Share

Kuda Salju.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-18 18:01:39

Pagi hari yang sepi di Kota Tanshan, saat fajar baru saja menyingsing dan matahari masih bersembunyi di balik cakrawala timur, seorang remaja tampak berdiri dengan tenang dan penuh misteri di bawah Gerbang Timur kota tersebut. Dalam kesunyian pagi yang masih terasa sejuk, dia berdiri dengan tenang, mengenakan jubah kedodoran yang menandakan dirinya sebagai murid dari Sekte Wudang, salah satu sekte paling terkenal di Benua Longhai.

Pada saat itu, dahan-dahan Pohon Prem bergerak-gerak, menciptakan irama yang harmonis, sementara burung-burung pagi terdengar bercuit, mengubah suasana agar menjadi hangat.

Lambang Yin dan Yang yang ikonik tampak begitu mencolok di bagian belakang seragam longgar remaja itu. Tapak kakinya bergerak lembut, seolah-olah mengikuti hembusan angin pagi yang membawa hawa dingin dari Hutan Awan Biru.

Meski penampilannya masih sangat muda, namun wajah remaja tersebut, dengan rambut yang digulung tinggi di atas kepala dan diikat dengan pita putih, memancarkan sorot ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
berarti yang menyewa adalah Ouyong Jun. Iya, kan Thor? Thanks #1
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Di Hutan Willow.

    Terdengar suara derap kaki kuda yang mantap mendekati Ouyang Jun dan tiga temannya. Suara itu berirama, memecah keheningan pagi hari di Pintu Gerbang Timur. Bayangan kuda itu tampak gagah, berwarna putih, dengan surai yang melambai-lambai seperti sutra paling halus yang pernah dilihat Ouyang Jun. Untuk melengkapi penampilan kuda yang seputih salju itu, ada sosok remaja yang tampak gagah. Ia mengenakan jubah sekte Wudang yang berdesir setiap kali angin lewat di sela-sela tangannya. Tangan remaja itu menunjuk dengan pedang di tangannya. Suaranya sangat keras berteriak, ketika dengan kecepatan seperti hantu, Kuda Putih Salju itu menyambar Ouyang Jun, Cao Shui, Zeng Feng, dan Zou Jia. "Minggir semua! Rong Guo, murid Sekte Wudang, hendak pergi menjalankan misi!" setelah bersuara seperti itu, seolah-olah tidak peduli dengan Ouyang Jun dan tiga kawannya, Rong Guo langsung menerobos penjagaan di pintu gerbang. Wush! Sosok Rpng Guo dengan Kuda Putih Salju itu mengecil dengan cepat ketika be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Warisan Artefak Kuno   Makhluk Iblis Stormfury.

    Pada saat itu, Ouyang Jun dan kawan-kawannya Cao Shui, dan Zeng Feng sudah dilanda keputusasaan yang mendalam. Mereka melihat Zou Jia, teman mereka, tergolek di tanah dalam keadaan yang mengenaskan. Tubuhnya penuh dengan luka berdarah, dan nafasnya terengah-engah, seolah-olah setiap tarikan nafas bisa menjadi yang terakhir."Kita harus lari! Tidak ada yang bisa kita lakukan jika berhadapan dengan makhluk iblis ini!" teriak Ouyang Jun dengan suara yang penuh ketakutan. Wajahnya seputih kertas, dan matanya terbuka lebar, mencerminkan rasa takut yang mendalam.Baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhnya melesat seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Dia bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan, seolah-olah dia hendak meninggalkan medan pertempuran dengan cepat. Ouyang Jun dengan tidak mengenal malu, telah terlebih dahulu meninggalkan kawan-kawannya yang masih berusaha bertarung melawan kera iblis itu, yang ukurannya dua kali lipat dari manusia biasa dan memiliki kultiva

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Warisan Artefak Kuno   Desa Yunshui Chun.

    Dini hari di Hutan Willow…Tanpa rasa malu, Cao Shia dan Zeng Feng langsung meminta maaf. Saat itu, suara perut mereka yang berbunyi keras seperti sebuah orkestra, membuat sosok yang telah menolong mereka, Rong Guo, membalikkan badannya.Kedua remaja ini sudah memiliki prasangka bahwa Rong Guo pasti akan menghina, bahkan mungkin meninju mereka. Hal ini wajar, mengingat mereka selalu terprovokasi oleh Ouyang Jun untuk ikut serta membully Rong Guo. Namun, hari ini, nyawa mereka selamat berkat bantuan Rong Guo, anak yang saat ini sedang menatap mata mereka dalam diam.Suara Rong Guo terdengar dingin ketika ia bertanya dengan nada penuh kepalsuan, "Apa kata kalian? Aku tidak mendengarnya!" Rong Guo memasang ekspresi datar. Ia buru-buru melipat tangan, seolah-olah ia adalah seorang tua yang ingin mendengar pengakuan dosa dari anak-anaknya."Aku – aku..." Zeng Feng tidak sanggup melanjutkan kata-katanya ketika matanya bertemu dengan mata Rong Guo. Zeng Feng ini memang sedikit tinggi hati, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Warisan Artefak Kuno   Desas Desus Hantu

    Pada pagi itu, terdengar suara derap kaki kuda memecah keheningan yang menyelimuti Desa Yunshui Chun. Bunyi ladam sepatu kuda, ditambah dengan suara dua pasang kaki murid Sekte Wudang yang membentur batu dan kerikil di jalanan desa, terdengar seperti alunan simfoni. Seolah-olah ada puluhan tentara yang berjalan di jalanan desa, suasana semakin terasa mencekam.Tak seorang pun yang berani keluar dari rumah, apalagi membuka pintu dan mencari tahu, siapa gerangan yang berjalan di jalan desa."Aneh sekali," gumam Rong Guo dalam hati. "Mengapa hari masih pagi, namun orang-orang desa tidak melakukan aktivitas sehari-hari? Apakah kabar tentang hantu penasaran yang mengganggu desa benar adanya?"Rong Guo berpikir dengan penuh analisis. Tangan kanannya tak pernah lepas dari gagang pedang Xingying, meskipun pedang itu sudah rusak parah akibat beberapa pertarungan. Memang, ketahanan Pedang Xing Ying akan menurun jika beberapa kali bertarung melawan ahli di tingkat setara Pendekar Harimau Giok. B

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Warisan Artefak Kuno   Hantu Perempuan Berbaju Merah.

    Malam itu, hujan yang semula hanya rintik-rintik, kian lama kian deras tercurah ke bumi. Petir menyambar-nyambar, diiringi deru angin yang terdengar seperti suara tamparan keras, mendirikan bulu kuduk siapapun yang mendengarnya. Sesekali, kilatan petir tampak membentuk urat-urat halus berwarna putih, tercetak di cakrawala yang kelam.Suasana betul-betul menyeramkan, membuat siapapun semakin enggan untuk keluar dari rumah yang hangat dan nyaman.“Cao Shui!” panggilan itu terdengar jelas di tengah hujan.“Zeng Feng!” suara itu menggema, mencoba menembus derasnya hujan.Rong Guo baru saja membuka pintu gubuk kakek Shang, saat deru angin dan tetesan hujan langsung menampar wajahnya, memaksa ia menyipitkan mata. Ia merasa seperti berada di tengah badai, namun ia tahu ia harus bertahan.Belum sampai dua tarikan nafas berlalu, bola matanya terbelalak. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.“Cao Shui! Zheng Feng! Kaliankah itu?” teriaknya hampir tak percaya.Mata Rong Guo fokus pada dua s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Warisan Artefak Kuno   Berpamitan.

    Meskipun dalam hatinya penuh dengan pertanyaan yang menggantung, Rong Guo tidak berhenti mengejar Hantu Perempuan berbaju merah yang berlari dengan semakin lemah di tengah guyuran hujan yang semakin deras. Yang membuat Rong Guo terkejut dan penasaran, hantu ini tampaknya menuju ke Pagoda pemujaan Tao - sebuah tempat suci yang dikenal dengan nama Pagoda Yunshui."Apakah mungkin ada seseorang di dalam Pagoda pemujaan itu yang memelihara hantu Perempuan berbaju merah ini untuk meningkatkan kultivasinya?" pikir Rong Guo, hatinya dipenuhi dengan tanda tanya.Saat ini, dia tidak lagi mempermasalahkan dirinya yang basah kuyup di tengah hujan yang tak kunjung reda. Yang ada dalam pikirannya adalah, “siapakah para pengejar keabadian di dalam Pagoda Yunshui, yang ia tebak memelihara Hantu Perempuan berbaju merah itu?”Pertanyaan ini masih menggantung, namun semakin lama, semakin dekat sosok hantu Perempuan berbaju merah dengan seratus anak tangga yang menuju ke lokasi Pagoda yang berada di atas

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Warisan Artefak Kuno   Di Hutan Pinus Longxia.

    "Siancai... siancai," kata Imam Lingbao dengan suara yang lembut dan wajah yang penuh kedamaian.Saat itu, Rong Guo menilai kalau tak ada lagi jejak kelicikan atau culas di wajahnya, seperti yang ditangkapnya beberapa saat yang lalu. Suasana pun langsung berubah ketika kata-kata bijaksana mengalir dari mulutnya, membuat seisi kampung langsung membungkuk dan memberi hormat pada sang imam."Semoga semua mahluk berbahagia..." ucap Imam Lingbao.Kata-kata ini menimbulkan perasaan damai di dalam hati semua orang yang mendengarnya. Angin pagi yang berdesir membuat penampakan sang imam terlihat seperti orang suci ketika sinar matahari pagi jatuh di atas wajahnya, menciptakan aura yang menenangkan.Seisi desa makn menunduk dalam rasa hormat, dan mereka semakin bertambah-tambah rasa segan dan menunjukkan ketaatan pada ajaran yang disampaikan sang imam. Mendadak, semua mendekatinya dan meminta berkat dari dia."Berkati aku, Imam Lingbao!" kata seorang kepala keluarga."Aku juga, Imam Lingbao. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Warisan Artefak Kuno   Kematian Imam Lingbao.

    Imam Lingbao tampak berdiri tegak di antara batang-batang pohon pinus yang menjulang tinggi, seperti seorang macam ganas siap meneror lawan.Sinar rembulan yang lembut jatuh menimpa punggungnya, menciptakan bayangan yang tampak panjang dan misterius, ia seperti sosok penyihir yang sedang mempersiapkan mantra. Surai Hudtim, senjata andalannya, tampak berdesir di tangannya, seolah-olah merespon angin yang berhembus pelan di sela-sela batang pohon pinus. Kemunculannya tampak sangat dramatis, seperti iblis yang baru saja muncul dari kegelapan, menyeramkan namun memikat.Rong Guo, yang sejak saat meninggalkan Desa Yungshun Chun, telah memprediksikan hal ini akan terjadi, ia hanya mendengus dingin lalu membuat Gerakan meringankan tubuh.WUSH!Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, ia langsung melompat dalam Gerakan Terbang Diatas Rumput – sebuah gerakan salto yang indah namun sangat cepat. Dalam sekejap, disertai bunyi siulan bernada tinggi yang memecah keheningan malam, tubuh Rong

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   EPILOG.

    Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga

  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Dibalik Topeng.

    Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part II.

    Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part I.

    Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

  • Warisan Artefak Kuno   Fenomena Aneh.

    Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Kedua.

    Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Pertama.

    Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status