Pemuda yang berpakaian seperti seorang Imam Tao itu tampak sangat mata duitan. Sikapnya yang percaya diri dan sinis jelas memicu kemarahan sang protokoler, Liu Renshan.Dengan wajah yang berusaha menahan amarah, protokoler Liu berbicara dengan nada dingin yang menegangkan, “Anak muda, berani sekali kamu meminta upeti dari pihak kekaisaran? Apakah kamu tidak takut akan dijatuhi hukuman pancung atas kelancanganmu?”Bukannya takut, si anak muda ,alahan langsung menyambar kata-kata itu, ia membalas ancaman protokoler itu dengan tidak takut.“Pihak kekaisaran? Kekaisaran mana? Apakah kalian dari Kekaisaran Tian Yun yang terletak di dataran tengah ini?” pertanyaannya disertai ekspresi bingung, namun ada jejak penghinaan di dalam matanya.“Tentu saja kami dari Kekaisaran Bai Feng. Kami datang dari wilayah Barat,” jawab protokoler Liu, berusaha meluruskan situasi meski ketidaknyamanan tampak jelas di wajahnya.Anak muda itu tidak tinggal diam; ia kembali membantah, membuat telinga protokoler
Setelah keributan yang ditimbulkan oleh orang-orang dari Kekaisaran Bai Feng di Pasar Hantu, dan setelah mereka menderita kekalahan dengan begitu mudah di tangan anak muda dari Toko Obat Guihua Tang, Jendral Wan beserta para pengikutnya pun meninggalkan kawasan itu.Mereka pergi dengan langkah berat, diiringi tatapan mengejek dari penghuni pasar yang melihat mereka dengan campuran rasa amarah dan kesenangan.Sementara Rong Guo berdiri tegak di tepi jalan, menatap kepergian orang-orang Bai Feng yang kini dipenuhi rasa malu.Sebuah terdengar dari belakang, menegurnya. “Lalu apa tindakanmu selanjutnya? Ini tidak akan berhenti sampai di sini. Kemungkinan besar, mereka akan mengirim ahli-ahli lain dari pihak Kekaisaran Bai Feng untuk meminta agar kau pergi ke Negeri itu!”Tiba-tiba, Tabib Dewa Huang Zhiruo muncul di sampingnya, ikut menyaksikan kepergian orang-orang yang terlihat lesu akibat kekalahan mereka.Tanpa melirik sedikit pun, Rong Guo menjawab pertanyaan Tabib Huang dengan tenang
Waktu menunjukkan tengah malam, saat mana pada jam seperti itu, orang-orang sudah terlelap nyaman di balik selimut tebal mereka, berusaha menghindari dinginnya udara yang menusuk.Namun, sosok misterius itu berlari dengan sangat cepat, bahkan terlalu cepat untuk dapat diikuti oleh mata telanjang orang biasa. Jika bersliweran dengan orang lain, mereka hanya bisa merasakan tamparan angin dingin yang menyapu wajah mereka saat sosok itu melintas.Seandainya adegan itu diputar dalam slow motion, kaki sosok yang melaju menembus Hutan Zhulin dekat Hurun Hadarac terlihat melayang, tak menyentuh tanah. Dalam sekejap, kesan bahwa sosok tersebut sedang terbang muncul di benak siapa pun yang melihatnya.Gerakannya begitu agung, seolah-olah adalah gerak-gerik orang suci atau dewa-dewi yang melintasi dari Kahyangan.Sejak pertemuannya dengan Kaisar di Istana Bai Feng, Kota Awan Bijaksana, ketertarikan Rong Guo yang sebelumnya minim terhadap tawaran sang Kaisar perlahan mulai muncul.Ketika itu, Kai
“Katakan padaku, di mana posisi sang ahli yang memimpin penyerbuan ini dan menguasai Pulau Cangshi,” kata Rong Guo dengan suara dingin. Telunjuk dan jari tengahnya sudah mengarah tajam ke titik kematian di leher pemanah itu, seakan menanti jawaban yang bisa menentukan nasibnya.Kembali ia teringat kata-kata Kaisar Yuhuan. “Ada seorang prkatisi diranah Banxiang, yang memimpin penyerangan di Pulau Cangshi. Itulah sebabnya, hanya Tuan Guru Tao yang kami hubungi, pantas menjadi lawan ahli dari Podura itu!”Kembali ke jalan cerita...Saat itu suasana semakin tegang di tepi pantai. Angin laut yang berhembus membawa rasa dingin yang menggigil hingga ke tulang, dan Rong Guo menatap tak berkedip, menunggu jawaban pemanah itu.Tiba-tiba, suara dentuman keras menggema dari tengah pulau.PANG!Getaran hebat seketika mengguncang seisi pulau, dan asap putih mulai mengepul tinggi ke udara.Langit malam di Pulau Cangshi seketika dipenuhi dengan kabut tipis, menghapus warna biru kelamnya. Wajah si pem
Perjalanan dengan menggunakan kapal spiritual menuju Benua Podura ternyata memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu hampir satu minggu perjalanan penuh.Meskipun kapal spiritual ini memiliki ukuran yang sangat besar dan tampak megah, kenyataannya, sekitar tujuh puluh lima bagian dari ruang di dalam kapal tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan untuk berbagai barang, terutama sumber daya yang dikuras habis dari Pulau Cangshi dan dibawa ke Negeri Matahari Emas.Selama perjalanan, Rong Guo berusaha menyatu dengan kelompok pekerja tambang yang diangkut bersamanya.Dalam waktu singkat, ia berhasil beradaptasi sebagai buruh kasar di dalam kapal, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari siapapun.Dalam berbagaikesempatan berbicang dengan para pekerja, ia berhasil memperoleh informasi yang sangat berharga.“Sebagian besar isi kapal spiritual ini terdiri dari Logam Fenggang yang sangat berharga. Tak ada yang tahu pasti alasan mengapa Negeri Matahari Emas dari Benua Podura berniat mengur
