Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Sosok Misterius Dengan Teh Pu Er.

Share

Sosok Misterius Dengan Teh Pu Er.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-11-26 21:58:16

Bai Gu Tiang adalah anak Walikota di Kota Congju. Di usia dua puluh tujuh tahun, ia baru saja berhasil menembus ranah Pendekar Lotus Emas yang maha mulia, sebuah pencapaian yang langka dan luar biasa.

Dengan prestasi ini, ia dipandang sebagai jenius di kalangan penduduk Kota Congju, mendapati perlakuan istimewa dari warga kota yang mengagumi bakatnya.

Namun, semua itu tidak sepenuhnya berasal dari usaha dan kemampuannya sendiri, melainkan juga karena pengaruh dan campur tangan ayahnya yang berkuasa, sang Walikota, yang sudah lama duduk di atas takhta pemerintahan kota.

Bai Gu Tiang dikenal sebagai sosok yang sangat congkak dan terlampau pemilih. Ia tidak ingin sembarangan dalam mendapatkan hadiah atau penghargaan yang diinginkannya.

Suatu hari, ayahnya yang terhormat berdiri di hadapannya, wajahnya serius dan penuh harapan.

“Apa kamu sudah memikirkan tentang mahluk spiritual yang akan kamu kontrak, anakku?” tanyanya.

“Kamu adalah satu-satunya di keluarga Bai yang berhasil mencapai tin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
David Gautama Putra
mantap author 4 bab thx
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Pedang dan Undangan.

    Seketika darah Bai Gu Tiang mendidih mendengar permintaan dari sosok yang berdiri tegak di jalanan hutan itu. Wajahnya memerah, bukan karena panas matahari, melainkan oleh amarah yang meluap tanpa kendali.“Kamu manusia tak tahu diri!” serunya dengan suara lantang yang menggema di antara pepohonan pinus. "Aku, seorang tuan muda yang terhormat, sudah merendahkan diri dengan menyapamu ramah, namun kau justru meminta lebih!”Teriakan itu membuat burung-burung yang bertengger di dahan terbang kaget, meninggalkan jejak sayap yang samar di langit senja.Bai Gu Tiang menghunus pedangnya dengan gerakan cepat, lalu mengacungkannya tinggi-tinggi."Hayo minggir! Kalau tidak, pedang ini akan berbicara!" lanjutnya dengan nada penuh penekanan. Ujung pedangnya berkilat tajam di bawah cahaya matahari yang menyusup. Sementara hembusan angin menggoyangkan daun-daun pinus, seolah mereka pun gentar akan ancaman itu.Namun, sosok bercaping jerami di hadapannya tetap tenang. Ia berdiri dari posisi duduk di

    Last Updated : 2024-11-27
  • Warisan Artefak Kuno   Ujian Di Jembatan.

    Hundun Yaosai—atau yang dikenal sebagai Benteng Kekacauan—adalah sebuah struktur kuno yang telah berdiri megah di Qi Tu Dalu selama ribuan tahun.Tidak ada yang tahu pasti kapan atau bagaimana benteng ini pertama kali dibangun. Beberapa legenda menyebutkan bahwa benteng ini tercipta saat dewa-dewa turun dari nirwana, melihat kekacauan dunia akibat perang besar antara manusia dan makhluk spiritual.Untuk menengahi kekacauan itu, mereka membangun Hundun Yaosai sebagai tempat perburuan dan penyelesaian konflik.Namun, kini Hundun Yaosai tidak hanya sebuah arena.Di dalamnya, manusia dan makhluk spiritual bersaing dalam permainan hidup dan mati. Seorang hunter bisa meraih kejayaan dengan menjinakkan makhluk spiritual dan menjadikannya kontrak, atau justru kehilangan nyawa dan menjadi mangsa para makhluk buas itu.Ren Jie berdiri di ujung jembatan penghubung yang menjulang di atas parit selebar lima puluh meter, melingkari benteng seperti naga melindungi sarangnya.Air di parit tampak tena

    Last Updated : 2024-11-27
  • Warisan Artefak Kuno   Proyek Mesin Qi.

    Istana Hei Tian – Qi Tu DaluHawa tegang memenuhi aula megah Istana Hei Tian. Para pejabat tinggi kekaisaran berdiri dalam barisan rapi di hadapan Kaisar Jue Tian Yu, wajah mereka dipenuhi kecemasan yang sulit disembunyikan.Di atas singgasana emas yang menjulang megah, Kaisar Jue Tian Yu duduk dengan ekspresi muram. Sorot matanya tajam seperti sebilah pedang, menekan setiap jiwa yang berdiri di bawahnya. Tak satu pun dari mereka berani mengangkat kepala untuk menatap sang penguasa."Sudah hampir satu bulan sejak aku memerintahkan penangkapan Zhan Fengxie," suara Kaisar Jue Tian Yu bergema di aula, berat dan menggelegar seperti guntur di tengah badai."Namun hingga saat ini, tak ada satu jejak pun yang kalian temukan! Apa kalian semua hanya tiga puluh orang yang sibuk mencari jarum di tumpukan jerami?!"Catatan, tiga puluh orang mencari sebatang jarum adalah idiom Tiongkok, yang artinya banyak orang dengan sumber daya yan banyak, namun hanya sia-sia demi mencari satu orang.Wajah para

    Last Updated : 2024-11-28
  • Warisan Artefak Kuno   Kota Hantu - Pertama.

    "Apa yang terjadi?" desis Rong Guo terkejut.Ketika pintu gerbang besar Hundun Yaosai terbuka, ia tidak menemukan dirinya di dalam ruangan gelap seperti yang ia bayangkan. Sebaliknya, sebuah hamparan tanah luas dengan rumput hijau terbentang di hadapannya.Di sekitarnya, pohon-pohon willow menjulang tinggi dengan batang-batang besar dan daun-daun yang menjuntai hingga hampir menyentuh tanah. Pohon ek tua berusia ratusan tahun berdiri kokoh berjejeran, seakan menjadi penjaga abadi tempat itu.“Pemandangan ini... kontras sekali,” batinnya kagum.Matahari terbit memancarkan sinar hangat, menyelimuti tempat itu dengan keindahan yang bertolak belakang dengan suasana musim gugur yang dingin di luar benteng.Ia bahkan terpesona oleh kicauan burung-burung kecil yang terbang melintasi langit biru cerah, hingga tiba-tiba suara tegas namun halus menyapanya, mengalihkan perhatian."Selamat datang di Hundun Yaosai. Anda berada di lantai pertama dari dungeon ini. Silakan daftarkan status Anda untuk

    Last Updated : 2024-11-28
  • Warisan Artefak Kuno   Kota Hantu - Kedua.

    Pada sebuah lorong yang suram, di Hundun Yaoisai, di lantai pertama – Kota Hantu.“Pemanah itu perempuan?” batin Rong Guo saat memerhatikan lebih dalam pada sosok yang tegap namun sekilas aura feminin muncul disana.TRANG!Suara benturan pedang terdengar memekakkan telinga ketika bilah pedang spiritual sang ahli pedang menghantam sisi tubuh kadal raksasa. Getarannya mengguncang udara sekitarnya, tetapi bukannya terluka, kadal itu justru menggeram semakin ganas.Senyuman menyeringai yang menakutkan tersungging di wajah makhluk itu. Sisik-sisik tebal mirip perisai naga memantulkan cahaya suram, tak tertembus oleh pedang spiritual. Sang ahli pedang terlihat kebingungan, dan saat ia mencoba bertahan, cakar tajam kadal itu menghantam tubuhnya tanpa ampun.PANG!Tubuh sang ahli pedang terlempar beberapa tombak jauhnya. Ia menghantam keras tembok reruntuhan bangunan, menimbulkan suara retakan batu yang menggema. Puing-puing berjatuhan, menambah kekacauan yang sudah terjadi.“Bertahanlah! Aku

    Last Updated : 2024-11-28
  • Warisan Artefak Kuno   Sebuah Perkampungan Kecil.

    “Namaku Gu Tian Yong. Tuan bisa memanggilku Ayong,” ujar si ahli pedang dengan senyum tulus.“Dan aku Zhou Yizan. Tuan dapat menyebutku Yizan saja,” tambah si pemanah perempuan, suaranya ringan namun penuh keyakinan.“Jika Tuan bersedia, jadikan kami teman seperjalanan. Kami akan dengan senang hati menemani Anda berburu di Dungeon lantai satu – Kota Hantu ini,” sambung Ayong cepat, matanya berbinar penuh harap.Rong Guo menatap keduanya lekat-lekat. Dalam diam, ia menilai mereka dengan cepat. Mereka tampak tulus. Usia mereka juga tidak jauh berbeda denganku. Jika memang bisa saling membantu, kenapa tidak?“Kita bisa berteman,” ujarnya tenang, meski sorot matanya tetap penuh kewaspadaan. “Tapi jangan panggil aku Demigod. Itu terlalu berlebihan, oke?”Wajah Ayong dan Yizan langsung cerah mendengar tanggapan itu. Mereka dengan cepat mengangguk.“Baiklah, Kakak Guo,” ucap Yizan, suaranya penuh semangat.Mulai saat itu, ketiganya resmi menjadi kawan seperjalanan.Namun, ketika Rong Guo hen

    Last Updated : 2024-11-29
  • Warisan Artefak Kuno   Raja Elemental Api.

    "Ayo, Kakak Guo! Kita pergi berburu Raja Elemental Api!" seru Ayong dengan semangat, sambil berlari kecil di depan. "Kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari. Monster dunia seperti itu jarang keluar dari persembunyiannya, apalagi kelasnya ini sering royal dalam memberikan banyak hadiah!"Yizhan mengekor di belakangnya, langkahnya juga cepat-cepat dalam sikap antisipasi.Tak lama kemudian, ketiganya bergabung dengan kelompok pemburu lain. Semakin mereka melangkah ke tiap tikungan di Kota Hantu, selalu saja ada Hunter yang muncul.Makin lama, semakin banyak hunter yang bergabung dengan kelompok mereka.Dan kini, suara langkah kaki para pemburu menggema di sepanjang jalan, menciptakan irama menggelegar yang membuat jantung berdegup lebih kencang."Ayong, sebenarnya seperti apa Raja Elemental Api itu?" tanya Rong Guo, mencoba mengimbangi langkah Ayong dan Yizhan yang kini berjalan cepat.Ayong menoleh, wajahnya serius meski napasnya sedikit tersengal. "Raja Elemental Api, atau Raja

    Last Updated : 2024-11-29
  • Warisan Artefak Kuno   Sepuluh Ribu Energi Stone.

    Karena Monster Dunia – Raja Elemental Api – telah berakhir di tangan Rong Guo, tekanan dahsyat yang sebelumnya menyebar ke seluruh penjuru tempat itu seketika lenyap.Suasana yang mencekam berubah drastis. Para pemburu yang sebelumnya terhuyung-huyung dan tak berdaya, kini merasakan kelegaan luar biasa menyusup ke tubuh mereka.“Tak ada lagi tekanan!” seru seseorang dengan nada penuh semangat.“Ayo, kita serbu makhluk itu ramai-ramai!” teriak seorang pemburu lainnya. “Tak mungkin dia sanggup bertahan kalau kita menyerangnya bersama-sama!”Dalam sekejap, ratusan pemburu bergerak serempak. Tubuh mereka melesat cepat seperti bayangan yang berubah menjadi kilatan cahaya putih, menuju lokasi di mana Raja Elemental Api terakhir kali terlihat.Namun, ketika mereka tiba di tempat itu, suasana yang mereka temui sungguh di luar dugaan.Area yang sebelumnya dipenuhi oleh aura panas dan pijar api kini sunyi senyap. Tak ada lagi tanda-tanda pertempuran sengit. Bahkan debu atau serpihan yang seharu

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   Kebangkitan Baru.

    “Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

DMCA.com Protection Status