Pada awal bulan pertama di Musim Semi berikutnya, Sekte Fenglin di Gunung Gu Zi tampak dipenuhi kesibukan.Pertemuan Majelis Kilatan Pedang tahun ini diadakan di sekte tersebut, sebuah kehormatan besar yang datang setelah Pimpinan Puncak Qinxue yang misterius, Mei Zhenkang, secara pribadi meminta kepada pemimpin Sekte Fenglin untuk menjadi tuan rumah.Meskipun Mei Zhenkang—Pemimpin Puncak Gunung Qinxue—tidak masuk dalam daftar seratus kultivator terkuat, kehebatannya bukan terletak pada kekuatan fisik, melainkan informasi yang dikuasainya.Organisasinya terkenal karena selalu memberikan informasi akurat mengenai perkembangan dunia persilatan. Hal inilah yang menjadikan dirinya dan Gunung Qinxue disegani di seluruh Benua Longhai.“Saya tidak mau ada kesalahan!” kata Li Gang, pemimpin Sekte Fenglin, dengan nada penuh wibawa saat memberi pengarahan kepada murid-murid kunci sekte."Murid yang ditugaskan sebagai penerima tamu di kaki gunung harus benar-benar paham tentang dunia persilatan.
Semakin Rong Guo tersenyum lembut, disertai batuk kecil yang terdengar samar, semakin besar ketakutan yang menyelimuti hati Yan Wu dan Yan Hai.Mereka menduga bahwa senyum hangat dan batuk-batuk halus itu merupakan pertanda bahwa sang Imam akan mengambil tindakan, dengan kekuatan luar biasanya dan menghukum mereka.Para kultivator tingkat Grandmaster memang gemar menyembunyikan kepandaiannya di balik sikap yang terlihat lemah.Contohnya Rong Guo, yang sering batuk-batuk dan tampak lemah. Namun, siapa yang menyangka bahwa ia telah mencapai ranah Banxiang, sebuah tingkat yang sangat tinggi.Merasa takut dan terancam, kedua pemuda Klan Yan itu lantas mendekati Rong Guo dengan tubuh gemetar. Tanpa perlu diminta, mereka berlutut dan segera memohon ampun.“Guru Tao Guo, maafkan kelancangan kami. Kami bersaudara tidak melihat Gunung Tai Shan di depan mata. Kami berjanji, di masa depan, tak akan lagi sembarangan mengumbar kata-kata hinaan seperti tadi!”Plak!Tanpa ragu, mereka menampar pipi
Dua hari kemudian, keramaian mewarnai gelanggang arena Sekte Fenglin.Sebagai salah satu sekte Bintang Lima, fasilitas gelanggang Sekte ini termasuk yang terbaik di seluruh Benua Longhai.Arena berada di tengah-tengah gelanggang, dikelilingi deretan kursi yang tertata rapi membentuk tribun.Di bagian VIP terdapat tempat duduk khusus dengan atap penutup, memberi kenyamanan bagi tamu terhormat agar terhindar dari panas terik."Silakan duduk di kursi paling depan, Guru Tao. Saya harap Anda menikmati tontonan nanti," ujar Li Gang sambil membungkuk penuh hormat, mempersilakan Rong Guo duduk di deretan sepuluh kursi utama yang terletak paling depan.Kursi-kursi ini merupakan simbol bagi sepuluh kekuatan besar yang menguasai Benua Longhai."Terima kasih," jawab Rong Guo dengan tenang, lalu memilih kursi ketiga dari kanan, sesuai peringkatnya.Dua kursi di sebelah kanannya masih kosong, sementara kursi peringkat empat hingga sepuluh sudah terisi penuh oleh para tokoh yang menduduki peringkat
Ketika semua mata tertuju pada kedatangan Pemimpin Sekte Xuandu yang menciptakan keributan, tidak seorang pun menyadari sosok lain yang tiba-tiba melayang dari langit.Dengan gerakan yang elegan, sosok tersebut mendarat dengan lembut di atas panggung arena, seolah-olah tidak menyentuh permukaan yang keras.“Harap semua perhatian ditujukan ke panggung arena, karena akan terjadi perebutan kursi untuk peringkat lima belas, Datuk Dunia Persilatan!” Suara Mei Zhenkang menggema di seluruh gelanggang, memaksa semua mata kembali tertuju pada arena di tengah keramaian.Di tengah arena, sosok itu berdiri tegak, menampilkan postur tubuhnya yang jangkung dan menonjol. Rambutnya berwarna emas mengkilau, tampak berkibar ditiup angin, menambah aura misterius yang mengelilinginya. Dengan sengaja, ia mengeluarkan auranya, dan dalam sekejap, semua orang menahan napas, merasakan sesak di dada mereka.“Seorang ahli di tingkat Banxiang? Mengapa dia tidak tercatat di dalam peringkat Puncak Qingxue?”“Apaka
Jurus Pedang Immortal adalah salah satu seni pedang peringkat Yueying (Bayangan Bulan), hanya satu tingkat di bawah Peringkat Tianli (Kekuatan Langit), yang menjadikannya sebagai salah satu teknik pedang tertinggi dalam dunia persilatan.Jadi... dapat dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan Jurus Pedang Immortal ini jika dieksekusi oleh ahli tingkat Banxiang seperti Lei Yunfeng, pemimpin Sekte Xuandu.Di tangan Lei Yunfeng, pedang itu berubah menjadi seberkas cahaya putih yang memancar, seolah menciptakan tirai yang mengaburkan pandangan lawannya.WUSH!Pandangan Wangdue ahli dari Podura, pun terhalang bayangan pedang. Rasanya sulit baginya menentukan arah serangan yang sesungguhnya.Setelah berteleportasi dalam jarak pendek berulang kali untuk menghindari serangan pedang, Wangdue menjadi tertantang.“Jurus pedang yang indah dan mematikan. Tapi kamu salah memilih lawan!” Wangdue berteriak, matanya penuh semangat.Sudah lama sejak kedatangannya di benua ini, Wangdue kesulitan menemukan
"Pemimpin Li Yunfeng!" teriak beberapa praktisi yang mengenalnya dengan baik.Mereka berhamburan ke arah tubuh Li Yunfeng yang terbaring tak sadarkan diri, lalu membawanya ke pinggir arena.Di pinggir arena, ada beberapa tabib ahli telah berkumpul. Salah satunya tampak seperti seorang senior – Tabib Feng namanya.Dengan wajah serius, ia segera memeriksa keadaan Li Yunfeng, kemudian memasukkan sebuah pil ke dalam mulut pria yang kini sudah tak bergerak, dengan wajah seputih kapas itu.Setelah pil itu masuk kedalam mulut dan ditelan, tak lama kemudian, warna merah mulai muncul di wajah Li Yunfeng yang pucat seputih kapur, perlahan menggantikan rona pucat diwajahnya.Para tabib lainnya yang hadir di sana tampak menghela napas lega. "Syukurlah Tabib Feng ada di sini. Keselamatan Pemimpin Li dapat diselamatkan," kata salah satu dari mereka.Namun, Tabib Feng hanya menggelengkan kepalanya, wajahnya terlihat muram. Dengan suara pelan penuh beban, ia berkata,"Jangan senang dulu kawan. Pil in
Rong Guo berjalan dengan tenang, tidak menunjukkan sedikit pun tanda bahwa dia adalah seorang ahli bela diri. Bahkan ketika menaiki panggung tinggi, dia melangkah melalui sembilan anak tangga seolah-olah dia adalah manusia biasa.Diatas panggung, Wangdue mengerutkan kening melihat pemuda berbusana Tao itu.“Mengapa dia menantangku, tetapi terlihat tidak memiliki kemampuan bela diri? Seharusnya, dengan seni tingkat tinggi—Mata Dewa yang aku miliki—dia tidak bisa menyembunyikan tingkat kultivasinya,” pikir Wangdue, tampak curiga.Seni Mata Dewa adalah teknik peringkat Yueying yang hanya bisa dikuasai oleh segelintir orang. Biasanya, Wangdue mampu menebak tingkat kultivasi lawan dan memahami struktur tulang mereka, agar mempermudah dia memenangkan pertempuran.Namun kali ini, ketika dia melepaskan seni Mata Dewa untuk memindai Rong Guo, yang dia dapati sebagi hasil hanyalah kegelapan yang menyelimuti aura si anak muda, Tak ada informasi yang memberinya petunjuk.Sementara itu, kerumunan
Wangdue mengangkat golok emasnya tinggi-tinggi, mengarahkan ujungnya ke langit dengan kekuatan penuh energi Qi.DUAR!Getaran hebat seketika melanda seluruh arena.Cahaya keemasan meledak dari golok itu, membentuk kilatan tajam di udara, menciptakan garis terang yang membelah langit layaknya perintah nirwana.Cahaya itu begitu menyilaukan sehingga orang-orang harus memalingkan pandangan, namun aura magisnya memaksa mereka untuk tetap menyaksikan aksi itu.“Ayo kita mundur lagi! Dia akan mengeksekusi Seni Pedang Cahaya Emas lagi!”“Sebaiknya kita mengamankan diri sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi!”Ketika kerumunan di arena mulai ricuh, semua berlari menyelamatkan diri.Tiba-tiba, suara gemuruh menggelegar dari cakrawala, suara petir menggema, mengguncang seantero arena dan membuat para kultivator tertegun.Wangdue menatap tajam ke arah pemuda di hadapannya, kemarahan meluap-luap. Setelah merapal jurus pamungkasnya, ia mendesis penuh amarah,"Jin Guang Jianfa!" Tatapan mata
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga