Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Kota Hantu - Kedua.

Share

Kota Hantu - Kedua.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 21:11:33

Pada sebuah lorong yang suram, di Hundun Yaoisai, di lantai pertama – Kota Hantu.

“Pemanah itu perempuan?” batin Rong Guo saat memerhatikan lebih dalam pada sosok yang tegap namun sekilas aura feminin muncul disana.

TRANG!

Suara benturan pedang terdengar memekakkan telinga ketika bilah pedang spiritual sang ahli pedang menghantam sisi tubuh kadal raksasa. Getarannya mengguncang udara sekitarnya, tetapi bukannya terluka, kadal itu justru menggeram semakin ganas.

Senyuman menyeringai yang menakutkan tersungging di wajah makhluk itu. Sisik-sisik tebal mirip perisai naga memantulkan cahaya suram, tak tertembus oleh pedang spiritual. Sang ahli pedang terlihat kebingungan, dan saat ia mencoba bertahan, cakar tajam kadal itu menghantam tubuhnya tanpa ampun.

PANG!

Tubuh sang ahli pedang terlempar beberapa tombak jauhnya. Ia menghantam keras tembok reruntuhan bangunan, menimbulkan suara retakan batu yang menggema. Puing-puing berjatuhan, menambah kekacauan yang sudah terjadi.

“Bertahanlah! Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Sebuah Perkampungan Kecil.

    “Namaku Gu Tian Yong. Tuan bisa memanggilku Ayong,” ujar si ahli pedang dengan senyum tulus.“Dan aku Zhou Yizan. Tuan dapat menyebutku Yizan saja,” tambah si pemanah perempuan, suaranya ringan namun penuh keyakinan.“Jika Tuan bersedia, jadikan kami teman seperjalanan. Kami akan dengan senang hati menemani Anda berburu di Dungeon lantai satu – Kota Hantu ini,” sambung Ayong cepat, matanya berbinar penuh harap.Rong Guo menatap keduanya lekat-lekat. Dalam diam, ia menilai mereka dengan cepat. Mereka tampak tulus. Usia mereka juga tidak jauh berbeda denganku. Jika memang bisa saling membantu, kenapa tidak?“Kita bisa berteman,” ujarnya tenang, meski sorot matanya tetap penuh kewaspadaan. “Tapi jangan panggil aku Demigod. Itu terlalu berlebihan, oke?”Wajah Ayong dan Yizan langsung cerah mendengar tanggapan itu. Mereka dengan cepat mengangguk.“Baiklah, Kakak Guo,” ucap Yizan, suaranya penuh semangat.Mulai saat itu, ketiganya resmi menjadi kawan seperjalanan.Namun, ketika Rong Guo hen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Warisan Artefak Kuno   Raja Elemental Api.

    "Ayo, Kakak Guo! Kita pergi berburu Raja Elemental Api!" seru Ayong dengan semangat, sambil berlari kecil di depan. "Kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari. Monster dunia seperti itu jarang keluar dari persembunyiannya, apalagi kelasnya ini sering royal dalam memberikan banyak hadiah!"Yizhan mengekor di belakangnya, langkahnya juga cepat-cepat dalam sikap antisipasi.Tak lama kemudian, ketiganya bergabung dengan kelompok pemburu lain. Semakin mereka melangkah ke tiap tikungan di Kota Hantu, selalu saja ada Hunter yang muncul.Makin lama, semakin banyak hunter yang bergabung dengan kelompok mereka.Dan kini, suara langkah kaki para pemburu menggema di sepanjang jalan, menciptakan irama menggelegar yang membuat jantung berdegup lebih kencang."Ayong, sebenarnya seperti apa Raja Elemental Api itu?" tanya Rong Guo, mencoba mengimbangi langkah Ayong dan Yizhan yang kini berjalan cepat.Ayong menoleh, wajahnya serius meski napasnya sedikit tersengal. "Raja Elemental Api, atau Raja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Warisan Artefak Kuno   Sepuluh Ribu Energi Stone.

    Karena Monster Dunia – Raja Elemental Api – telah berakhir di tangan Rong Guo, tekanan dahsyat yang sebelumnya menyebar ke seluruh penjuru tempat itu seketika lenyap.Suasana yang mencekam berubah drastis. Para pemburu yang sebelumnya terhuyung-huyung dan tak berdaya, kini merasakan kelegaan luar biasa menyusup ke tubuh mereka.“Tak ada lagi tekanan!” seru seseorang dengan nada penuh semangat.“Ayo, kita serbu makhluk itu ramai-ramai!” teriak seorang pemburu lainnya. “Tak mungkin dia sanggup bertahan kalau kita menyerangnya bersama-sama!”Dalam sekejap, ratusan pemburu bergerak serempak. Tubuh mereka melesat cepat seperti bayangan yang berubah menjadi kilatan cahaya putih, menuju lokasi di mana Raja Elemental Api terakhir kali terlihat.Namun, ketika mereka tiba di tempat itu, suasana yang mereka temui sungguh di luar dugaan.Area yang sebelumnya dipenuhi oleh aura panas dan pijar api kini sunyi senyap. Tak ada lagi tanda-tanda pertempuran sengit. Bahkan debu atau serpihan yang seharu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Warisan Artefak Kuno   Batu Mirah Delima, dan Black Stone.

    Rong Guo melirik mereka sekilas, kemudian menyodorkan masing-masing seribu Energy Stone kepada kedua temannya itu.“Ini untuk kalian. Semoga bermanfaat,” katanya sambil tersenyum tipis.Wajah Ayong dan Yizhan langsung berseri-seri, tak dapat menyembunyikan rasa bahagia sekaligus rasa hormat yang makin mendalam terhadap Rong Guo. Dalam hati, mereka bersumpah untuk tetap menjaga hubungan ini. Kakak Guo bukan hanya kuat, tetapi juga murah hati dan loyal.“Sekarang mari kita pergi. Apakah kalian punya tempat tinggal? Aku harus menyelesaikan sesuatu,” ujar Rong Guo sambil melangkah perlahan.“Ya kami punya,” dengan cepat Ayong mengangguk kepala.Sebenarnya, saat semua hunter belum datang ketempat itu, Rong Guo sempat membuka empat kotak lainnya. Dari dalam kotak-kotak itu, ia menemukan dua benda yang menarik perhatiannya: Batu Merah Delima dan Black Stone.Batu Mirah Delima adalah hadiah dari Raja Elemental Api, sebuah artefak yang memungkinkan elemen api dimasukkan ke dalam senjata, menin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Warisan Artefak Kuno   Dungeon Kelas C.

    Pedang Phoenix dan Naga sebenarnya bukanlah senjata utama Rong Guo. Sebagaimana diketahui, ia memiliki senjata paling istimewa—Payung Iblis, sebuah artefak legendaris yang hanya akan ia gunakan di saat-saat paling genting.Namun, mengapa ia masih bersusah payah menggunakan Pedang Phoenix dan Naga, bahkan sampai repot-repot melakukan crafting pada senjata spiritual rendah tersebut?Jawabannya sederhana. Alasan pertamanya adalah karena Payung Iblis adalah senjata kunci yang telah ia persiapkan khusus untuk menghadapi lawan terakhirnya, Kaisar Jue Tian Yuan, penguasa terkuat Qi Tu Dalu yang mampu mengguncang dunia dengan kekuatannya.Rong Guo tidak ingin membuang potensi Payung Iblis di medan tempur biasa.Alasan kedua, yang lebih masuk akal, adalah kondisi di tanah kelahirannya, Zhen Luo Dalu. Di sana, mendapatkan barang keramat sangatlah sulit. Sebuah senjata spiritual berkualitas tinggi bahkan bisa memicu konflik besar antar sekte atau klan.Karena itu, Rong Guo memanfaatkan keberadaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Warisan Artefak Kuno   Kejutan Rong Guo.

    Dalam dunia Xianxia, terdapat konsep besar yang dikenal sebagai Three Realms, atau tiga alam kehidupan.Alam pertama, yang dikenal sebagai Netherworld atau dunia bawah, adalah tempat bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Di sini, kekacauan, kegelapan, dan kekuatan jahat merajalela, menciptakan suasana yang penuh dengan ketegangan dan misteri.Alam kedua, disebut dunia fana, adalah tempat di mana manusia hidup dan berjuang. Dalam dunia ini, manusia berusaha melampaui batasan kehidupan dengan melatih kekuatan spiritual mereka, bertujuan untuk mencapai keabadian.Terakhir, alam ketiga, yang dikenal sebagai Heavenly Realm atau Nirwana, adalah dunia surgawi di mana para dewa dan asura bersemayam dalam kedamaian abadi. Setiap kultivator mempunyai satu impian yang sama: mencapai keabadian—Yongheng—dan berpindah ke alam ketiga yang mulia ini.Dalam konteks tersebut, pintu gerbang yang ditemukan oleh Rong Guo dan kawan-kawannya dalam gua adalah alat penghubung antara dua dunia. Portal ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Warisan Artefak Kuno   Dungeon Kedua

    Akhirnya, untuk mereset dungeon yang mereka masuki, Rong Guo dan kawan-kawannya harus keluar dari mulut gua tempat pertama kali mereka masuk.“Setelah ini, kita harus menunggu sekitar satu jam,” jelas Ayong dengan nada hati-hati.“Dungeon secara otomatis akan melakukan pembersihan, memulihkan energi semua monster yang sudah kita habisi, dan kemudian menciptakan monster baru yang lebih kuat dari sebelumnya.”Mereka berdiri di sebuah jalan sepi di Kota Hantu, tepat di depan gua pintu gerbang dungeon yang masih terbuka lebar. Dari kejauhan, hanya tampak bayangan gelap dan kosong, seolah-olah dunia ini telah berhenti berputar.Suasana malam itu terasa sangat hening. Rembulan yang menggantung tinggi di langit memberi cahaya lembut, menyinari jalan kosong yang mereka pijak.Tidak ada satupun hunter yang tampak di sana; semua masih sibuk di dalam dungeon yang penuh tantangan, menyelesaikan misi yang membutuhkan waktu lama.Yizhan tertawa pelan, suaranya menggema lembut di tengah keheningan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Warisan Artefak Kuno   Ketegangan DI Warung Si Janggut Putih.

    Di sebuah kedai arak, tempat istirahat para hunter di lantai satu Hundun Yaosai...Ketika kelompok Akeng dari Organisasi Tangan Besi memasuki Warung Arak si Janggut Putih, mereka menarik perhatian. Tubuh mereka penuh luka, pakaian compang-camping, dan berlumuran darah kering. Wajah-wajah lelah menunjukkan perjuangan berat yang baru saja mereka alami.Namun, yang paling mencolok adalah jumlah mereka yang berkurang drastis. Dari rombongan besar yang biasanya mendominasi, kini hanya tersisa sebagian kecil, langkah mereka berat, seolah bayangan kehilangan masih menghantui.“Akeng!” Yizhan memanggil dengan suara lantang, berusaha memecah keheningan yang menyelimuti kedatangan kelompok itu.“Kenapa kalian terlihat begitu lesu? Mana anggota Organisasi Tangan Besi yang lain? Apakah sesuatu yang buruk terjadi?” tanyanya sambil berlari ke arah Akeng dan kelompoknya. Ia berbicara dengan nada penuh perhatian, walau hatinya dihantui keraguan tentang hubungan mereka yang rumit.Meskipun Akeng perna

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Jahat.

    Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa

DMCA.com Protection Status