Setelah waktu berlalu, dan Dika berhasil mendapatkan gelar sarjana, mereka melihat perusahan Denny semakin sukses yang itu membuat mereka semakin benci. Akhirnya Dika dan ayahnya membuat rencana di suatu hari.Mereka mengikuti semua gerak-gerik Denny, sehingga kejadian pemikulan yang dilakukan ayahnya itu bukanlah kejadian yang tidak terencana. Pak Wirawan ayahnya sengaja memukul Denny lalu ia berpura-pura menolong Denny. Begitu juga ponsel yang Dika ambil dari saku Denny bukanlah kebetulan karena Dika berhasil mengambilnya dengan sengaja lalu mengambil banyak data yang dia butuhkan.Dika tersenyum tipis mengingat semua rencananya berjalan cukup mulus tanpa hambatan. Jika ia sudah berhasil membalas dendam dan menngambil apa yang menjadi tujuannya, muungkin saja ia akan bisa menghentikan dendam itu, batinnya.Sementara Dika sedang melambung dengan pikirannya, Agus memperhatikan dengan seksama wajah itu. Tadi Mira menghubunginya dan memintanya memastikan apakah benar Dika itu adalah p
"Saya juga kurang paham, Pak. Yang jelas, katanya berkas itu sangat penting.""Agus melakukannya tanpa konfirmasi denganku dulu, ini tidak biasa. Tapi baiklah, aku akan cari tau apa itu," katanya pada karyawati tersebut. Lalu ia melangkah menuju ruangannya, iapun menghubungi Mira.Sayangnya, beberapa kali panggilan diabaikan begitu saja. Ia sungguh penasaran apa hasil pemeriksaan tes DNA Azrah dengannya. Ia tidak benar-benar ragu bahwa Azrah memang benar putranya kalau saja bukan karena ibunya yang memaksa.Ada sedikit kerinduan yang tidak bisa dipungkiri, bahkan untuk Mira, sayangnya ia telah mengacaukan segalanya.Denny mendesah, ia gelisah memikirkan bagaimana ia begitu kejam tidak memercayai Mira dan mulai bersikap arogan. Dorongan itu ada begitu saja, seperti dua kutub yang berlawanan.Karena tak tahan, Denny beranjak dari tempat duduknya. Ia sempat mondar-mandir meyakinkan hatinya apakah harus ia menemui Mira sekarang ini? Apa alasan yang paling tepat untuk bisa bertemu wanita i
Wajah polos itu terlihat kecewa, menatap layar ponsel yang menggelap. Ternyata benar kata ibunya, bahwa ia belum siap untuk berkomunikasi dengan pria itu yang merupakan ayahnya sendiri. "Azrah..." Mira melihat heran dengan Azrah yang termangu seorang diri. "Apakah ada sesuatu?" tanyanya lagi saat melihat Azrah menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya. "Apa yang ada di tanganmu, Azrah?" tanya Mira lembut. Azrah menggeleng lemah. Ia tidak ingin berterus terang, tapi sepertinya ia tertangkap basah. Ia mulai berkedip dan mengeluarkan ponsel yang bersembunyi di belakang tubuhnya, lalu menyerahkan pada Mira. Mira mengambilnya, ia merasa Azrah melakukan kesalahan karena diam-diam menggunakan ponsel tanpa seizinnya. Hal itu memang menjadi peraturan buat Azrah, bahwa menggunakan ponsel haruslah dengan ijin Mira, dan syukurlah Azrah tidak pernah melanggarnya. Tapi melihat sikap putranya yang berbeda, ia mulai bertanya-tanya. "Apa Azrah melihat sesuatu di ponsel Umi?" tanya Mira hati-hati.
Denny mengernyit, rasanya baru kali ini ada karyawan yang perduli kapan mereka harus bersih-bersih. Apalagi kebersihan biasanya akan dilakukan pagi hari supaya semua orang bekerja pada jam kerja yang sudah ditentukan. "Hmm, baiklah kalau begitu, tapi untuk besok, tetap kerjakan saja di pagi hari. Biarkan saya yang akan menjelaskan pada Pak Dika soal ini. Kasihan kalau kamu cuma bekerja sendirian sementara teman-temanmu sudah kembali pulang," terang Denny. "Baik, Pak." Lalu petugas kebersihan itu masuk dan membersihkan ruangan Dika. Sementara Denny hanya duduk mengawasi sebagai rasa simpati karena karyawan itu bekerja sendirian. Akhirnya petuga situ membawa tempat sampah yang sudah terisi penuh. "Sebentar, apakah ini sampah pada hari ini?" tanya Denny kemudian. "Benar, Pak. Ini sampah hari ini." 'Hmm, cukup banyak juga. Biar saya melihatnya sebentar." Meskipun karyawan itu terlihat bingung, ia tetap mematuhi perintah atasannya. Denny membuka kotak sampah dan membongkar isinya.
Dika semakin emosi dengan penuturan ayahnya yang tidak merasa bersalah. Ia sungguh yakin ibunya pastilah sangat menderita saat itu saat mendengar soal kasus di perusahaan."Sekarang aku sudah tau semua Pak, kalau bapak pernah berselingkuh dari ibu. Semua itu sudah tertulis di catatan perusahaan, jadi bapak ngaku aja kalau bapak memang pernah menyakiti ibu."Wirawan merasa terdesak, lalu ia membalas tatapan Dika."Kamu percaya dengan catatan kertas itu daripada ayahmu ini? Mana mungkin kamu bisa membuktikan kebenarannya. Aku sudah bekerja keras untuk kalian semua, dan sekarang kamu menuduhku dengan jahat?"Dika sedikit segan, ia tidak mungkin menutup mata soal perjuangan ayahnya dalam menghidupi mereka."Tapi Yah...""Tapi apa, ha? Seharusnya kamu fokus untuk mengeruk keuntungan dalam posisi kamu di perusahaan. Kamu malah terprovokasi dengan catatan yang nggak jelas. Andaikan itu terjadi,. semuanya itu cuma masalalu, yang ada di hadapan kamu adalah lebih penting sekarang. Mengerti?"Wi
Seketika ia terpana dengan nama Azrah yang juga tertera di dalam amplop tersebut. Sadarlah ia bahwa yang ditangannya adalah lembaran test DNA yang belum sempat Denny buka. Ia benar-benar melihat kenyataan bahwa Azrah memang darah daging Denny."Aah, jadi Mira benar-benar hamil anak Denny? Dia sungguh berharap Denny mengetahui semua ini? Untuk apa? Untuk menuntut pengakuan bahwa dia juga punya hak pembagian seperti cucuku yang lain?"Pemikiran Magdalena masih saja soal memperjuangkan hal itu, ia sungguh merasa cemburu atas kekayaan yang Mira miliki."Aku tidak bisa membiarkan ini. Biar saja Denny tidak tau soal DNA ini," lirihnya.Lalu iapun mengambil amplop tersebut dan membawanya pergi.Bagi Magdalena, ia sangat takut jika Denny mulai terfokus dengan kehidupannya sendiri. Magdalena merasa Denny haruslah terfokus kepada perusahaan dan keluarganya. Mira telah meninggalkan Denny bahkan setelah menikah lagi dengan Denny dan itu adalah alasan kuat untuk ia menganggap Mira bukan wanita bai
"Siapa bilang aku benci? Dulu cuma nggak memahami saja siapa istri kamu itu. Setelah dipikir-pikir... dia nggak terlalu buruk," katanya sembari nyengir."Nggak terlalu buruk, Mas? Lalu, apa menurutmu kami kembali adalah jalan yang paling kamu dukung atau kamu tentang?" Lalu Denny menatap ibunya, "Bu, kalau Mira adalah istriku, dan Azrah adalah putraku, apa ibu tidak setuju?"Magdalena terdiam. Ia merasa malu dan bersalah dengan ucapan Denny barusan."Aku hampir saja menyerah untuk mengembalikan keluargaku dikarenakan semua sikap kalian. Dan sekarang kalian pasti senang karena Mira dan Azrah sudah menjauh dariku."Denny lama terdiam, pandangan matanya kosong ke depan. Ia sangat capek memikirkan segalanya sangat tidak kondusif."Aku lelah, Bu. Aku capek, Mas. Aku bingung harus berdiri di mana saat ini. Kalau aku bersama Mira, kalian berusaha memisahkan aku, dan kalau aku bersama kalian, putraku pasti menungguku."Magdalena makin terisak sedih dengan penuturan putranya. Selama ini, putra
Dika datang ke kantornya dengan senyum ceria. Entahlah apa yang membuatnya begitu bahagia pagi ini. Terlebih lagi Dika sudah mendengar soal kabar burung rumah tangga Denny.Rumor itu mengatakan bahwa orang yang paling berpengaruh di perusahaan Denny adalah Mira istrinya dan sekarang sudah tidak pernah terlihat di perusahaan.Denny juga memberitahukan kalau Dika akan mendapatkan kenaikan gaji setelah bulan kedua berada di perusahaan itu, dan inilah saatnya ia bisa mengajukan kenaikan gaji tersebut."Mas Dika, kamu sumringah banget, memang mimpi ketemu bidadari ya, Mas," canda salah seorang pegawai yang duduk di lobi perusahaan."Hah, untuk apa bidadari, yang paling penting sekarang ini adalah kenyataan, bukan mimpi. Bagiku, ketemu sama kamu di dunia nyata lebih berarti bagiku," katanya menggombal, membuat gadis itu tersipu malu.Suasana hati Dika sudah sangat membaik, itu karena ia mendapat posisi basah di perusahaan itu.Selagi bercanda dengan gadis itu, Denny lewat dengan wajah ditek