"Ayo, Kakak Guo! Kita pergi berburu Raja Elemental Api!" seru Ayong dengan semangat, sambil berlari kecil di depan. "Kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari. Monster dunia seperti itu jarang keluar dari persembunyiannya, apalagi kelasnya ini sering royal dalam memberikan banyak hadiah!"Yizhan mengekor di belakangnya, langkahnya juga cepat-cepat dalam sikap antisipasi.Tak lama kemudian, ketiganya bergabung dengan kelompok pemburu lain. Semakin mereka melangkah ke tiap tikungan di Kota Hantu, selalu saja ada Hunter yang muncul.Makin lama, semakin banyak hunter yang bergabung dengan kelompok mereka.Dan kini, suara langkah kaki para pemburu menggema di sepanjang jalan, menciptakan irama menggelegar yang membuat jantung berdegup lebih kencang."Ayong, sebenarnya seperti apa Raja Elemental Api itu?" tanya Rong Guo, mencoba mengimbangi langkah Ayong dan Yizhan yang kini berjalan cepat.Ayong menoleh, wajahnya serius meski napasnya sedikit tersengal. "Raja Elemental Api, atau Raja
Karena Monster Dunia – Raja Elemental Api – telah berakhir di tangan Rong Guo, tekanan dahsyat yang sebelumnya menyebar ke seluruh penjuru tempat itu seketika lenyap.Suasana yang mencekam berubah drastis. Para pemburu yang sebelumnya terhuyung-huyung dan tak berdaya, kini merasakan kelegaan luar biasa menyusup ke tubuh mereka.“Tak ada lagi tekanan!” seru seseorang dengan nada penuh semangat.“Ayo, kita serbu makhluk itu ramai-ramai!” teriak seorang pemburu lainnya. “Tak mungkin dia sanggup bertahan kalau kita menyerangnya bersama-sama!”Dalam sekejap, ratusan pemburu bergerak serempak. Tubuh mereka melesat cepat seperti bayangan yang berubah menjadi kilatan cahaya putih, menuju lokasi di mana Raja Elemental Api terakhir kali terlihat.Namun, ketika mereka tiba di tempat itu, suasana yang mereka temui sungguh di luar dugaan.Area yang sebelumnya dipenuhi oleh aura panas dan pijar api kini sunyi senyap. Tak ada lagi tanda-tanda pertempuran sengit. Bahkan debu atau serpihan yang seharu
Rong Guo melirik mereka sekilas, kemudian menyodorkan masing-masing seribu Energy Stone kepada kedua temannya itu.“Ini untuk kalian. Semoga bermanfaat,” katanya sambil tersenyum tipis.Wajah Ayong dan Yizhan langsung berseri-seri, tak dapat menyembunyikan rasa bahagia sekaligus rasa hormat yang makin mendalam terhadap Rong Guo. Dalam hati, mereka bersumpah untuk tetap menjaga hubungan ini. Kakak Guo bukan hanya kuat, tetapi juga murah hati dan loyal.“Sekarang mari kita pergi. Apakah kalian punya tempat tinggal? Aku harus menyelesaikan sesuatu,” ujar Rong Guo sambil melangkah perlahan.“Ya kami punya,” dengan cepat Ayong mengangguk kepala.Sebenarnya, saat semua hunter belum datang ketempat itu, Rong Guo sempat membuka empat kotak lainnya. Dari dalam kotak-kotak itu, ia menemukan dua benda yang menarik perhatiannya: Batu Merah Delima dan Black Stone.Batu Mirah Delima adalah hadiah dari Raja Elemental Api, sebuah artefak yang memungkinkan elemen api dimasukkan ke dalam senjata, menin
Pedang Phoenix dan Naga sebenarnya bukanlah senjata utama Rong Guo. Sebagaimana diketahui, ia memiliki senjata paling istimewa—Payung Iblis, sebuah artefak legendaris yang hanya akan ia gunakan di saat-saat paling genting.Namun, mengapa ia masih bersusah payah menggunakan Pedang Phoenix dan Naga, bahkan sampai repot-repot melakukan crafting pada senjata spiritual rendah tersebut?Jawabannya sederhana. Alasan pertamanya adalah karena Payung Iblis adalah senjata kunci yang telah ia persiapkan khusus untuk menghadapi lawan terakhirnya, Kaisar Jue Tian Yuan, penguasa terkuat Qi Tu Dalu yang mampu mengguncang dunia dengan kekuatannya.Rong Guo tidak ingin membuang potensi Payung Iblis di medan tempur biasa.Alasan kedua, yang lebih masuk akal, adalah kondisi di tanah kelahirannya, Zhen Luo Dalu. Di sana, mendapatkan barang keramat sangatlah sulit. Sebuah senjata spiritual berkualitas tinggi bahkan bisa memicu konflik besar antar sekte atau klan.Karena itu, Rong Guo memanfaatkan keberadaa
Dalam dunia Xianxia, terdapat konsep besar yang dikenal sebagai Three Realms, atau tiga alam kehidupan.Alam pertama, yang dikenal sebagai Netherworld atau dunia bawah, adalah tempat bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Di sini, kekacauan, kegelapan, dan kekuatan jahat merajalela, menciptakan suasana yang penuh dengan ketegangan dan misteri.Alam kedua, disebut dunia fana, adalah tempat di mana manusia hidup dan berjuang. Dalam dunia ini, manusia berusaha melampaui batasan kehidupan dengan melatih kekuatan spiritual mereka, bertujuan untuk mencapai keabadian.Terakhir, alam ketiga, yang dikenal sebagai Heavenly Realm atau Nirwana, adalah dunia surgawi di mana para dewa dan asura bersemayam dalam kedamaian abadi. Setiap kultivator mempunyai satu impian yang sama: mencapai keabadian—Yongheng—dan berpindah ke alam ketiga yang mulia ini.Dalam konteks tersebut, pintu gerbang yang ditemukan oleh Rong Guo dan kawan-kawannya dalam gua adalah alat penghubung antara dua dunia. Portal ini
Akhirnya, untuk mereset dungeon yang mereka masuki, Rong Guo dan kawan-kawannya harus keluar dari mulut gua tempat pertama kali mereka masuk.“Setelah ini, kita harus menunggu sekitar satu jam,” jelas Ayong dengan nada hati-hati.“Dungeon secara otomatis akan melakukan pembersihan, memulihkan energi semua monster yang sudah kita habisi, dan kemudian menciptakan monster baru yang lebih kuat dari sebelumnya.”Mereka berdiri di sebuah jalan sepi di Kota Hantu, tepat di depan gua pintu gerbang dungeon yang masih terbuka lebar. Dari kejauhan, hanya tampak bayangan gelap dan kosong, seolah-olah dunia ini telah berhenti berputar.Suasana malam itu terasa sangat hening. Rembulan yang menggantung tinggi di langit memberi cahaya lembut, menyinari jalan kosong yang mereka pijak.Tidak ada satupun hunter yang tampak di sana; semua masih sibuk di dalam dungeon yang penuh tantangan, menyelesaikan misi yang membutuhkan waktu lama.Yizhan tertawa pelan, suaranya menggema lembut di tengah keheningan m
Di sebuah kedai arak, tempat istirahat para hunter di lantai satu Hundun Yaosai...Ketika kelompok Akeng dari Organisasi Tangan Besi memasuki Warung Arak si Janggut Putih, mereka menarik perhatian. Tubuh mereka penuh luka, pakaian compang-camping, dan berlumuran darah kering. Wajah-wajah lelah menunjukkan perjuangan berat yang baru saja mereka alami.Namun, yang paling mencolok adalah jumlah mereka yang berkurang drastis. Dari rombongan besar yang biasanya mendominasi, kini hanya tersisa sebagian kecil, langkah mereka berat, seolah bayangan kehilangan masih menghantui.“Akeng!” Yizhan memanggil dengan suara lantang, berusaha memecah keheningan yang menyelimuti kedatangan kelompok itu.“Kenapa kalian terlihat begitu lesu? Mana anggota Organisasi Tangan Besi yang lain? Apakah sesuatu yang buruk terjadi?” tanyanya sambil berlari ke arah Akeng dan kelompoknya. Ia berbicara dengan nada penuh perhatian, walau hatinya dihantui keraguan tentang hubungan mereka yang rumit.Meskipun Akeng perna
Dalam sekejap, berita tentang duel antara Ayong dan Akeng di Arena Kota Hantu menyebar luas ke seluruh penjuru Hundun Yaosai. Dari lantai pertama hingga lantai kelima benteng megah itu, percakapan mengenai duel mendatang menggema di setiap sudut.Namun, yang benar-benar menarik perhatian para hunter peringkat tinggi di lantai dua hingga lima bukanlah duel itu sendiri, melainkan sesumbar yang terucap dari mulut Yizhan.“Apa? Gadis liar itu bilang mereka menyelesaikan satu dungeon jauh lebih cepat daripada para jagoan Organisasi Tangan Besi? Sungguh omong kosong!”“Tak masuk akal! Jangan-jangan gadis itu hanya mencari perhatian!”Sindiran-sindiran ini menjadi menu harian bagi Ayong, Yizhan, dan bahkan Rong Guo selama masa menunggu duel di Arena Kota Hantu.Suatu ketika, saat mereka bertiga berjalan menuju dungeon yang baru terbuka, cemoohan datang secara bertubi-tubi.“Lihat! Yizhan si pembual, bersama dua kawannya yang suka omong besar itu!”“Ayong, menyerahlah sebelum terlambat! Arena
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit