Bangunan yang menjulang di Kota Kaejin – Negeri Matahari Emas – sangatlah berbeda bentuk dan gaya arsitekturnya dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di Benua Longhai.Jika di Longhai, rumah-rumah biasanya dibangun dengan kerangka kayu yang kokoh, jendela-jendela berkisi-kisi yang elegan, serta atap genteng berbentuk meruncing yang khas, maka di Benua Podura, perumahan umumnya terbuat dari tumpukan batu bata yang disusun rapi dalam bentuk kotak, dengan bubungan atap yang rata, memberi kesan stuktur yang lebih kuat dan tahan lama.Perumahan di Kota Kaejin sangat padat dan kumuh, dengan jalan-jalan kecil di depan rumah yang lebih mirip dengan lorong sempit yang saling menghubungkan setiap bangunan, membentang dari utara ke selatan, serta dari barat ke timur, melalui jalur berkelok-kelok yang seolah tiada ujungnya.Pada pagi yang cerah ini, Rong Guo melangkah dengan penuh semangat menuju pasar kota. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi penting yang mungkin berguna baginya.La
Toghemur merupakan sosok yang dikenal sebagai petinggi di Kekaisaran Matahari Emas, khususnya dalam bidang Teknologi dan Sumber Daya.Keahlian bela diri Toghemur sangat tinggi dan mengesankan. Ia telah mencapai ranah kultivasi Pendekar Lotus Emas, suatu tingkat yang diidam-idamkan banyak orang di Kerajaan Matahari Emas.Beragam ilmu bela diri yang ia kuasai adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi, juga hadiah dari pihak penguasa sebagai pengakuan atas jasa-jasanya yang sangat berharga bagi kerajaan.Namun, pada suatu malam di jalanan sepi, ketika sosok misterius bertopeng putih mencengkram kerah bajunya dengan kuat dan dengan gesit menyentuh titik akupunktur di lehernya, kemampuan tinggi Toghemur segera ditaklukkan.Dalam sekejap, tubuhnya menjadi kaku, tak bisa bergerak sedikit pun.WUSHBelum sempat ia mencerna situasi, sosok misterius tersebut membawanya terbang tinggi, membelah dinginnya malam yang sunyi.Saat dunia mulai kabur akibat kecepatan luar biasa, dan ketika dinginnya
Pada malam yang sunyi, di puncak menara, Toghemur, sosok yang biasanya mendapat penghormatan dari banyak orang, kini terjebak dalam situasi yang merendahkan. Ia terpaksa menghadapi hinaan dan ejekan dari sosok misterius bertopeng putih, yang tampak menikmati penderitaannya.Setelah mengalami penyiksaan yang tiada henti, dilempar ke bawah lalu diangkat kembali dengan kekuatan tak terlihat, Toghemur merasa harga dirinya hancur.Air mata kebanggaan dan ketakutannya bercampur menjadi tangisan meminta belas kasihan, sementara si Topeng Putih terus berusaha menakut-nakutinya. Ketakutan yang tak tertahankan menyerang batinnya, menghimpitnya dalam kegelapan.“Kamu pernah mendengar tentang teknik ilusi atau menyusup ke dalam benak lawan?” tanya si Topeng Putih, suaranya dingin seperti angin malam yang menusuk.“A—apa maksudmu?” jawab Toghemur, suara gemetar dan tubuhnya bergetar saat angin dingin menusuk tulangnya, membuatnya merasa semakin tak berdaya.Si Topeng Putih tertawa keras, tawa ters
Tiba-tiba, tangan si Topeng Putih bergerak dengan cepat dan gesit. Dalam sekejap, dua jarinya—telunjuk dan jari manis—sudah menempel di titik tepat di antara alis Toghemur.Suaranya bergetar, menandakan ancaman yang mendalam,“Ceritakan semua yang kamu ketahui tentang ruang rahasia yang dibangun menggunakan logam Fenggang itu. Beritahu aku, di mana blueprint desain Ruang Pengumpul Energi Qi itu disembunyikan? Kali ini aku tidak main-main; nyawamu ada di jari jariku! Jika kamu salah menjelaskan, kmaka kematian adalah bagianmu!”“A—ampun!” teriak Toghemur, kesakitan.Jika sebelumnya rasa sakit di kepalanya hanya sedikit mengganggu, namun kali ini nyeri di bebaknya itu menghujam lebih dalam, seolah isi kepalanya terjepit dalam cengkeraman yang tak kasat mata. Ternyata, saat ini si Topeng Putih sudah benar-benar menyelami benaknya, dan kini ia berada di ambang pintu gerbang pikirannya, siap mengobrak-abrik semua kenangan Toghemur.Dengan ketakutan menyelimuti hatinya dan dalam keadaan s
GONG!Ketika tengah malam tiba, suara gong yang bergema menembus keheningan malam, mengubah suasana serius menjadi lebih rileks. Sejumlah ahli penempa di pangkalan militer, yang sebelumnya terlihat giat bekerja untuk menyelesaikan kapal spiritual yang megah, secara serentak menghentikan kegiatan mereka.Mereka merespons dentang yang menandakan akhir dari waktu kerja yang melelahkan.“Ayo, beristirahatlah. Periksa semua peralatan sebelum meninggalkan bengkel pangkalan militer!” teriak Hulegu, sang pemimpin, dari atas panggung.Suaranya yang tegas dan penuh wibawa memecah kebisingan dan menarik perhatian para penempa yang lelah.Ruangan yang sebelumnya dipenuhi bunyi dentingan besi dan desisan api yang membara berubah mendadak sepi.Keributan yang terjadi kini tergantikan oleh suara percakapan, tawa, dan langkah-langkah teratur para ahli penempa yang mulai meninggalkan bengkel, bergegas pulang ke barak untuk beristirahat setelah jam kerja yang panjang.Dengan rasa tanggung jawab yang me
Istana Penguasa Matahari Emas, saat bulan setengah sabit menggantung di cakrawala, menjelang pagi. Rong Guo berdiri di atas tembok istana kekaisaran Matahari Emas, terlihat congkak seperti iblis di pagi yang gelap. Dengan jubah hitam yang menutupi pakaian alaTaoist, dia menatap jauh kearah bangunan yang panjang juga luas, seolah hamparan lautan kotak yang tiada bertepi ini.Sejak awal kemunculan, dia sudah berlindung dibalik ilusi, terlihat menyatu dengan tembok istana.Ia menghela nafas, bersyukur tidak terlanjur tergesa-gesa menyusup, mencari-cari gudang itu."Sebaiknya ku menemukan seseorang, untuk mendapatkan informasi dimana letak Gudang Harta Kekaisaran Matahari Emas.""Bangunan yang menumpuk dan terlihat seragam ini, menyulitkan mata-mata seperti aku untuk menemukan gudang harta kekaisaran..." batin Rong Guo, ia mengedarkan pandangannya.Kebetulan, pada waktu itu cahaya rembulan sebagian jatuh ke tanah, membuat pemandangan yang semula misterius karena kabut, berubah menjadi l
Rong Guo memasuki ruangan Harta Karun Penguasa Negeri Matahari Emas. Baru saja kakinya menginjak pintu gerbang, aura berbahaya menguar kemana-mana. Seketika, ia langsung waspada, teringat kata-kata Toghemur tentang makhluk berbahaya yang menjaga gudang harta itu—Neak, Naga Kepala Tiga.Tap... tap... Kaki Rong Guo melangkah dalam hening. Di sekelilingnya, cahaya lampu minyak yang remang-remang tampak membayangi tumpukan permata berkilauan. Selain itu, terdapat juga artefak kuno dengan bentuk aneh, serta banyak salinan dan buku berharga dalam bahasa asing yang tidak dipahami oleh Rong Guo.Perasaan berbahaya masih terus menyelimutinya.Meski aura berbahaya tercium di setiap sudut ruangan, setelah sepuluh langkah menuju aula, tak ada sesuatu pun yang menghadang perjalanan Rong Guo seperti yang ia bayangkan.Akhirnya, ia tiba di tengah aula yang temaram, aula asing yang dipenuhi bau anyir, tanpa mengalami kendala. Di tengah-tengah ruang, ia berhenti sejenak dan berpikir.“Apa yang terjadi
Di dalam Gudang Harta di Negeri Matahari Emas, menjelang pagi hari ketika fajar belum terbit, suasana terasa menegangkan.Sosok ahli yang mirip Rong Guo berdiri di tengah ruangan, memutar pedangnya dengan gerakan gesit yang hampir tak masuk akal, sebelum meluncurkan serangan yang memancarkan aura berbahaya. Tebasan pedangnya mengandung niat pedang yang kuat.TSING!!Suara dengungan pedang terdengar tajam, menciptakan getaran di udara yang membuat bulu kuduk berdiri. Sementara dipihak lain, Rong Guo menyipitkan mata, cukup terkesan dengan aksi kembarannya.“Lihat Pedang!” Pria asing itu menyerang dengan kecepatan yang mengesankan.Serangannya meluncur seperti kilat yang tak berkesudahan, sambil berteriak mengancam. “Serahkan manual niat pedang level dua sampai akhir!” teriaknya dengan nada menindas.Namun, setiap serangan itu mampu dipatahkan Rong Guo dengan mudah. Ini membuat kembaran Rong Guo seamkin mengeluarkan semua keahliannya, dengan menguarkan energi Qi sebesar tiga ratus ribu
"Hunter Guo? Anda belum mati?" Seorang pemimpin organisasi berseru, suaranya sedikit bergetar, mencerminkan keterkejutan yang mendalam.Matanya menatap tajam ke arah Rong Guo, yang melayang di cakrawala seperti seorang suci yang turun dari langit.Rong Guo berdiri di udara dengan tenang, pakaiannya berkibar diterpa angin.Aura dingin yang memancar darinya menekan segala sesuatu di bawahnya, membuat langit terasa lebih kelam, seolah-olah alam pun tunduk pada kehadirannya.Di bawah, lantai lima Hundun Yaosai berdiri megah dengan lanskapnya yang berbatu dan diselimuti kabut pekat. Wilayah ini telah lama menjadi ajang perebutan kekuasaan oleh tiga organisasi besar: Organisasi Tangan Besi, Organisasi Energi Batu, dan Organisasi Rajawali Iblis.Dari semua praktisi hebat, ada sepuluh besar sosok yang dijuluki "Hunter" paling ditakuti. Para pemimpin Organisasi Tangan Besi dan Rajawali Iblis, seperti Mao Shen dan Sima Cheng, dahulu termasuk dalam daftar itu.Namun, setelah kematian mereka dala
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal