, sifat egoisnya muncul lagi.Banyak yang bilang, terkadang pasangan punya sifat yang sangat bertolak belakang membuat pasangan itu bisa saling mengisi.Orang yang lembut, berjodoh dengan orang yang kasar dan temperamen.Orang yang jelek berjodoh dengan yang cantik.Orang yang kaya, berjodoh dengan yang miskin.Orang pintar, berjodoh dengan orang yang bodoh.Dan masih banyak lagi sebuah kondisi yang sangat bertolak belakang, dan mereka berjodoh sampai meninggal dunia.Denny sedikit nyengir memikirkan konsep itu."Memangnya aku kategori yang mana ya?" ujarnya pada diri sendiri. "Mira itu baik, lembut dan pengertian. Dia kaya dan pintar. Apakah aku setara dengannya atau ikut konsep "bertolak belakang" itu ya?" lanjutnya berusaha menginteropeksi dirinya sendiri, dan ia
Mira jelas teringat dengan sosok pemuda yang berdiri di sisi ayahnya saat itu. Pria itu datang dengan pakaian batik menemui Denny di kantornya. Belakangan ia tahu bahwa dia adalah satpam yang pernah menawarinya coklat hasil curiannya. Menunjukkan pemuda itu adalah anak dari pria yang sudah dipecat saat itu."Jadi...Mas Denny menerima putra pak Wirawan? Dalam rangka apa?" katanya pada diri sendiri."Ini sangat aneh. Dulu pria itu pernah bersumpah kalau tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi ke perusahaan kalau dia dipecat, tapi...memang bukan dia sih yang kembali, tapi anaknya dengan posisi yang luar biasa?" gumamnya lagi merasa ada yang tidak beres."Akan tetapi, haruskah aku ikut campur lagi sementara Mas Denny sudah tidak simpati lagi padaku sementara aku adalah istrinya yang sah. Aku harus bagaimana?"***Di perusahaan, Denny menatap puas hasil pekerjaan Dika, karyawan baru kebanggaannya. "Kamu memang sangat pintar. Pantas saja kamu selalu dapat beasiswa dari universitas. Kam
Setelah waktu berlalu, dan Dika berhasil mendapatkan gelar sarjana, mereka melihat perusahan Denny semakin sukses yang itu membuat mereka semakin benci. Akhirnya Dika dan ayahnya membuat rencana di suatu hari.Mereka mengikuti semua gerak-gerik Denny, sehingga kejadian pemikulan yang dilakukan ayahnya itu bukanlah kejadian yang tidak terencana. Pak Wirawan ayahnya sengaja memukul Denny lalu ia berpura-pura menolong Denny. Begitu juga ponsel yang Dika ambil dari saku Denny bukanlah kebetulan karena Dika berhasil mengambilnya dengan sengaja lalu mengambil banyak data yang dia butuhkan.Dika tersenyum tipis mengingat semua rencananya berjalan cukup mulus tanpa hambatan. Jika ia sudah berhasil membalas dendam dan menngambil apa yang menjadi tujuannya, muungkin saja ia akan bisa menghentikan dendam itu, batinnya.Sementara Dika sedang melambung dengan pikirannya, Agus memperhatikan dengan seksama wajah itu. Tadi Mira menghubunginya dan memintanya memastikan apakah benar Dika itu adalah p
"Saya juga kurang paham, Pak. Yang jelas, katanya berkas itu sangat penting.""Agus melakukannya tanpa konfirmasi denganku dulu, ini tidak biasa. Tapi baiklah, aku akan cari tau apa itu," katanya pada karyawati tersebut. Lalu ia melangkah menuju ruangannya, iapun menghubungi Mira.Sayangnya, beberapa kali panggilan diabaikan begitu saja. Ia sungguh penasaran apa hasil pemeriksaan tes DNA Azrah dengannya. Ia tidak benar-benar ragu bahwa Azrah memang benar putranya kalau saja bukan karena ibunya yang memaksa.Ada sedikit kerinduan yang tidak bisa dipungkiri, bahkan untuk Mira, sayangnya ia telah mengacaukan segalanya.Denny mendesah, ia gelisah memikirkan bagaimana ia begitu kejam tidak memercayai Mira dan mulai bersikap arogan. Dorongan itu ada begitu saja, seperti dua kutub yang berlawanan.Karena tak tahan, Denny beranjak dari tempat duduknya. Ia sempat mondar-mandir meyakinkan hatinya apakah harus ia menemui Mira sekarang ini? Apa alasan yang paling tepat untuk bisa bertemu wanita i
Wajah polos itu terlihat kecewa, menatap layar ponsel yang menggelap. Ternyata benar kata ibunya, bahwa ia belum siap untuk berkomunikasi dengan pria itu yang merupakan ayahnya sendiri. "Azrah..." Mira melihat heran dengan Azrah yang termangu seorang diri. "Apakah ada sesuatu?" tanyanya lagi saat melihat Azrah menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya. "Apa yang ada di tanganmu, Azrah?" tanya Mira lembut. Azrah menggeleng lemah. Ia tidak ingin berterus terang, tapi sepertinya ia tertangkap basah. Ia mulai berkedip dan mengeluarkan ponsel yang bersembunyi di belakang tubuhnya, lalu menyerahkan pada Mira. Mira mengambilnya, ia merasa Azrah melakukan kesalahan karena diam-diam menggunakan ponsel tanpa seizinnya. Hal itu memang menjadi peraturan buat Azrah, bahwa menggunakan ponsel haruslah dengan ijin Mira, dan syukurlah Azrah tidak pernah melanggarnya. Tapi melihat sikap putranya yang berbeda, ia mulai bertanya-tanya. "Apa Azrah melihat sesuatu di ponsel Umi?" tanya Mira hati-hati.
Denny mengernyit, rasanya baru kali ini ada karyawan yang perduli kapan mereka harus bersih-bersih. Apalagi kebersihan biasanya akan dilakukan pagi hari supaya semua orang bekerja pada jam kerja yang sudah ditentukan. "Hmm, baiklah kalau begitu, tapi untuk besok, tetap kerjakan saja di pagi hari. Biarkan saya yang akan menjelaskan pada Pak Dika soal ini. Kasihan kalau kamu cuma bekerja sendirian sementara teman-temanmu sudah kembali pulang," terang Denny. "Baik, Pak." Lalu petugas kebersihan itu masuk dan membersihkan ruangan Dika. Sementara Denny hanya duduk mengawasi sebagai rasa simpati karena karyawan itu bekerja sendirian. Akhirnya petuga situ membawa tempat sampah yang sudah terisi penuh. "Sebentar, apakah ini sampah pada hari ini?" tanya Denny kemudian. "Benar, Pak. Ini sampah hari ini." 'Hmm, cukup banyak juga. Biar saya melihatnya sebentar." Meskipun karyawan itu terlihat bingung, ia tetap mematuhi perintah atasannya. Denny membuka kotak sampah dan membongkar isinya.