Wajah Wangdue berubah penuh cibiran saat matanya tertuju pada senjata di tangan lawannya. Dengan nada mengejek, ia bersuara,“Guru Tao muda, aku tahu betapa putus asanya dirimu menghadapi kekuatanku yang tak terbendung ini. Lagipula, Golok Rohani tingkat Yueying yang ada di tanganku adalah senjata yang benar-benar mengerikan!”Ia melanjutkan dengan nada sinis, dan wajah penuh ejekan.“Namun, dalam hatiku bertanya-tanya. Apakah kamu begitu terdesak? Mengapa memilih payung sebagai senjata untuk melawanku? Apakah kamu berniat menari dan mengamen di jalanan??”Setelah melontarkan ejekan tersebut, Wangdue tertawa terbahak-bahak.Suaranya menggema di seluruh arena, dan bahkan saking kerasnya tawa yang mengejek Rong Guo, ia sampai terduduk, tampak jauh dari sosok ahli yang seharusnya disegani.Di tengah kerumunan, emosi mulai melanda. Para penonton terbelah antara rasa ingin tahu dan ketidakpercayaan.Di kursi VIP, para datuk yang pernah berurusan dengan Rong Guo tak bisa menahan kemarahan m
Meskipun Rong Guo sudah mengetahui adanya serangan gelap yang datang dengan kekuatan energi sejati sebesar dua ratus jin, dia mempertimbangkan untuk tidak memaksakan pengeluaran energi sejatinya pada momen serangan gelap ini.Rong Guo baru saja mencapai ranah Banxiang. Fondasi kekuatannya belum stabil, ibarat pohon muda yang akarnya belum kuat tertanam di tanah.Bertarung melawan Wangdue, yang telah lebih dulu berkultivasi di ranah Banxiang, dan terpaksa membuka istana pedang sempurna, hal itu benar-benar menyedot energi yang sangat besar.Dengan napas yang memburu, Rong Guo menghirup udara dingin pegunungan.Ia merasakan kelelahan menjalari tubuhnya karena harus terus-menerus mengeksploitasi energi Qi secara berlebihan.Dalam hati ia mengeluh..."Wangdue ternyata memiliki mata-mata dan kaki tangan di arena ini," pikirnyanya sambil menggertakkan gigi. Dia merasakan kegeraman yang membakar hati. "Mata-mata licik ini sangat pandai memanfaatkan situasi ketika aku dalam kondisi lemah."Sa
Peristiwa Majelis Pedang di Puncak Gu Zi telah berlalu dengan cepat, tetapi jejaknya tetap membekas dalam ingatan para kultivator dunia persilatan.Dalam benak banyak orang, sosok Si Topeng Putih, Guru Tao Guo, bersinar terang layaknya bintang di langit malam. Ia adalah seorang kultivator yang tengah naik daun, meraih perhatian dan kekaguman dari semua kalangan.Meskipun ia tidak mendapatkan restu sebagai peringkat pertama menurut versi Puncak Qingxue, di hati dan pikiran para ahli dunia persilatan, Rong Guo telah menjadi sosok yang pantas disanjung.“Dia pantas disebut jagoan nomor satu Benua Longhu!” begitu kata-kata yang akan dikeluarkan, saat mereka bercerita tentang imam itu.Pasalnya, ia telah menyelamatkan muka para kultivator saat Majelis Pedang berlangsung, ketika tak seorang pun yang sanggup menghadapi praktisi tangguh dari Benua Logun.+++Di Wilayah Barat Benua Longhai, terhampar luas kekuasaan Kekaisaran Bai Feng.Wilayah ini, yang berbatasan langsung dengan lautan barat
Pagi-pagi benar, di toko obat Guihua Tang yang terletak di kawasan tersembunyi Pasar Hantu, Kota Tianzhou, keributan mencolok mulai terdengar. Suara gaduh menggema di sepanjang lorong sempit, menarik perhatian setiap orang di sekitarnya.Sebanyak dua ratus pria berbadan tegap dan berotot berlari kecil di jalanan bawah tanah yang tidak beraspal. Derap langkah kaki mereka bergetar nyaring, menciptakan suasana tegang yang mengingatkan pada momen pra-perang.Meskipun mereka tidak mengenakan seragam militer, gelagat mereka tak dapat disembunyikan; prajurit terlatih ini jelas terbiasa dalam urusan pertempuran. Jika bukan dari sekte bintang lima yang terkenal, hampir pasti mereka berasal dari pihak kekaisaran yang sedang berkuasa.Faktanya, meski suara langkah kaki mereka menimbulkan bunyi yang menggetarkan dan memberi aura menakutkan, anehnya, tidak sepatah kata pun terucap dari mulut mereka. Hanya derap langkah yang menggema, menimbulkan rasa takut di hati para penghuni Pasar Hantu.Sejuru
Pemuda yang berpakaian seperti seorang Imam Tao itu tampak sangat mata duitan. Sikapnya yang percaya diri dan sinis jelas memicu kemarahan sang protokoler, Liu Renshan.Dengan wajah yang berusaha menahan amarah, protokoler Liu berbicara dengan nada dingin yang menegangkan, “Anak muda, berani sekali kamu meminta upeti dari pihak kekaisaran? Apakah kamu tidak takut akan dijatuhi hukuman pancung atas kelancanganmu?”Bukannya takut, si anak muda ,alahan langsung menyambar kata-kata itu, ia membalas ancaman protokoler itu dengan tidak takut.“Pihak kekaisaran? Kekaisaran mana? Apakah kalian dari Kekaisaran Tian Yun yang terletak di dataran tengah ini?” pertanyaannya disertai ekspresi bingung, namun ada jejak penghinaan di dalam matanya.“Tentu saja kami dari Kekaisaran Bai Feng. Kami datang dari wilayah Barat,” jawab protokoler Liu, berusaha meluruskan situasi meski ketidaknyamanan tampak jelas di wajahnya.Anak muda itu tidak tinggal diam; ia kembali membantah, membuat telinga protokoler
Setelah keributan yang ditimbulkan oleh orang-orang dari Kekaisaran Bai Feng di Pasar Hantu, dan setelah mereka menderita kekalahan dengan begitu mudah di tangan anak muda dari Toko Obat Guihua Tang, Jendral Wan beserta para pengikutnya pun meninggalkan kawasan itu.Mereka pergi dengan langkah berat, diiringi tatapan mengejek dari penghuni pasar yang melihat mereka dengan campuran rasa amarah dan kesenangan.Sementara Rong Guo berdiri tegak di tepi jalan, menatap kepergian orang-orang Bai Feng yang kini dipenuhi rasa malu.Sebuah terdengar dari belakang, menegurnya. “Lalu apa tindakanmu selanjutnya? Ini tidak akan berhenti sampai di sini. Kemungkinan besar, mereka akan mengirim ahli-ahli lain dari pihak Kekaisaran Bai Feng untuk meminta agar kau pergi ke Negeri itu!”Tiba-tiba, Tabib Dewa Huang Zhiruo muncul di sampingnya, ikut menyaksikan kepergian orang-orang yang terlihat lesu akibat kekalahan mereka.Tanpa melirik sedikit pun, Rong Guo menjawab pertanyaan Tabib Huang dengan tenang
Waktu menunjukkan tengah malam, saat mana pada jam seperti itu, orang-orang sudah terlelap nyaman di balik selimut tebal mereka, berusaha menghindari dinginnya udara yang menusuk.Namun, sosok misterius itu berlari dengan sangat cepat, bahkan terlalu cepat untuk dapat diikuti oleh mata telanjang orang biasa. Jika bersliweran dengan orang lain, mereka hanya bisa merasakan tamparan angin dingin yang menyapu wajah mereka saat sosok itu melintas.Seandainya adegan itu diputar dalam slow motion, kaki sosok yang melaju menembus Hutan Zhulin dekat Hurun Hadarac terlihat melayang, tak menyentuh tanah. Dalam sekejap, kesan bahwa sosok tersebut sedang terbang muncul di benak siapa pun yang melihatnya.Gerakannya begitu agung, seolah-olah adalah gerak-gerik orang suci atau dewa-dewi yang melintasi dari Kahyangan.Sejak pertemuannya dengan Kaisar di Istana Bai Feng, Kota Awan Bijaksana, ketertarikan Rong Guo yang sebelumnya minim terhadap tawaran sang Kaisar perlahan mulai muncul.Ketika itu, Kai
“Katakan padaku, di mana posisi sang ahli yang memimpin penyerbuan ini dan menguasai Pulau Cangshi,” kata Rong Guo dengan suara dingin. Telunjuk dan jari tengahnya sudah mengarah tajam ke titik kematian di leher pemanah itu, seakan menanti jawaban yang bisa menentukan nasibnya.Kembali ia teringat kata-kata Kaisar Yuhuan. “Ada seorang prkatisi diranah Banxiang, yang memimpin penyerangan di Pulau Cangshi. Itulah sebabnya, hanya Tuan Guru Tao yang kami hubungi, pantas menjadi lawan ahli dari Podura itu!”Kembali ke jalan cerita...Saat itu suasana semakin tegang di tepi pantai. Angin laut yang berhembus membawa rasa dingin yang menggigil hingga ke tulang, dan Rong Guo menatap tak berkedip, menunggu jawaban pemanah itu.Tiba-tiba, suara dentuman keras menggema dari tengah pulau.PANG!Getaran hebat seketika mengguncang seisi pulau, dan asap putih mulai mengepul tinggi ke udara.Langit malam di Pulau Cangshi seketika dipenuhi dengan kabut tipis, menghapus warna biru kelamnya. Wajah si pem
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit