Rong Guo berjalan dengan tenang, tidak menunjukkan sedikit pun tanda bahwa dia adalah seorang ahli bela diri. Bahkan ketika menaiki panggung tinggi, dia melangkah melalui sembilan anak tangga seolah-olah dia adalah manusia biasa.Diatas panggung, Wangdue mengerutkan kening melihat pemuda berbusana Tao itu.“Mengapa dia menantangku, tetapi terlihat tidak memiliki kemampuan bela diri? Seharusnya, dengan seni tingkat tinggi—Mata Dewa yang aku miliki—dia tidak bisa menyembunyikan tingkat kultivasinya,” pikir Wangdue, tampak curiga.Seni Mata Dewa adalah teknik peringkat Yueying yang hanya bisa dikuasai oleh segelintir orang. Biasanya, Wangdue mampu menebak tingkat kultivasi lawan dan memahami struktur tulang mereka, agar mempermudah dia memenangkan pertempuran.Namun kali ini, ketika dia melepaskan seni Mata Dewa untuk memindai Rong Guo, yang dia dapati sebagi hasil hanyalah kegelapan yang menyelimuti aura si anak muda, Tak ada informasi yang memberinya petunjuk.Sementara itu, kerumunan
Wangdue mengangkat golok emasnya tinggi-tinggi, mengarahkan ujungnya ke langit dengan kekuatan penuh energi Qi.DUAR!Getaran hebat seketika melanda seluruh arena.Cahaya keemasan meledak dari golok itu, membentuk kilatan tajam di udara, menciptakan garis terang yang membelah langit layaknya perintah nirwana.Cahaya itu begitu menyilaukan sehingga orang-orang harus memalingkan pandangan, namun aura magisnya memaksa mereka untuk tetap menyaksikan aksi itu.“Ayo kita mundur lagi! Dia akan mengeksekusi Seni Pedang Cahaya Emas lagi!”“Sebaiknya kita mengamankan diri sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi!”Ketika kerumunan di arena mulai ricuh, semua berlari menyelamatkan diri.Tiba-tiba, suara gemuruh menggelegar dari cakrawala, suara petir menggema, mengguncang seantero arena dan membuat para kultivator tertegun.Wangdue menatap tajam ke arah pemuda di hadapannya, kemarahan meluap-luap. Setelah merapal jurus pamungkasnya, ia mendesis penuh amarah,"Jin Guang Jianfa!" Tatapan mata
Wajah Wangdue berubah penuh cibiran saat matanya tertuju pada senjata di tangan lawannya. Dengan nada mengejek, ia bersuara,“Guru Tao muda, aku tahu betapa putus asanya dirimu menghadapi kekuatanku yang tak terbendung ini. Lagipula, Golok Rohani tingkat Yueying yang ada di tanganku adalah senjata yang benar-benar mengerikan!”Ia melanjutkan dengan nada sinis, dan wajah penuh ejekan.“Namun, dalam hatiku bertanya-tanya. Apakah kamu begitu terdesak? Mengapa memilih payung sebagai senjata untuk melawanku? Apakah kamu berniat menari dan mengamen di jalanan??”Setelah melontarkan ejekan tersebut, Wangdue tertawa terbahak-bahak.Suaranya menggema di seluruh arena, dan bahkan saking kerasnya tawa yang mengejek Rong Guo, ia sampai terduduk, tampak jauh dari sosok ahli yang seharusnya disegani.Di tengah kerumunan, emosi mulai melanda. Para penonton terbelah antara rasa ingin tahu dan ketidakpercayaan.Di kursi VIP, para datuk yang pernah berurusan dengan Rong Guo tak bisa menahan kemarahan m
Meskipun Rong Guo sudah mengetahui adanya serangan gelap yang datang dengan kekuatan energi sejati sebesar dua ratus jin, dia mempertimbangkan untuk tidak memaksakan pengeluaran energi sejatinya pada momen serangan gelap ini.Rong Guo baru saja mencapai ranah Banxiang. Fondasi kekuatannya belum stabil, ibarat pohon muda yang akarnya belum kuat tertanam di tanah.Bertarung melawan Wangdue, yang telah lebih dulu berkultivasi di ranah Banxiang, dan terpaksa membuka istana pedang sempurna, hal itu benar-benar menyedot energi yang sangat besar.Dengan napas yang memburu, Rong Guo menghirup udara dingin pegunungan.Ia merasakan kelelahan menjalari tubuhnya karena harus terus-menerus mengeksploitasi energi Qi secara berlebihan.Dalam hati ia mengeluh..."Wangdue ternyata memiliki mata-mata dan kaki tangan di arena ini," pikirnyanya sambil menggertakkan gigi. Dia merasakan kegeraman yang membakar hati. "Mata-mata licik ini sangat pandai memanfaatkan situasi ketika aku dalam kondisi lemah."Sa
Peristiwa Majelis Pedang di Puncak Gu Zi telah berlalu dengan cepat, tetapi jejaknya tetap membekas dalam ingatan para kultivator dunia persilatan.Dalam benak banyak orang, sosok Si Topeng Putih, Guru Tao Guo, bersinar terang layaknya bintang di langit malam. Ia adalah seorang kultivator yang tengah naik daun, meraih perhatian dan kekaguman dari semua kalangan.Meskipun ia tidak mendapatkan restu sebagai peringkat pertama menurut versi Puncak Qingxue, di hati dan pikiran para ahli dunia persilatan, Rong Guo telah menjadi sosok yang pantas disanjung.“Dia pantas disebut jagoan nomor satu Benua Longhu!” begitu kata-kata yang akan dikeluarkan, saat mereka bercerita tentang imam itu.Pasalnya, ia telah menyelamatkan muka para kultivator saat Majelis Pedang berlangsung, ketika tak seorang pun yang sanggup menghadapi praktisi tangguh dari Benua Logun.+++Di Wilayah Barat Benua Longhai, terhampar luas kekuasaan Kekaisaran Bai Feng.Wilayah ini, yang berbatasan langsung dengan lautan barat
Pagi-pagi benar, di toko obat Guihua Tang yang terletak di kawasan tersembunyi Pasar Hantu, Kota Tianzhou, keributan mencolok mulai terdengar. Suara gaduh menggema di sepanjang lorong sempit, menarik perhatian setiap orang di sekitarnya.Sebanyak dua ratus pria berbadan tegap dan berotot berlari kecil di jalanan bawah tanah yang tidak beraspal. Derap langkah kaki mereka bergetar nyaring, menciptakan suasana tegang yang mengingatkan pada momen pra-perang.Meskipun mereka tidak mengenakan seragam militer, gelagat mereka tak dapat disembunyikan; prajurit terlatih ini jelas terbiasa dalam urusan pertempuran. Jika bukan dari sekte bintang lima yang terkenal, hampir pasti mereka berasal dari pihak kekaisaran yang sedang berkuasa.Faktanya, meski suara langkah kaki mereka menimbulkan bunyi yang menggetarkan dan memberi aura menakutkan, anehnya, tidak sepatah kata pun terucap dari mulut mereka. Hanya derap langkah yang menggema, menimbulkan rasa takut di hati para penghuni Pasar Hantu.Sejuru
Pemuda yang berpakaian seperti seorang Imam Tao itu tampak sangat mata duitan. Sikapnya yang percaya diri dan sinis jelas memicu kemarahan sang protokoler, Liu Renshan.Dengan wajah yang berusaha menahan amarah, protokoler Liu berbicara dengan nada dingin yang menegangkan, “Anak muda, berani sekali kamu meminta upeti dari pihak kekaisaran? Apakah kamu tidak takut akan dijatuhi hukuman pancung atas kelancanganmu?”Bukannya takut, si anak muda ,alahan langsung menyambar kata-kata itu, ia membalas ancaman protokoler itu dengan tidak takut.“Pihak kekaisaran? Kekaisaran mana? Apakah kalian dari Kekaisaran Tian Yun yang terletak di dataran tengah ini?” pertanyaannya disertai ekspresi bingung, namun ada jejak penghinaan di dalam matanya.“Tentu saja kami dari Kekaisaran Bai Feng. Kami datang dari wilayah Barat,” jawab protokoler Liu, berusaha meluruskan situasi meski ketidaknyamanan tampak jelas di wajahnya.Anak muda itu tidak tinggal diam; ia kembali membantah, membuat telinga protokoler
Setelah keributan yang ditimbulkan oleh orang-orang dari Kekaisaran Bai Feng di Pasar Hantu, dan setelah mereka menderita kekalahan dengan begitu mudah di tangan anak muda dari Toko Obat Guihua Tang, Jendral Wan beserta para pengikutnya pun meninggalkan kawasan itu.Mereka pergi dengan langkah berat, diiringi tatapan mengejek dari penghuni pasar yang melihat mereka dengan campuran rasa amarah dan kesenangan.Sementara Rong Guo berdiri tegak di tepi jalan, menatap kepergian orang-orang Bai Feng yang kini dipenuhi rasa malu.Sebuah terdengar dari belakang, menegurnya. “Lalu apa tindakanmu selanjutnya? Ini tidak akan berhenti sampai di sini. Kemungkinan besar, mereka akan mengirim ahli-ahli lain dari pihak Kekaisaran Bai Feng untuk meminta agar kau pergi ke Negeri itu!”Tiba-tiba, Tabib Dewa Huang Zhiruo muncul di sampingnya, ikut menyaksikan kepergian orang-orang yang terlihat lesu akibat kekalahan mereka.Tanpa melirik sedikit pun, Rong Guo menjawab pertanyaan Tabib Huang dengan tenang
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga