Di dimensi Feng Wu Dalu, gemuruh angin menderu kencang, mengisi udara di atas hamparan padang rumput hijau yang terbentang luas hingga tak bertepi. Rong Guo berlari mengikuti sosok berjubah putih yang terus melayang di kejauhan.Sosok itu tetap menjadi misteri, namun kecepatannya mencerminkan tingkat kultivasi yang hampir sempurna—nyaris mencapai puncak Yongheng.Angin dingin menyentuh kulitnya, membawa aroma tanah lembap dan dedaunan yang terhempas angin.Dengan langkah ringan yang hampir tak menyentuh tanah, Rong Guo perlahan mulai menyamai kecepatan lawannya. Gerakannya halus, seolah ia melayang di atas hamparan rumput yang bergoyang tertiup angin.“Ternyata Qinggong-mu lumayan juga,” terdengar suara si jubah putih samar namun jelas mengandung ejekan. Bayangannya berkelebat seperti kilatan cahaya, sulit untuk ditangkap dengan mata.“Aku tak menyangka ada seorang ahli dari Qi Tu Dalu yang mampu menguasai ilmu meringankan tubuh seperti ini.”Rong Guo hanya mendengus dingin, tidak ter
Di dimensi Feng Wu Dalu, dunia yang selalu disapu angin dan gemerlap seperti lukisan dari mimpi, Rong Guo akhirnya menemukan sebuah goa di puncak gunung terpencil. Goa itu terletak jauh dari pandangan siapa pun, tersembunyi di balik deretan pohon-pohon pinus yang meliuk tertiup angin abadi.“Ini tempat yang tepat untuk bersembunyi,” gumam Rong Guo sambil memeriksa sekeliling. Matanya menelusuri dinding batu yang dipenuhi lumut, mencari tanda-tanda bahaya.“Aku hanya punya tiga hari sebelum portal Cermin Shikong Jing-jing terbuka kembali ke Qi Tu Dalu. Dalam waktu sesingkat itu, aku harus menemukan Kalung Bintang Abadi di dimensi ini.”Feng Wu Dalu, meskipun penuh keajaiban dan angin yang tak pernah berhenti bertiup, memiliki banyak kesamaan dengan Benua Podura.Keadaan ini memungkinkan Rong Guo menyamar dengan mudah sebagai penduduk lokal. Berbekal pakaian sederhana dan aksen yang dipelajarinya dengan cermat, ia berhasil menyusup ke Kotaraja Qingsu, pusat perdagangan terbesar di dimen
Malam baru saja tiba. Langit Kekaisaran Qingsu tampak jernih, dihiasi rembulan bulat sempurna yang dikelilingi halo samar. Tak ada awan sedikit pun di cakrawala, memungkinkan angin sepoi-sepoi berhembus lembut di atas atap-atap istana yang megah.Di tengah keheningan itu, sosok Rong Guo melayang turun dari langit, siluetnya tampak seolah baru saja turun dari rembulan. Jubah hitamnya berkibar, memantulkan sedikit cahaya perak dari rembulan, membuatnya terlihat seperti bayangan misterius yang menembus malam."Kalung sihir itu sudah kupatahkan," gumamnya pelan. Sorot matanya tertuju pada Istana Qingsu yang megah, penuh dengan penjaga yang waspada. Saat kakinya menjejak bubungan atap istana, ia berdiri tegap, tangannya mencengkeram erat gagang Payung Iblis yang tergantung di pinggangnya."Tak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau kekuatanku telah pulih, meskipun hanya sekitar tujuh puluh tiga persen," batinnya dengan dingin. "Namun dengan kekuatan ini, setara satu juta jin, aku masih m
Waktu terasa sangat lambat, seperti kura-kura yang menyusuri jalan panjang tanpa akhir. Rong Guo tetap waspada saat melewati lorong ruang dan waktu dalam portal antardimensi. Tubuhnya terlihat melayang seolah terbang cepat, tetapi pikirannya tetap jernih. Di tangannya, Payung Iblis terhunus, dengan ujung tajam seperti pedang yang siap menyerang musuh kapan saja.Ia menahan napas dengan teratur, memastikan tidak terengah-engah selama perjalanan. Setiap ototnya menegang, siap menghadapi apa pun yang mungkin ada di ujung portal.Akhirnya, saat yang ditunggu tiba ketika percikan api kecil muncul di depan mata. Rong Guo segera mempererat genggaman pada Payung Iblis, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsa.“Akhirnya… pintu portal,” bisiknya dalam hati, nada penuh ketegangan bercampur harapan. “Hari ini adalah saatnya! Aku akan melarikan diri dari istana terkutuk ini dan mencari jalan pulang ke Zhen Luo Dalu!” Ternyata, Zhen Luo Dalu adalah dimensi tempat asal Rong Guo, tempat dar
Rong Guo berdiri di ambang pintu portal, tubuhnya menegang saat merasakan tekanan dahsyat yang datang dari arah Balairung Kekaisaran Hei Tian. Energi itu begitu menindas, membuat udara di sekelilingnya seolah bergetar."Celaka! Mereka sudah bersiaga," gumamnya dengan wajah cemas.Ia segera mengerahkan lebih banyak kekuatan, memusatkan energi Qi hingga totalnya mencapai 1.022.000 jin. Aura pelangi yang menyelimuti tubuhnya mulai berpendar terang, memancarkan tekanan luar biasa.PANG!Serigala Perak yang telah melompat hendak menerkamnya dengan kekuatan sebesar 500.000 jin, terpental jauh saat bersentuhan dengan lapisan energi Qi Rong Guo. Dentuman itu menggema, membuat pilar-pilar di balairung bergetar."Jangan biarkan dia melarikan diri!" seru Putri Jue Yin Xin, suaranya melengking penuh perintah.Dengan gerakan tangannya, Grim Reaper—makhluk spiritual bertudung hitam—muncul, mengayunkan sabit panjangnya dengan gerakan yang nyaris tak terlihat. Tebasan maut itu mengarah langsung ke ba
Rong Guo berdiri tegak di tengah kobaran sisa api, tubuhnya kini diselimuti armor berwarna putih yang berkilauan. Jubah sihirnya utuh, memantulkan cahaya api sang Phoenix yang kini melemah.“Zhan Fengxie tidak mati!” seru salah satu kultivator dengan suara gemetar. “Armor itu… dan jubahnya… mereka kebal terhadap api Phoenix!”Rong Guo mendengus pelan, bibirnya membentuk seringai kecil. Aura Qi-nya yang kuat kembali menyelimuti tubuhnya. Payung Iblis di tangannya terangkat perlahan, kembali berputar, menciptakan badai yang lebih besar dari sebelumnya.“Siapa yang mau mencoba payung kekuatan ini?” tantang Rong Guo, suaranya menggema di seluruh balairung yang sekarang dipenuhi hawa panas dan tekanan spiritual.Namun, dari arah singgasana, Kaisar Jue Tian Yuan hanya mendengus dingin. Dengan satu gerakan tangan, ia memberikan perintah yang sederhana namun penuh ancaman, “Bunuh dia.”Makhluk spiritual sang kaisar, seekor Phoenix raksasa yang tubuhnya diselimuti api berwarna keemasan, mengep
Sejak hari itu, nama Zhan Fengxie resmi dinyatakan sebagai buronan di Kekaisaran Hei Tian. Di setiap sudut Kota Raja dan kota-kota lain di Kekaisaran, poster-poster besar dengan wajahnya terpampang jelas, dilengkapi rincian mengesankan tentang tingkat kultivasinya.Pagi itu, suasana pasar kota dipenuhi hiruk-pikuk. Kerumunan orang berjejal di depan papan pengumuman resmi, membaca dan bergunjing tentang sosok yang kini menjadi pusat perhatian.Di tengah keramaian, seorang pria tua dengan suara lantang mulai membacakan isi pengumuman yang baru saja ditempel.“Dicari: Hidup atau mati! Barang siapa yang dapat memberikan informasi tentang tempat persembunyian pengkhianat Zhan Fengxie akan mendapatkan hadiah sebesar dua puluh ribu butir Manna Biru tingkat tinggi!”Keributan pun langsung pecah. Beberapa orang berbisik penuh ketakutan, sementara yang lain berseru penuh semangat.“Dua puluh ribu? Itu lebih dari cukup untuk membeli sebuah rumah besar!” seru seorang warga, suaranya tak dapat men
Bai Gu Tiang adalah anak Walikota di Kota Congju. Di usia dua puluh tujuh tahun, ia baru saja berhasil menembus ranah Pendekar Lotus Emas yang maha mulia, sebuah pencapaian yang langka dan luar biasa.Dengan prestasi ini, ia dipandang sebagai jenius di kalangan penduduk Kota Congju, mendapati perlakuan istimewa dari warga kota yang mengagumi bakatnya.Namun, semua itu tidak sepenuhnya berasal dari usaha dan kemampuannya sendiri, melainkan juga karena pengaruh dan campur tangan ayahnya yang berkuasa, sang Walikota, yang sudah lama duduk di atas takhta pemerintahan kota.Bai Gu Tiang dikenal sebagai sosok yang sangat congkak dan terlampau pemilih. Ia tidak ingin sembarangan dalam mendapatkan hadiah atau penghargaan yang diinginkannya.Suatu hari, ayahnya yang terhormat berdiri di hadapannya, wajahnya serius dan penuh harapan.“Apa kamu sudah memikirkan tentang mahluk spiritual yang akan kamu kontrak, anakku?” tanyanya.“Kamu adalah satu-satunya di keluarga Bai yang berhasil mencapai tin
“Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg
Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me
Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije
Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend
Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga