Mira hanya menggelengkan kepalanya. Betapa gelisah menunggu Denny yang tak kunjung muncul. Ditambah lagi dengan wajahnya yang terluka. Ada apa sebenarnya? Apa mungkin Denny terlibat sebuah perkelahian?Meskipun sedikit lambat dan kacau, pernikahan itu bisa berlangsung dengan baik. Pada akhirnya, Mira dan Denny kembali bersatu. Malam itu juga, Mira dan Denny melangsungkan pernikahan mereka yang kedua kalinya tanpa sepengetahuan keluarga Mira di desa.Denny benar-benar tidak pernah membayangkan bahwa cinta yang Mira miliki hanyalah untuknya. Kekuatan itu begitu dalam dan mampu membuatnya tersadar.Di hadapan penghulu, Denny menangis bahagia. Ia berharap tak ada satupun rintangan di hari pernikahannya.Begitu juga keluarga Mira yang melihat Denny menangis, mereka juga tak bisa menahan air mata saat Denny menggenggam tangan Mira seperti tidak mau melepaskan lagi sedetikpun."Mas, apa begitu berat bagimu untuk melupakan aku selama ini? Bukankah kamu yang dulu ingin aku pergi?" tanya Mira
Jakun Denny turun naik, seolah menelan pahit kenyataan hidupnya saat ini. Seharusnya ia senang mendapati kenyataan bahwa ia punya seorang anak saat ini. Tapi kenapa ia juga harus menerima hujatan ini?"Azrah, ayah tau...tapi ayah sudah mencari kalian kemana-mana. Ayah menyesal karena tidak bisa menemani Azrah, akan tetapi ayah tidak berharap Azrah akan marah seperti ini," kata pria itu menatap lekat Azrah kecil di hadapannya."Azrah... masalah itu... bukannya ayah tidak mau datang, akan tetapi ayah sungguh tidak tau kalau Azrah ikut kompetisi di Jakarta," terang Denny lagi. Tidak cuma kompetisi matematika, ia bahkan tidak tahu punya seorang anak lelaki di muka bumi ini.Mira menggigit bibir bawahnya, ia juga tak mengira respon Azrah yang cukup agresif terhadap Denny. Sangat jelas bocah itu berontak dan merasa trauma. Saat Denny berusaha mendekati, Azrah melangkah mundur ke arah Mira, seolah melihat monster yang akan menerkamnya."Umi, kita harus pergi dari rumah ini. Azrah takut...
Denny menatap bingung mimik wajah ibunya yang murka. Seharusnya semua masalahnya sudah berakhir makam ini, setelah dirinya dan Mira memutuskan untuk menikah. Tapi ternyata tidak sesederhana kelihatannya.Sementara itu Mira sudah berada di sebuah ruangan seorang psikiater anak. Ia memegang tangan Azrah yang gemetar. Rasa perih mulai merayap di hatinya melihat tatapan berbeda di mata buah hatinya."Bagaimana, Dokter. Apakah kondisi Azrah baik-baik saja?" tanya Mira cemas.Dokter wanita itu tersenyum, sembari melihat catatan yang sudah ia tuliskan sebagai diagnosa atas pemeriksaan fisik dan psikis Azrah."Syukurlah, Azrah hanya shock karena bertemu dengan orang yang berkaitan erat dengan kejadian itu. Sepertinya pendekatan psikis butuh waktu dan metode yang tepat supaya Azrah bisa menerima kenyataan. Sayangnya orang itu adalah ayahnya sendiri...," ujar dokter itu ikut prihatin. Mira menelan ludah, tersenyum getir atas kenyataan pahit yang dokter itu sebutkan."Apa yang harus saya lakuka
Meskipun tak mengerti dengan maksud ibunya yang baru saja datang dengan serta merta menghujat Mira, ia tetap merasa ibunya sangat berlebihan."Bu, kenapa ibu jadi seperti ini? Kenapa memangnya dengan niat Mira? Kami sudah punya anak, dan kami juga sudah menikah secara sah dan atas restu ibu...tapi...kenapa tiba-tiba ibu berubah pikiran?"Wanita itu menatap benci ke arah Mira. Sementara Mira yang sudah berjanji cepat kembali pulang tidak punya waktu untuk menanggapi kehadiran ibu mertuanya itu."Mas, Bu, maafkan aku. Aku tidak bisa lama-lama di sini. Azrah terlalu lama menungguku," katanya lalu tetap pergi meneruskan rencananya."Lihat Denny! Kurang adab dia itu! Seharusnya dia menjelaskan semua rencana busuknya itu!""Rencana busuk? Ah, ayolah Bu, tenangkan diri ibu dulu. Ayo sini, ibu duduk dulu dan kita minum teh hangat dulu, hmm?"Sikap Magdalena sangat kesal, ia mengerti Denny tidak percaya apa yang ia katakan. Akan tetapi seharusnya kehadiran Mira yang tiba-tiba lebih patut untuk
Setelah Magdalena pergi, Denny membuka seluruh berkas keuangan mereka di sebuah file perusahaan. Betapa terkejutnya dia karena mendapati Mira tidak pernah menyerahkan sebuah akun penerimaan uang pembagian profit perusahaan yang menunjukkan bahwa uang tersebut masih berada dalam penangguhan keuangan."Ini benar-benar membuatku gila," gerutunya dengan suara yang berat. Lalu ia menghubungi Agus, personalia perusahaan yang konon adalah teman sekolah Mira.Agus menghadap dengan tenang sementara Denny terlihat sangat tegang."Maaf, Pak. Apa ada masalah besar?"BRAKK! Denny malah menggebrak meja membuat Agus menjingkat kaget."Kamu sudah tahu semua rencana Mira, dan kamu hanya diam saja? Kamu sekongkol ya?!" pekiknya marah."Perusahaan ini menanamkan kedisiplinan dalam hal pekerjaan dan keuangan, tapi lihatlah! Bagaimana bisa kalian menumpuk sampah di perusahaanku?""Tapi pak...""Tapi apa? Ini adalah persekongkolan untuk berkhianat bukan?""Begini Pak... masalah itu sebenarnya...""Apa? Apa
Mira termenung merenungi pertemuan singkat antara dirinya dengan Denny sang suami di kantor tadi. Menurutnya, tak ada masalah apapun yang terjadi antara dirinya dengan Denny. Akan tetapi ia teringat dengan sikap dan ucapan ibu mertuanya yang sangat menusuk hatinya.~"Lihat Denny! Kurang adab dia itu! Seharusnya dia menjelaskan semua rencana busuknya itu!""Rencana busuk? Ah, ayolah Bu, tenangkan diri ...~Berulang kali ia mencoba mengerti ucapan itu, yang ia dengar saat keluar dari ruangan tersebut, bahwa ia sungguh dituduh memiliki rencana busuk."Apa maksudnya ucapan ini sebenarnya?" lirihnya mencoba mencerna perkataan Magdalena. "Rencana busuk apa yang mereka maksud?" gusarnya, sementara tangannya membelai lembut rambut Azrah yang masih tertidur lelap."Sebaiknya memang aku harus bersamanya sebagai seorang istri, tapi kondisi Azrah masih seperti ini...aku harus bagaimana?"Hati kecilnya selalu mendambakan hidup bersama Denny, tapi kenyataannya masih belum menghendaki. Takdir adalah
Seakan Mira mendapatkan hantaman di jantungnya sehingga jantung itu serasa berhenti berdetak. Ada ruang kosong dan hampa di dalam tubuhnya saat Denny mengatakan itu.Hal yang paling mungkin baginya adalah tuduhan bahwa dirinya pernah berzina dan membuatnya mengandung Azrah. Lalu ia menyodorkan kebohongan itu untuk Denny. Apakah sekejam itu tuduhan Denny untuknya?"Mas, hati-hati kalau bicara. Apa mas Denny tau, tuduhan seperti itu membutuhkan saksi dan akan membuatmu menanggung dosa yang teramat besar?" jawab Mira sedih. "Apa tidak cukup pengakuan dariku soal siapa ayah Azrah sebenarnya? Haruskah aku melakukan hal senista itu? Lalu untuk apa aku melakukannya, Mas?"Meskipun ia sedikit menyesal karena ia tau Mira tidaklah semudah itu bakal disentuh lelaki lain, tapi...apa yang ia lakukan jika ternyata dugaan ibunya benar? Toh ibunya cuma butuh bukti tertulis.Bibir Denny melengkung ke bawah, ia sedikit mencibir demi membuat Mira sakit hati."Apa yang tidak mungkin? Oh ya, kamu juga tid
Terlalu cepat berubah? Terkadang Denny menyimpulkan dirinya sendiri yang kurang bisa tegas dalam urusan rumah tangganya. Saat Mira pergi, betapa susahnya ia mencari di mana keberadaan wanita itu. Dan saat wanita itu kembali, sifat egoisnya muncul lagi.Banyak yang bilang, terkadang pasangan punya sifat yang sangat bertolak belakang membuat pasangan itu bisa saling mengisi.Orang yang lembut, berjodoh dengan orang yang kasar dan temperamen.Orang yang jelek berjodoh dengan yang cantik.Orang yang kaya, berjodoh dengan yang miskin.Orang pintar, berjodoh dengan orang yang bodoh.Dan masih banyak lagi sebuah kondisi yang sangat bertolak belakang, dan mereka berjodoh sampai meninggal dunia.Denny sedikit nyengir memikirkan konsep itu."Memangnya aku kategori yang mana ya?" ujarnya pada diri sendiri. "Mira itu baik, lembut dan pengertian. Dia kaya dan pintar. Apakah aku setara dengannya atau ikut konsep "bertolak belakang" itu ya?" lanjutnya berusaha menginteropeksi dirinya sendiri, dan ia