Bangunan yang menjulang di Kota Kaejin – Negeri Matahari Emas – sangatlah berbeda bentuk dan gaya arsitekturnya dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di Benua Longhai.Jika di Longhai, rumah-rumah biasanya dibangun dengan kerangka kayu yang kokoh, jendela-jendela berkisi-kisi yang elegan, serta atap genteng berbentuk meruncing yang khas, maka di Benua Podura, perumahan umumnya terbuat dari tumpukan batu bata yang disusun rapi dalam bentuk kotak, dengan bubungan atap yang rata, memberi kesan stuktur yang lebih kuat dan tahan lama.Perumahan di Kota Kaejin sangat padat dan kumuh, dengan jalan-jalan kecil di depan rumah yang lebih mirip dengan lorong sempit yang saling menghubungkan setiap bangunan, membentang dari utara ke selatan, serta dari barat ke timur, melalui jalur berkelok-kelok yang seolah tiada ujungnya.Pada pagi yang cerah ini, Rong Guo melangkah dengan penuh semangat menuju pasar kota. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi penting yang mungkin berguna baginya.La
Toghemur merupakan sosok yang dikenal sebagai petinggi di Kekaisaran Matahari Emas, khususnya dalam bidang Teknologi dan Sumber Daya.Keahlian bela diri Toghemur sangat tinggi dan mengesankan. Ia telah mencapai ranah kultivasi Pendekar Lotus Emas, suatu tingkat yang diidam-idamkan banyak orang di Kerajaan Matahari Emas.Beragam ilmu bela diri yang ia kuasai adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi, juga hadiah dari pihak penguasa sebagai pengakuan atas jasa-jasanya yang sangat berharga bagi kerajaan.Namun, pada suatu malam di jalanan sepi, ketika sosok misterius bertopeng putih mencengkram kerah bajunya dengan kuat dan dengan gesit menyentuh titik akupunktur di lehernya, kemampuan tinggi Toghemur segera ditaklukkan.Dalam sekejap, tubuhnya menjadi kaku, tak bisa bergerak sedikit pun.WUSHBelum sempat ia mencerna situasi, sosok misterius tersebut membawanya terbang tinggi, membelah dinginnya malam yang sunyi.Saat dunia mulai kabur akibat kecepatan luar biasa, dan ketika dinginnya
Pada malam yang sunyi, di puncak menara, Toghemur, sosok yang biasanya mendapat penghormatan dari banyak orang, kini terjebak dalam situasi yang merendahkan. Ia terpaksa menghadapi hinaan dan ejekan dari sosok misterius bertopeng putih, yang tampak menikmati penderitaannya.Setelah mengalami penyiksaan yang tiada henti, dilempar ke bawah lalu diangkat kembali dengan kekuatan tak terlihat, Toghemur merasa harga dirinya hancur.Air mata kebanggaan dan ketakutannya bercampur menjadi tangisan meminta belas kasihan, sementara si Topeng Putih terus berusaha menakut-nakutinya. Ketakutan yang tak tertahankan menyerang batinnya, menghimpitnya dalam kegelapan.“Kamu pernah mendengar tentang teknik ilusi atau menyusup ke dalam benak lawan?” tanya si Topeng Putih, suaranya dingin seperti angin malam yang menusuk.“A—apa maksudmu?” jawab Toghemur, suara gemetar dan tubuhnya bergetar saat angin dingin menusuk tulangnya, membuatnya merasa semakin tak berdaya.Si Topeng Putih tertawa keras, tawa ters
"Hunter Guo? Anda belum mati?" Seorang pemimpin organisasi berseru, suaranya sedikit bergetar, mencerminkan keterkejutan yang mendalam.Matanya menatap tajam ke arah Rong Guo, yang melayang di cakrawala seperti seorang suci yang turun dari langit.Rong Guo berdiri di udara dengan tenang, pakaiannya berkibar diterpa angin.Aura dingin yang memancar darinya menekan segala sesuatu di bawahnya, membuat langit terasa lebih kelam, seolah-olah alam pun tunduk pada kehadirannya.Di bawah, lantai lima Hundun Yaosai berdiri megah dengan lanskapnya yang berbatu dan diselimuti kabut pekat. Wilayah ini telah lama menjadi ajang perebutan kekuasaan oleh tiga organisasi besar: Organisasi Tangan Besi, Organisasi Energi Batu, dan Organisasi Rajawali Iblis.Dari semua praktisi hebat, ada sepuluh besar sosok yang dijuluki "Hunter" paling ditakuti. Para pemimpin Organisasi Tangan Besi dan Rajawali Iblis, seperti Mao Shen dan Sima Cheng, dahulu termasuk dalam daftar itu.Namun, setelah kematian mereka dala
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal